Ayah Assange kepada Pemerintah Australia: Bawa Pulang Putraku
A
A
A
CANBERRA - Ayah pendiri situs whistleblower WikiLeaks, Julian Assange, memohon kepada pemerintah Australia untuk membawa pulang putranya. John Shipton mengatakan kepada News Corp Australia bahwa dia terkejut melihat putranya saat ditangkap di Kedubes Ekuador di London, Inggris awal pekan ini.
"Aku melihatnya, cara mereka menyeretnya menuruni tangga, besi - dia tidak terlihat baik," katanya.
"Aku 74 tahun dan aku terlihat lebih baik darinya dan dia 47 tahun. Ini sangat mengejutkan," imbuhnya seperti dikutip dari 9News, Minggu (14/4/2019).
Sebelumnya Perdana Menteri Australia, Scott Morrison, mengatakan profil tinggi yang dimiliki Assange tidak berarti dia akan menerima dukungan atau bantuan konsuler khusus.
Baca Juga: Australia: Tidak Ada Perlakuan Khusus untuk Assange
Tetapi Shipton mengatakan Departemen Luar Negeri dan Perdagangan (DFAT) dan perdana menteri dapat mengambil tindakan halus untuk membantunya.
"Itu bisa diselesaikan hanya untuk kepuasan semua. Ada beberapa pembicaraan dalam pertemuan antara seorang senator dan seorang pejabat senior DFAT untuk mengekstradisi Julian ke Australia," tambahnya.
Pemimpin oposisi Australia, Bill Shorten, mengatakan pada hari Sabtu timnya akan berbicara dengan pengacara Assange tentang permasalahan hukumnya dalam beberapa minggu.
Seruan Shipton muncul ketika sejumlah pihak merencanakan aksi protes di luar kedutaan besar dan konsulat Amerika Serikat (AS) di Australia dan luar negeri. Aksi itu untuk menuntut Assange tidak diekstradisi ke AS.
Pada hari Kamis, Assange dipindahkan oleh polisi Inggris dari kedutaan besar Ekuador di London, tempat ia mencari suaka selama tujuh tahun lalu ketika sedang dalam status bebas dengan jaminan dan menghadapi ekstradisi ke Swedia atas tuduhan kekerasan seksual.
Pengadilan Inggris pada hari Kamis memutuskan Assange bersalah karena melanggar pembebasannya dengan jaminan. Pada saat yang sama, terungkap bahwa pihak berwenang AS telah bersiap untuk mengekstradisi dia.
AS ingin dia menghadapi tuduhan bersekongkol untuk melakukan intrusi komputer dengan mantan analis intelijen militer dan whistleblower Chelsea Manning. Sidang ekstradisi dijadwalkan pada 2 Mei di London.
"Aku melihatnya, cara mereka menyeretnya menuruni tangga, besi - dia tidak terlihat baik," katanya.
"Aku 74 tahun dan aku terlihat lebih baik darinya dan dia 47 tahun. Ini sangat mengejutkan," imbuhnya seperti dikutip dari 9News, Minggu (14/4/2019).
Sebelumnya Perdana Menteri Australia, Scott Morrison, mengatakan profil tinggi yang dimiliki Assange tidak berarti dia akan menerima dukungan atau bantuan konsuler khusus.
Baca Juga: Australia: Tidak Ada Perlakuan Khusus untuk Assange
Tetapi Shipton mengatakan Departemen Luar Negeri dan Perdagangan (DFAT) dan perdana menteri dapat mengambil tindakan halus untuk membantunya.
"Itu bisa diselesaikan hanya untuk kepuasan semua. Ada beberapa pembicaraan dalam pertemuan antara seorang senator dan seorang pejabat senior DFAT untuk mengekstradisi Julian ke Australia," tambahnya.
Pemimpin oposisi Australia, Bill Shorten, mengatakan pada hari Sabtu timnya akan berbicara dengan pengacara Assange tentang permasalahan hukumnya dalam beberapa minggu.
Seruan Shipton muncul ketika sejumlah pihak merencanakan aksi protes di luar kedutaan besar dan konsulat Amerika Serikat (AS) di Australia dan luar negeri. Aksi itu untuk menuntut Assange tidak diekstradisi ke AS.
Pada hari Kamis, Assange dipindahkan oleh polisi Inggris dari kedutaan besar Ekuador di London, tempat ia mencari suaka selama tujuh tahun lalu ketika sedang dalam status bebas dengan jaminan dan menghadapi ekstradisi ke Swedia atas tuduhan kekerasan seksual.
Pengadilan Inggris pada hari Kamis memutuskan Assange bersalah karena melanggar pembebasannya dengan jaminan. Pada saat yang sama, terungkap bahwa pihak berwenang AS telah bersiap untuk mengekstradisi dia.
AS ingin dia menghadapi tuduhan bersekongkol untuk melakukan intrusi komputer dengan mantan analis intelijen militer dan whistleblower Chelsea Manning. Sidang ekstradisi dijadwalkan pada 2 Mei di London.
(ian)