Berpakaian Serba Hitam, Ribuan Demonstran Tuntut Pemimpin Hong Kong Mundur

Minggu, 16 Juni 2019 - 14:39 WIB
Berpakaian Serba Hitam,...
Berpakaian Serba Hitam, Ribuan Demonstran Tuntut Pemimpin Hong Kong Mundur
A A A
HONG KONG - Ribuan orang turun ke jalan-jalan di Hong Kong pada Minggu (16/6/2019) dengan pakaian serba hitam. Mereka menuntut pemimpin kota itu untuk mundur.

Aksi demonstrasi ini terjadi sehari setelah Kepala Eksekutif Hong Kong yang didukung Beijing, Carrie Lam, menangguhkan pembahasan rancangan undang-undang (RUU) ekstradisi dalam langkah mundur yang dramatis menyusul aksi protes paling keras dalam beberapa dasawarsa.

Para aktivis mendirikan gazebo untuk pengunjuk rasa, beberapa membawa bunga putih. Mereka mulai berkumpul di Taman Victoria dan bergerak menuju kanto-kantor pusat pemerintahan Hong Kong.

“Saya berniat tidak datang hari ini, tetapi ketika saya melihat apa yang terjadi pada hari Rabu, orang-orang Hong Kong dihancurkan, itu sangat menyakitkan. Jadi saya memutuskan untuk turun,” kata seorang pemrotes Matt Chan yang sedang menunggu untuk bergabung dengan demonstran seperti dikutip dari Reuters.

Bentrokan hebat terjadi pada Rabu lalu antara demonstran dengan pihak kepolisian. Polisi menembakkan peluru karet dan gas air mata kepada para pengunjuk rasa di dekat pusat keuangan yang menjadi berita utama dunia internasional dan beberapa bank, termasuk HSBC, tutup.

Para kritikus mengatakan undang-undang ekstradisi yang direncanakan dapat mengancam kedaulatan hukum Hong Kong dan reputasi internasionalnya sebagai pusat keuangan Asia. Beberapa taipan Hong Kong telah mulai memindahkan kekayaan pribadi ke luar negeri.

Investor aktivis David Webb, dalam buletin pada hari Minggu, mengatakan jika Lam adalah saham ia akan merekomendasikan menjualnya dengan target harga nol.

“Sebut saja itu perdagangan Carrie. Dia telah kehilangan kepercayaan publik tanpa dapat ditarik kembali," kata Webb.

"Pikirannya ada di Beijing, sementara menyatakan dukungan publik untuk saat ini, sangat jelas ia memotong jalan dengan menjauhkan diri dari RUU tersebut dalam beberapa hari terakhir," imbuhnya.

Inisiator aksi protes berharap lebih dari saju orang muncul dalam demonstrasi kali ini, yang dijadwalkan mulai pukul 02.30 waktu setempat. Jumlah ini mirip dengan angka yang mereka perkirakan saat demonstrasi menentang RUU ekstradisi pada minggu lalu. Namun pihak kepolisian menyatakan aksi itu diikuti oleh 240 ribu orang.

Surat kabar top China pada hari Minggu mengutuk "antek anti Cina" dari pasukan asing di Hong Kong.

"Orang-orang tertentu di Hong Kong telah mengandalkan orang asing atau mengandalkan orang-orang muda untuk membangun diri mereka sendiri, berfungsi sebagai pion dan antek pasukan asing anti-China," kata People's Daily dalam sebuah tajuknya.

"Ini sangat ditentang oleh seluruh rakyat China termasuk sebagian besar rekan senegaranya di Hong Kong," sambung media itu.

Protes telah menjerumuskan Hong Kong ke dalam krisis politik, sama seperti demonstrasi berbulan-bulan "Pendudukan" pro-demokrasi pada tahun 2014, menambah tekanan pada pemerintahan Lam dan pendukungnya di Beijing.

Para pejabat mengatakan 72 orang dirawat di rumah sakit pada aksi protes hari Rabu lalu, sementara seorang pria meninggal pada hari Sabtu setelah jatuh dari perancah konstruksi di mana ia membentangkan spanduk mengecam RUU ekstradisi Hong Kong, media lokal melaporkan.

Gejolak itu datang di saat yang sulit bagi Beijing, yang sudah bergulat dengan perang dagang AS yang meningkat, ekonomi yang goyah, dan ketegangan di Laut China Selatan.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0702 seconds (0.1#10.140)