Pemimpin Baru Hong Kong Siap Redam Perpecahan

Senin, 27 Maret 2017 - 17:53 WIB
Pemimpin Baru Hong Kong Siap Redam Perpecahan
Pemimpin Baru Hong Kong Siap Redam Perpecahan
A A A
HONG KONG - Pegawai negeri yang didukung Beijing, Carrie Lam, dipilih menjadi pemimpin eksekutif Hong Kong kemarin. Dia juga berjanji akan meredam perpecahan, menegakkan hukum, dan menjamin kebebasan berekspresi. Tuntutan agar pemimpin Hong Kong tidak berpihak kepada Beijing sudah sirna.

Pengaruh China masih sangat kuat di Hong Kong di tengah ketegangan politik di mana sebagian generasi muda menginginkandemokrasi. Sebanyak 7,3 juta penduduk Hong Kong tidak bisa menentukan pemimpin mereka. Pemimpin Hong Kong dipilih oleh komite pemilu Hong Kong yang berjumlah 1.200 kursi itu, termasuk 70 orang anggota Dewan Legislatif.

Separuh dari mereka ditunjuk langsung dan sebagian besar komite dipilih dari kalangan bisnis, profesional, atau kelompok kepentingan khusus. Lam menjadi perempuan pertama yang menjadi pemimpin eksekutif Hong Kong saat dia akan dilantik 1 Juli mendatang. Dia meraih 777 suara komite pemilih dibandingkan rivalnya, John Tsang, dengan 365 suara.

Padahal, Tsang dinilai lebih populer pada jajak pendapat. Pemungutan suara yang digelar anggota dewan legislatif Hong Kong juga diwarnai surat suara protes yang tidak diakui dan satu surat suara berupa penghinaan.

”Hong Kong, rumah kita, mengalami perpecahan yang sangat serius,” kata Lam pada pidato kemenangannya, dilansir Reuters. ”Prioritas saya adalah menyembuhkan perpecahan dan meredakan frustrasi dan mempersatukan masyarakat kita untuk bergerak ke depan,” imbuh dia.

Lam juga berjanji untuk mengenalkan pajak keuntungan, mengurangi pajak penelitian dan pengembangan, mengurangi tinggi biaya properti karena kekurangan lahan, dan meningkatkan anggaran pendidikan. Dia juga berjanji akan menegakkan hukum dan menjamin kebebasan berekspresi sebagai bagian penting dalam kesejahteraan.

”Hong Kong membutuhkan pemikiran baru,” ujar Lam. Kantor Hubungan Hong Kong dan Makau mengucapkan selamat kepada Lam. ”Dia (Lam) seharusnya tidak boleh mengecewakan rakyat Hong Kong,” demikian keterangan lembaga yang bekerja untuk urusan kerja sama Hong Kong dan Makau. Mereka juga mengatakan, Lam harus mempersatukan seluruh elemen masyarakat Hong Kong dan memperkuat pembangunan.

Disambut Protes

Sebagian warga Hong Kong kemarin menggelar demonstrasi menentang pemungutan suara untuk memilih pemimpin Hong Kong. Mereka berkumpul di luar tempat pemungutan suara. Banyak massa yang bentrok dengan aparat keamanan. Para aktivis meminta agar Beijing tidak mengintervensi perpolitikan Hong Kong. Apalagi, media melaporkan Beijing melobi anggota legislatif untuk mendukung Lam dibandingkan Tsang. ”Saya menginginkan hak pilih!” demikian teriakan para demonstran.

Mereka juga membawa payung kuning sebagai simbol gerakan demokrasi. ”Pemerintah pusat (China) kembali mengintervensi lagi dan lagi,” kata Carmen Tong, 20, seorang mahasiswa. ”Itu adalah bentuk ketidakadilan,” ujar dia. Meski demikian, ratusan pendukung Lam juga hadir di lokasi pemungutan suara.

Mereka mengibarkan bendera China dan berteriak senang setelah Lam dinyatakan sebagai pemenang. Sejak Hong Kong kembali ke kekuasaan China pada 1997, Beijing terus meningkatkan pengaruhnya di wilayah tersebut meskipun Beijing menjanji kebebasan dan otonomi. Hong Kong pun dikenal memiliki formula, ”satu negara, dua sistem”.

Banyak pihak, termasuk kubu oposisi demokrat, khawatir Lam menerapkan kebijakan garis keras pro-Beijing seperti petahana Leung Chun Ying yang memerintahkan pembubaran demonstrasi secara paksa pada 2014. Oposisi juga khawatir Lam tidak membela otonomi dan nilai-nilai utama Hong Kong. ”Dia (Lam) tidak memiliki fondasi yang kuat. Dia juga tidak memiliki waktu untuk berbulan madu setelah dia terpilih,” kata pakar politik Ivan Choy.

”Tetapi, apakah dia akan memecah belah masyarakat, kita harus menunggu dan kita harus melihat apa yang dia lakukan. Apakah dia juga akan melanjutkan pendekatan yang dilakukan Leung?” ungkap dia.

Banyak penduduk Hong Kong juga memandang intervensi Beijing di bidang bisnis, media, politik, kampus, dan peradilan justru merusak citra Hong Kong sebagai kota bisnis. Penahanan lima penjual buku yang menjual buku yang mendiskreditkan Beijing pada 2015 juga mencoreng citra Hong Kong. Kendati demikian, banyak juga warga Hong Kong yang menginginkan stabilitas politik.

Mereka menganggap dengan campur tangan China akan memperkuat Hong Kong sebagai penghubung ekonomi Asia. Suara mereka masih mayoritas di Hong Kong. Umumnya, mereka adalah generasi tua yang menginginkan status quo dan enggan untuk menempuh perubahan.
(esn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5924 seconds (0.1#10.140)