Raja Salman Perintahkan Pembunuhan Khashoggi, MBS Eksekutor
A
A
A
BERLIN - Pangeran Arab Saudi yang membangkang, Khalid bin Farhan al-Saud, menuding Raja Salman bin Abdulaziz yang memerintahkan pembunuhan terhadap jurnalis Jamal Khashoggi. Ia juga menyebut Putra Mahkota, Mohammad bin Salman adalah pelaksana dari perintah tersebut.
Dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi DW Jerman, Pangeran bin Farhan menggambarkan Raja Salman sebagai penguasa agak tiran yang menggunakan kekerasan karena ia tidak memiliki pengalaman politik.
"Tapi, sayangnya, dia adalah penguasa. Ketika dia menjadi raja, dia menerapkan metode yang serupa dengan yang dia gunakan ketika dia menjadi gubernur Provinsi Riyadh,” ujar bin Farhan yang kini tinggal di Jerman.
Menurut bin Farhan tokoh oposisi terkenal itu dihukum atas perintah langsung raja.
"Seandainya Khashoggi terbunuh, para pembunuh akan menerima otorisasi langsung dari kepala negara," katanya seperti dikutip dari Middle East Monitor, Jumat (19/10/2018).
Namun, bin Farhan menambahkan, Raja Salman hanyalah sebuah fasad sekarang. "Perintah itu pasti telah dieksekusi oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman,” ujarnya.
Pangeran bin Farhan juga menyebut kunjungan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Mike Pompeo, ke Riyadh dan pertemuannya dengan Mohammed bin Salman yang dikenal sebagai MBS menjadi upaya untuk menjaga Putra Mahkota dalam posisi. Pasalnya, MBS sangat penting bagi pemerintahan Donald Trump karena beberapa alasan, termasuk keuangan dan urusan militer. Poin utamanya adalah Kesepakatan Abad Ini.
Bin Farhan menggambarkan MBS sebagai kesempatan bagi pemerintahan AS saat ini karena dia dapat dengan mudah dikontrol dan dimanipulasi.
Pangeran bin Farhan meramalkan bahwa opini publik akan disesatkan dengan kambing hitam mengenai kasus Khashoggi.
"Akan dikembangkan kabar bahwa seseorang dalam intelijen Saudi mengambil keputusan untuk membunuh wartawan Saudi, dan mereka akan berpotensi menyalahkan konsul Saudi dan 15 Orang-orang Saudi yang tiba di Istanbul dan melakukan pembunuhan," tuturnya.
"Dengan cara ini, mereka akan mengalihkan tuduhan langsung dari Muhammad bin Salman dan raja,” tukasnya.
Arab Saudi menghadapi badai krisis dengan komunitas internasional, yang paling bermusuhan sejak serangan 11 September. Situasi itu meledak ketika jurnalis Jamal Khashoggi menghilang setelah memasuki konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober.
Sumber-sumber Turki telah mengungkapkan bahwa pembunuhan Khashoggi terjadi di kantor konsul jenderal Saudi Mohammed al-Otaibi dan dihadapannya. Pembunuhan itu diduga dilakukan dalam beberapa menit dari pintu masuk Khashoggi ke gedung konsulat.
Badan intelijen AS, CIA, memiliki bukti yang menegaskan keterlibatan MBS dalam kematian Khashoggi, lapor The New York Times.
Dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi DW Jerman, Pangeran bin Farhan menggambarkan Raja Salman sebagai penguasa agak tiran yang menggunakan kekerasan karena ia tidak memiliki pengalaman politik.
"Tapi, sayangnya, dia adalah penguasa. Ketika dia menjadi raja, dia menerapkan metode yang serupa dengan yang dia gunakan ketika dia menjadi gubernur Provinsi Riyadh,” ujar bin Farhan yang kini tinggal di Jerman.
Menurut bin Farhan tokoh oposisi terkenal itu dihukum atas perintah langsung raja.
"Seandainya Khashoggi terbunuh, para pembunuh akan menerima otorisasi langsung dari kepala negara," katanya seperti dikutip dari Middle East Monitor, Jumat (19/10/2018).
Namun, bin Farhan menambahkan, Raja Salman hanyalah sebuah fasad sekarang. "Perintah itu pasti telah dieksekusi oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman,” ujarnya.
Pangeran bin Farhan juga menyebut kunjungan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Mike Pompeo, ke Riyadh dan pertemuannya dengan Mohammed bin Salman yang dikenal sebagai MBS menjadi upaya untuk menjaga Putra Mahkota dalam posisi. Pasalnya, MBS sangat penting bagi pemerintahan Donald Trump karena beberapa alasan, termasuk keuangan dan urusan militer. Poin utamanya adalah Kesepakatan Abad Ini.
Bin Farhan menggambarkan MBS sebagai kesempatan bagi pemerintahan AS saat ini karena dia dapat dengan mudah dikontrol dan dimanipulasi.
Pangeran bin Farhan meramalkan bahwa opini publik akan disesatkan dengan kambing hitam mengenai kasus Khashoggi.
"Akan dikembangkan kabar bahwa seseorang dalam intelijen Saudi mengambil keputusan untuk membunuh wartawan Saudi, dan mereka akan berpotensi menyalahkan konsul Saudi dan 15 Orang-orang Saudi yang tiba di Istanbul dan melakukan pembunuhan," tuturnya.
"Dengan cara ini, mereka akan mengalihkan tuduhan langsung dari Muhammad bin Salman dan raja,” tukasnya.
Arab Saudi menghadapi badai krisis dengan komunitas internasional, yang paling bermusuhan sejak serangan 11 September. Situasi itu meledak ketika jurnalis Jamal Khashoggi menghilang setelah memasuki konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober.
Sumber-sumber Turki telah mengungkapkan bahwa pembunuhan Khashoggi terjadi di kantor konsul jenderal Saudi Mohammed al-Otaibi dan dihadapannya. Pembunuhan itu diduga dilakukan dalam beberapa menit dari pintu masuk Khashoggi ke gedung konsulat.
Badan intelijen AS, CIA, memiliki bukti yang menegaskan keterlibatan MBS dalam kematian Khashoggi, lapor The New York Times.
(ian)