AS Kerahkan Bomber Supersonik dan Kapal Perang ke Laut China Selatan
A
A
A
WASHINGTON - Militer Amerika Serikat (AS) mengerahkan dua pesawat pengebom (bomber) supersonik Lancer B-1B bersama kapal perang perusak Arleigh Burke-class bersenjata rudal ke Laut China Selatan. Pengerahan itu dimulai sejak Kamis, kemarin.
Dua pesawat penjatuh bom AS tersebut terbang dalam misi 10 jam dari pangkalan Angkatan Udara Andersen di Guam melewati perairan sengketa di Laut China Selatan. Sedangkan kapal perang tipe Arleigh Burke-class yang dikerahkan adalah kapal USS Sterett yang berbasis di San Diego.
Militer AS mengatakan upaya tersebut untuk “mempertajam kemampuan tempur”.
“Operasi tersebut bertujuan untuk meningkatkan interoperabilitas antara Angkatan Laut dan Angkatan Udara dengan memperbaiki taktik gabungan, teknik dan prosedur sekaligus memperkuat kemampuan mereka untuk mengintegrasikan operasi mereka secara mulus,” kata Angkatan Udara Pasifik AS dalam sebuah pernyataan, Jumat (9/6/2017).
Namun, Angkatan Udara AS menekankan bahwa misinya hanyalah bagian dari program kehadiran biasa oleh Komando Pasifik di wilayah tersebut. ”Tidak terkait dengan situasi atau negara tertentu,” lanjut pernyataan tersebut.
Tidak jelas bagian mana dari Laut China Selatan yang jadi lokasi patroli pesawat pengebom supersonik dan kapal perang Amerika tersebut.
Pesawat bomber B1-B awalnya dikembangkan untuk membawa bom atom. Namun, menurut laporan Japan Times, pesawat itu tidak lagi berkemampuan nuklir. Kendati demikian pesawat pengebom tersebut masih bisa membawa muatan terbesar dari senjata yang dipandu dan tidak dipandu.
Misi Pentagon muncul setelah merilis sebuah laporan tahunan kepada Kongres mengenai kekuatan militer China. Dalam laporan itu, Pentagon mengatakan bahwa negara komunis di Asia tersebut mampu menggunakan rudal balistik bertenaga nuklir untuk target darat di pantai barat daratan AS.
Rudal yang dimaksud adalah rudal Dongfeng-26 (DF-26), sebuah rudal jarak menengah yang pernah dikerahkan China pada tahun lalu.
Dua pesawat penjatuh bom AS tersebut terbang dalam misi 10 jam dari pangkalan Angkatan Udara Andersen di Guam melewati perairan sengketa di Laut China Selatan. Sedangkan kapal perang tipe Arleigh Burke-class yang dikerahkan adalah kapal USS Sterett yang berbasis di San Diego.
Militer AS mengatakan upaya tersebut untuk “mempertajam kemampuan tempur”.
“Operasi tersebut bertujuan untuk meningkatkan interoperabilitas antara Angkatan Laut dan Angkatan Udara dengan memperbaiki taktik gabungan, teknik dan prosedur sekaligus memperkuat kemampuan mereka untuk mengintegrasikan operasi mereka secara mulus,” kata Angkatan Udara Pasifik AS dalam sebuah pernyataan, Jumat (9/6/2017).
Namun, Angkatan Udara AS menekankan bahwa misinya hanyalah bagian dari program kehadiran biasa oleh Komando Pasifik di wilayah tersebut. ”Tidak terkait dengan situasi atau negara tertentu,” lanjut pernyataan tersebut.
Tidak jelas bagian mana dari Laut China Selatan yang jadi lokasi patroli pesawat pengebom supersonik dan kapal perang Amerika tersebut.
Pesawat bomber B1-B awalnya dikembangkan untuk membawa bom atom. Namun, menurut laporan Japan Times, pesawat itu tidak lagi berkemampuan nuklir. Kendati demikian pesawat pengebom tersebut masih bisa membawa muatan terbesar dari senjata yang dipandu dan tidak dipandu.
Misi Pentagon muncul setelah merilis sebuah laporan tahunan kepada Kongres mengenai kekuatan militer China. Dalam laporan itu, Pentagon mengatakan bahwa negara komunis di Asia tersebut mampu menggunakan rudal balistik bertenaga nuklir untuk target darat di pantai barat daratan AS.
Rudal yang dimaksud adalah rudal Dongfeng-26 (DF-26), sebuah rudal jarak menengah yang pernah dikerahkan China pada tahun lalu.
(mas)