Pangeran Mahkota Saudi: Khamenei Sangat Mirip Hitler

Jum'at, 16 Maret 2018 - 09:36 WIB
Pangeran Mahkota Saudi:...
Pangeran Mahkota Saudi: Khamenei Sangat Mirip Hitler
A A A
RIYADH - Pangeran Mahkota Arab Saudi untuk pertama kalinya melayani wawancara dengan stasiun televisi Amerika Serikat (AS). Dalam wawancara itu, dia menegaskan bahwa Saudi akan memperoleh bom nuklir jika Iran mengembangkan senjata pemusnah massal itu.

Tak hanya itu, putra Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud ini menegaskan komentar yang pernah dia buat soal sosok Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Khamenei yang dia anggap sebagai Hitler baru di Timur Tengah.

Pangeran yang dikenal dengan singkatan MbS melayani wawancara dengan jurnalis Norah O'Donnell dalam program "60 Minute" di stasiuns CBS. Berikut penggalan transkrip wawancaranya;

(Negara) Anda telah menjadi saingan (Iran) selama berabad-abad. Dalam hati, apakah ini kerukunan? Apakah ini sebuah pertempuran untuk Islam?

Mohammed bin Salman: Iran bukan saingan Arab Saudi. Pasukannya tidak termasuk di antara lima besar tentara di dunia Muslim. Perekonomian Saudi lebih besar dari ekonomi Iran. Iran jauh dari sama dengan Arab Saudi.

Tapi saya telah melihat bahwa Anda menyebut Ayatollah Khamenei "Hitler baru" di Timur Tengah.

Mohammed bin Salman: Tentu saja.

Mengapa?

Mohammed bin Salman: Karena dia ingin berkembang. Dia ingin membuat proyek sendiri di Timur Tengah sangat mirip dengan Hitler yang ingin berkembang saat itu. Banyak negara di dunia dan di Eropa tidak menyadari betapa bahayanya Hitler sampai apa yang terjadi, terjadi. Saya tidak ingin melihat kejadian yang sama terjadi di Timur Tengah.

Apakah Arab Saudi membutuhkan senjata nuklir untuk melawan Iran?

Mohammed bin Salman: Arab Saudi tidak ingin mendapatkan bom nuklir, namun tanpa diragukan lagi, jika Iran mengembangkan bom nuklir, kami akan mengikutinya sesegera mungkin.

Baca Juga: Arab Saudi Siap Kembangkan Bom Nuklir

Wawancara televisi tersebut rencananya akan disiarkan dua hari sebelum pemimpin muda Saudi tersebut bertemu dengan Presiden Donald Trump.

Wawancara dengan stasiun televisi Amerika sangat jarang bagi anggota keluarga kerajaan Arab Saudi, terlebih terkait isu yang sensitif. Terakhir kali seorang pemimpin Saudi memberikan wawancara ke stasiun televisi AS pada tahun 2005.

O'Donnell menghabiskan satu minggu di Arab Saudi, melaporkan secara langsung reformasi politik, ekonomi, dan sosial yang sedang berlangsung di kerajaan Muslim Sunni tersebut.

MbS, sebagai pewaris takhta Saudi yang baru berusia 32 tahun telah membantu perubahan dalam kehidupan bagi kaum perempuan, termasuk membiarkan mereka memiliki hak untuk mengemudi yang menjadi sejarah bagi negara tersebut.

Pangeran Mahkota tersebut juga merupakan wakil perdana menteri kerajaan dan menteri pertahanan. O'Donnell bertanya kepadanya tentang peran kontroversial negara tersebut dalam perang saudara di Yaman, dan peran Iran di negara itu. Tak hanya itu, MbS juga berbicara hubungan Saudi dengan AS dan apa yang terjadi selama tindakan keras anti-korupsi, di mana ratusan orang Saudi terkemuka ditahan di hotel Ritz Carlton di Riyadh.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1587 seconds (0.1#10.140)