Kebakaran Hutan di Yunani, 60 Tewas

Rabu, 25 Juli 2018 - 15:30 WIB
Kebakaran Hutan di Yunani, 60 Tewas
Kebakaran Hutan di Yunani, 60 Tewas
A A A
ATHENA - Kebakaran hutan melanda kawasan resor wisata Yunani dan menewaskan sedikitnya 60 orang. Banyak korban tewas, baik orang tua maupun anak-anak dalam posisi berpelukan setelah melarikan diri dari amukan si jago merah. Kebakaran itu terburuk di Yunani sejak kebakaran di semenanjung Peloponnese pada Agustus 2007 yang menewaskan puluhan orang.

Tragedi terbaru itu menghancurkan Mati, kota di timur Athena yang dilanda kebakaran sejak Senin (23/7) sore hingga kemarin. ”Yunani melalui tragedi yang tak bisa diucapkan dengan kata-kata,” kata Perdana Menteri (PM) Alexis Tsipras dilansir Reuters. Dia mendeklarasikan duka nasional selama tiga hari.

Petugas penyelamat menemukan sekelompok orang terdiri atas 26 korban tewas, sebagian anak-anak, mereka saling berpelukan di bukit dekat dengan pantai. ”Mereka (korban) mencoba untuk mencari rute menyelamatkan diri. Namun, mereka justru menemukan jalan buntu,” kata Kepala Palang Merah Yunani Nikos Economopoulos kepada Skai TV. Reuters melaporkan, bau asap bangunan dan pohon sangat dirasakan di Mati. Asapputih masih membumbung tinggi akibat kebakaran tersebut. Banyak penduduk yang turun ke jalanan.

Mereka mencari mobil mereka yang terbakar. Beberapa orang juga mencari binatang kesayangan yang hilang. Beberapa helikopter pemadam kebakaran dan pesawat pengebom air masih berlalu lalang di udara untuk memadamkan titik api yang masih menyala.

Seorang fotografer Reuters melihat sedikitnya empat orang meninggal dunia di mobil yang bergerak mengarah ke pantai. ”Banyak wisatawan dan penduduk di lokasi bencana tidak bisa melarikan diri saat kebakaran terjadi.

Padahal, mereka hanya beberapa meter dari laut,” kata juru bicara pemadam kebakaran Stavroula Maliri. Kapal pasukan penjaga pantai dan kapal nelayan berhasil menyelamatkan sedikitnya 700 orang yang melarikan diri dari kebakaran.

Mereka juga bisa menyelamatkan 19 korban yang tenggelam dan mengevakuasi enam jenazah di laut. ”Sedikitnya 60 orang tewas dan jumlah korban diperkirakan akan bertambah,” kata Wali Kota Rafina-Pikermi, Evangelos Bournous. Pemerintah Yunani juga belum mengetahui berapa banyak jumlah korban yang hilang dalam bencana tersebut.

Itu dikarenakan banyak keluarga korban masih berusaha mencari anggota keluarganya belum ditemukan. Salah satu korban tewas termuda adalah bayi berusia enam tahun yang meninggal karena menghisap asap. Kemudian, 94 warga terluka, termasuk 11 orang di perawatan intensif, dan 23 anak-anak.

Sementara Mati, 29 km timur Athena, dikenal sebagai destinasi wisata bagi warga Yunani dan wisatawan asing. Banyak pensiunan dan anakanak kerap berkemah di sana. Polandia mengungkapkan, dua warganya menjadi korban dalam kebakaran di Yunani.

Brigade Pemadam Kebakaran Yunani menjelaskan, intensitas dan penyebaran kebakaran di Mati telah menurun kemarin. Itu juga disebabkan angin tidak bertiup kencang. Namun, beberapa titik kebakaran belum bisa dikendalikan.

Pemerintah Yunani telah meminta negara tetangga untuk memberikan bantuan dalam penanganan kebakaran hutan. Siprus dan Spanyol menawarkan batuan setelah Yunani meminta peminjaman aset seperti pesawat dan helikopter pemadam dari mitra Uni Eropa.

Italia, Jerman, Polandia, dan Prancis, mengirimkan pesawat dan mobil pemadam kebakaran. ”Doa kita untuk Yunani dan korban kebakaran yang mengerikan,” kata Presiden Prancis Emmanuel Macron. Kebakaran bukan hal yang umum terjadi di Yunani. Iklim dingin kering menjadikan Yunani sering dalam kondisi basah.

Gelombang panas menjadi pemicu kebakaran hutan di Yunani. Kebakaran yang dialami Yunani juga dialami beberapa negara Eropa lainnya, seperti Portugal dan Swedia. Serangkaian kebakaran hutan melanda Portugal dan menyebab beberapa orang terluka pada pertengahan Juni lalu.

Temperatur panas melanda Swedia sehingga menyebabkan 21 titik kebakaran hutan melanda Swedia dan menewaskan satu orang. Eropa dilanda bencana gelombang panas karena efek dari Lingkaran Artik. Cuaca ekstrem memang menerjang penjuru Eropa barat dalam beberapa pekan terakhir.

Temperatur meningkat dan sangat jarang terjadi hujan. Gelombang panas juga mengakibatkan penurunan hasil panen petani karena kualitas tanaman yang semakin jelek.

Semakin sedikitnya pasokan rumput karena kekeringan menjadikan kualitas dan kuantitas produksi susu mengalami penurunan. Di Swedia, temperatur panas mencapai titik terpanas dalam satu abad terakhir.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3908 seconds (0.1#10.140)