Cari Korban Longsor Kolombia, Tim Penyelamat Berpacu dengan Waktu
A
A
A
BOGOTA - Pasukan keamanan Kolombia, terus mencari ratusan orang yang hilang akibat tanah longsor yang menewaskan lebih dari 200 orang. Sekitar 1.100 tentara dan polisi dikerahkan dalam upaya penyelamatan.
Pernyataan pihak militer mengatakan setidaknya ada 400 orang yang terluka dan 200 masih hilang di ibukota provinsi Putumayo, Mocoa. Sedangkan jumlah pasti korban tewas masih sulit untuk dikonfirmasi dimana operasi penyelamatan masih berlangsung seperti dikutip dari BBC, Senin (3/4/2017).
Beberapa media lokal memperkirakan hingga 300 orang telah tewas, sementara Palang Merah Kolombia memiliki perkitaan jumlah total korban tewas di atas 200. Palang Merah Kolombia menyatakan turut membantu pihak anggota keluarga untuk menghubungi satu sama lain.
Presiden Juan Manuel Santos menyatakan keadaan darurat di wilayah tersebut dan terbang ke lokasi untuk mengawasi upaya penyelamatan. "Kami akan melakukan segala kemungkinan untuk membantu," katanya. "Peristiwa ini menghancurkan hatiku," imbuhnya
Angkatan Udara Kolombia membawa pasokan ke daerah di mana operasi pencarian terus berlanjut. Dengan tidak adanya air yang mengalir di Mocoa, salah satu warga mengatakan mereka terpaksa menampung air hujan. Saluran listrik juga padam di seluruh daerah.
Foto yang diposting ke media sosial oleh angkatan udara menunjukkan beberapa pasien yang dievakuasi melalui udara. "Pahlawan kami akan tetap berada di zona tragedi sampai tanggap darurat berakhir," bunyi pernyataan militer.
Direktur Kolombia Unit Manajemen Risiko Bencana Nasional mengatakan bahwa sepertiga hujan bulanan diprediksi akan menghantam kawasan itu selama satu malam.
Meskipun curah hujan yang melimpah di daerah, hujan ini luar biasa deras dan menyebabkan sungai-sungai meluap. Banjir kemudian membawa lumpur dan puing-puing, menciptakan air terjun kecil. Rekaman video menunjukkan arus begitu kuat sehingga truk yang ditinggalkan pengemudi terbawa arus banjir.
Seorang pejabat senior PBB di Kolombia, Martin Santiago, menyebut perubahan iklim sebagai penyebabnya longsor. Ia mengatakan perubahan iklim telah menyebabkan hasil yang luar biasa dalam hal intensitas, frekuensi dan besarnya efek alami di wilayah tersebut.
Lainnya mengatakan deforestasi juga telah memainkan peran. "Ketika cekungan yang gundul, mereka memecah. Seolah-olah kita menghapus perlindungan untuk menghindari tanah longsor," kata Adriana Soto, seorang pelestari Kolombia dan mantan menteri lingkungan.
Pernyataan pihak militer mengatakan setidaknya ada 400 orang yang terluka dan 200 masih hilang di ibukota provinsi Putumayo, Mocoa. Sedangkan jumlah pasti korban tewas masih sulit untuk dikonfirmasi dimana operasi penyelamatan masih berlangsung seperti dikutip dari BBC, Senin (3/4/2017).
Beberapa media lokal memperkirakan hingga 300 orang telah tewas, sementara Palang Merah Kolombia memiliki perkitaan jumlah total korban tewas di atas 200. Palang Merah Kolombia menyatakan turut membantu pihak anggota keluarga untuk menghubungi satu sama lain.
Presiden Juan Manuel Santos menyatakan keadaan darurat di wilayah tersebut dan terbang ke lokasi untuk mengawasi upaya penyelamatan. "Kami akan melakukan segala kemungkinan untuk membantu," katanya. "Peristiwa ini menghancurkan hatiku," imbuhnya
Angkatan Udara Kolombia membawa pasokan ke daerah di mana operasi pencarian terus berlanjut. Dengan tidak adanya air yang mengalir di Mocoa, salah satu warga mengatakan mereka terpaksa menampung air hujan. Saluran listrik juga padam di seluruh daerah.
Foto yang diposting ke media sosial oleh angkatan udara menunjukkan beberapa pasien yang dievakuasi melalui udara. "Pahlawan kami akan tetap berada di zona tragedi sampai tanggap darurat berakhir," bunyi pernyataan militer.
Direktur Kolombia Unit Manajemen Risiko Bencana Nasional mengatakan bahwa sepertiga hujan bulanan diprediksi akan menghantam kawasan itu selama satu malam.
Meskipun curah hujan yang melimpah di daerah, hujan ini luar biasa deras dan menyebabkan sungai-sungai meluap. Banjir kemudian membawa lumpur dan puing-puing, menciptakan air terjun kecil. Rekaman video menunjukkan arus begitu kuat sehingga truk yang ditinggalkan pengemudi terbawa arus banjir.
Seorang pejabat senior PBB di Kolombia, Martin Santiago, menyebut perubahan iklim sebagai penyebabnya longsor. Ia mengatakan perubahan iklim telah menyebabkan hasil yang luar biasa dalam hal intensitas, frekuensi dan besarnya efek alami di wilayah tersebut.
Lainnya mengatakan deforestasi juga telah memainkan peran. "Ketika cekungan yang gundul, mereka memecah. Seolah-olah kita menghapus perlindungan untuk menghindari tanah longsor," kata Adriana Soto, seorang pelestari Kolombia dan mantan menteri lingkungan.
(ian)