Pasukan Khusus AS Diam-diam Bantu Saudi Perangi Houthi

Jum'at, 04 Mei 2018 - 12:55 WIB
Pasukan Khusus AS Diam-diam...
Pasukan Khusus AS Diam-diam Bantu Saudi Perangi Houthi
A A A
WASHINGTON - Pasukan Baret Hijau Amerika Serikat (AS) secara diam-diam dilaporkan telah membantu Arab Saudi dalam memerangi kelompok pemberontak Houthi di Yaman. Laporan menyebutkan sebuah tim yang terdiri dari 12 anggota Baret Hijau AS telah tiba di perbatasan Arab Saudi dengan Yaman pada akhir tahun lalu.

Tim tersebut dilaporkan turut membantu menemukan dan menghancurkan tempat persembunyian dan situs peluncuran rudal balistik Houthi di Yaman. Situs tersebut digunakan untuk menyerang Riyadh dan sejumlah kota Saudi lainnya.

Pengerahan pasukan khusus AS ke perbatasan pada bulan Desember ini dilakukan setelah berminggu-minggu kelompok Houthi menembakkan rudal balistik ke Riyadh. Namun itu cukup bagi Putra Mahkota Arab Saudi Muhammad bin Salman untuk meminta bantuan AS memerangi Houthi.

Untuk diketahui, kampanye udara Saudi pada tahun 2015 awalnya ditujukan untuk menghancurkan rudal balistik Soviet yang digunakan Yaman dalam perang saudara pada 1994. Militer Saudi menganggap senjata-senjata itu bisa jatuh ke tangan Houthi.

Pada April 2015, setelah satu bulan penyerangan, koalisi pimpinan Saudi mengatakan telah mencapai tujuannya menghancurkan rudal dan peralatan yang digunakan untuk meluncurkannya. Namun pada bulan Juni, pemberontak Houthi meluncurkan secara serentak rudal balistik pertama mereka, yang ditujukan ke Khamis Mushayt, sebuah kota Saudi sekitar 60 mil dari perbatasan Yaman.

Sejak itu, Houthi telah meluncurkan lusinan rudal, termasuk senjata anti-rudal jarak pendek yang dimodifikasi dan mengimpor amunisi Iran. Dalam empat bulan pertama tahun ini, Houthi telah meluncurkan lebih dari 30 rudal - kira-kira setara dengan jumlah semua rudal yang ditembakkan pada 2017, menurut data yang dikumpulkan oleh Pusat Studi Strategis dan Internasional.

Menurut pengamat Institut Washington untuk Kebijakan Timur Dekat, Michael Knights, Saudi hanya memiliki dua opsi yang layak untuk menangkal serangan dari pantai barat Yaman. Wilayah ini termasuk pelabuhan yang dikuasai Houthi di Al Hudayah, di mana para pejabat di Riyadh percaya bahwa komponen rudal telah dikirimkan.

Yang pertama, kata Knights, adalah menemukan misil di mana mereka disimpan, yang membutuhkan banyak informasi intelijen. Yang kedua jauh lebih sulit yaitu menyerang lokasi peluncuran.

"Mereka memiliki masalah yang sangat sulit," kata Knights seperti dikutip dari The New York Times, Jumat (4/5/2018).

Pemberontak Houthi dapat menyembunyikan peluncur rudal mobile di mana saja dari dalam gorong-gorong ke bawah jalan raya layang. Mereka mudah dipindahkan untuk peluncuran yang terburu-buru.

Berurusan dengan masalah itu membutuhkan sistem yang diatur dengan baik oleh koalisi yang dipimpin Saudi, membentang dari satelit ke pasukan di darat, untuk memastikan pesawat dapat menemukan dan dengan cepat menghancurkan peluncur rudal.

“Dalam lingkungan misil seluler, itu adalah tantangan,” kata Jenderal David L. Goldfein, kepala staf Angkatan Udara, dalam sebuah wawancara.

Menghadapi hal ini, tentara AS di sepanjang perbatasan bekerja dengan pesawat pengintai yang dapat mengumpulkan sinyal elektronik untuk melacak senjata Houthi dan tempat peluncuran mereka, menurut para pejabat, yang semuanya berbicara dengan syarat anonim karena mereka tidak berwenang untuk membahas misi ini secara terbuka.

Rincian operasi Baret Hijau, yang belum pernah diungkapkan sebelumnya ini, diberikan kepada The New York Times oleh pejabat Amerika Serikat dan para diplomat Eropa.

Laporan ini berbeda dengan yang selama ini didengungkan oleh Pentagon. Pentagon menyebut bantuan militer AS hanya terbatas pada pengisian bahan bakar pesawat, logistik, dan pembagian informasi intelijen umum. Pengerahan pasukan khusus AS ke perbatasan pada bulan Desember dikatakan hanya untuk melatih pasukan darat Saudi untuk mengamankan perbatasan mereka.

Sejumlah pejabat mengatakan dukungan AS untuk koalisi yang dipimpin Saudi terhadap pemberontak Houthi, awalnya digariskan dalam dokumen tahun 2015 yang dikenal sebagai Rice Memo. Penamaan ini merujuk pada penasehat keamanan nasional Obama, Susan E. Rice.

Memo itu memuat detail bantuan militer dan dimaksudkan untuk mencegah AS keluar dari operasi serangan terhadap Houthi, dengan fokus pada membantu Saudi mengamankan perbatasan mereka. Di bawah pemerintahan Trump, ruang lingkup pedoman tersebut tampaknya telah berkembang - sebagaimana dibuktikan oleh penambahan pesawat pengintai AS dan tim Baret Hijau.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0953 seconds (0.1#10.140)