Putra Mahkota Saudi Dianggap Bela Tindakan China pada Muslim Uighur
A
A
A
BEIJING - Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS) mendukung hak China untuk melakukan langkah-langkah "anti-terorisme" dan "de-ekstremisme". Para aktivis mencerca komentarnya dan dianggap sebagai pembelaan terhadap tindakan keras Beijing terhadap minoritas Muslim Uighur.
Komentar Pangeran Mohammed disampaikan kepada Presiden China Xi Jinping pada hari Jumat selama kunjungan ke Beijing. Lawatan itu merupakan bagian terakhir dari tur Asia yang mencakup Pakistan dan India.
Dalam pembicaraannya dengan Xi, MBS memuji hubungan Saudi dengan China yang bebas dari masalah. Mengutip Xinhua, Minggu (24/2/2019), Xi mendesak upaya bersama untuk melawan ekstremisme dan terorisme.
Xi mengatakan kepada Putra Mahkota MBS bahwa kedua negara harus memperkuat kerja sama internasional tentang deradikalisasi."Untuk mencegah infiltrasi dan penyebaran pemikiran ekstremis," katanya.
MBS mengatakan Arab Saudi menghormati dan mendukung hak China untuk melindungi keamanannya sendiri dan mengambil langkah kontra-terorisme dan deradikalisasi. Dia bersedia meningkatkan kerja sama dengan Beijing.
"China memiliki hak untuk mengambil langkah-langkah anti-terorisme dan ekstremisme untuk menjaga keamanan nasional," kata MBS kepada Xi, yang dikutip CCTV. "Arab Saudi menghormati dan mendukungnya dan bersedia memperkuat kerja sama dengan China."
Riyadh tetap diam atas perlakuan China terhadap komunitas Uighur dan sebagian besar minoritas Muslim lainnya di wilayah Xinjiang. Padahal, keluarga al-Saud yang berkuasa di Saudi selama ini mencitrakan diri sebagai pembela umat Islam di seluruh dunia dan pelindung dari dua tempat suci agama Islam.
Data panel PBB menyatakan sekitar 1 juta warga Uighur dan minoritas lainnya ditahan di kamp-kamp interniran di Xinjiang sebagai bagian dari kampanye anti-teror dan anti-separatis.
Aktivis mengecam sikap MBS. Juru bicara Dewan Muslim Inggris, Miqdaad Versi, menyebut pernyataan calon raja Saudi itu "menjijikkan" dan merupakan pembelaan atas penggunaan kamp konsentrasi terhadap Muslim Uighur.
Kongres Uighur Sedunia, sebuah kelompok advokasi yang berbasis di Jerman, mengatakan kegagalan MBS untuk mengangkat masalah penahanan Uighur sama dengan dukungan diam-diam untuk pelanggaran hak-hak kotor China.
Kunjungan Putra Mahkota Saudi itu terjadi lima bulan setelah dia putra mahkota itu mendapat tekanan kuat di Amerika Serikat (AS) dan di negara lain menyusul pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi di Konsulat Saudi di Istanbul.
Kongres AS telah berbulan-bulan mengkritik atas penanganan Saudi dalam perang di Yaman, di mana Riyadh dituduh menyebabkan banyak korban dan penderitaan di kalangan warga sipil.
China menahan diri untuk tidak menyalahkan Arab Saudi atas isu-isu seperti perang atau pembunuhan jurnalis. China tetap memegang tradisi lamanya yang tidak ingin intervensi urusan negara lain.
Michael Clarke dari National Security College Australia National University, mengatakan pendekatan diam-diam seperti itu mencerminkan bagaimana China dan Arab Saudi telah tumbuh dekat selama satu dekade terakhir berdasarkan kepentingan ekonomi yang saling melengkapi.
"Pada dasarnya, dalam kasus Saudi tampaknya ada insentif yang sangat jelas untuk tidak mengguncang masalah Uighur," kata Clarke kepada The Associated Press.
Komentar Pangeran Mohammed disampaikan kepada Presiden China Xi Jinping pada hari Jumat selama kunjungan ke Beijing. Lawatan itu merupakan bagian terakhir dari tur Asia yang mencakup Pakistan dan India.
Dalam pembicaraannya dengan Xi, MBS memuji hubungan Saudi dengan China yang bebas dari masalah. Mengutip Xinhua, Minggu (24/2/2019), Xi mendesak upaya bersama untuk melawan ekstremisme dan terorisme.
Xi mengatakan kepada Putra Mahkota MBS bahwa kedua negara harus memperkuat kerja sama internasional tentang deradikalisasi."Untuk mencegah infiltrasi dan penyebaran pemikiran ekstremis," katanya.
MBS mengatakan Arab Saudi menghormati dan mendukung hak China untuk melindungi keamanannya sendiri dan mengambil langkah kontra-terorisme dan deradikalisasi. Dia bersedia meningkatkan kerja sama dengan Beijing.
"China memiliki hak untuk mengambil langkah-langkah anti-terorisme dan ekstremisme untuk menjaga keamanan nasional," kata MBS kepada Xi, yang dikutip CCTV. "Arab Saudi menghormati dan mendukungnya dan bersedia memperkuat kerja sama dengan China."
Riyadh tetap diam atas perlakuan China terhadap komunitas Uighur dan sebagian besar minoritas Muslim lainnya di wilayah Xinjiang. Padahal, keluarga al-Saud yang berkuasa di Saudi selama ini mencitrakan diri sebagai pembela umat Islam di seluruh dunia dan pelindung dari dua tempat suci agama Islam.
Data panel PBB menyatakan sekitar 1 juta warga Uighur dan minoritas lainnya ditahan di kamp-kamp interniran di Xinjiang sebagai bagian dari kampanye anti-teror dan anti-separatis.
Aktivis mengecam sikap MBS. Juru bicara Dewan Muslim Inggris, Miqdaad Versi, menyebut pernyataan calon raja Saudi itu "menjijikkan" dan merupakan pembelaan atas penggunaan kamp konsentrasi terhadap Muslim Uighur.
Kongres Uighur Sedunia, sebuah kelompok advokasi yang berbasis di Jerman, mengatakan kegagalan MBS untuk mengangkat masalah penahanan Uighur sama dengan dukungan diam-diam untuk pelanggaran hak-hak kotor China.
Kunjungan Putra Mahkota Saudi itu terjadi lima bulan setelah dia putra mahkota itu mendapat tekanan kuat di Amerika Serikat (AS) dan di negara lain menyusul pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi di Konsulat Saudi di Istanbul.
Kongres AS telah berbulan-bulan mengkritik atas penanganan Saudi dalam perang di Yaman, di mana Riyadh dituduh menyebabkan banyak korban dan penderitaan di kalangan warga sipil.
China menahan diri untuk tidak menyalahkan Arab Saudi atas isu-isu seperti perang atau pembunuhan jurnalis. China tetap memegang tradisi lamanya yang tidak ingin intervensi urusan negara lain.
Michael Clarke dari National Security College Australia National University, mengatakan pendekatan diam-diam seperti itu mencerminkan bagaimana China dan Arab Saudi telah tumbuh dekat selama satu dekade terakhir berdasarkan kepentingan ekonomi yang saling melengkapi.
"Pada dasarnya, dalam kasus Saudi tampaknya ada insentif yang sangat jelas untuk tidak mengguncang masalah Uighur," kata Clarke kepada The Associated Press.
(mas)