3 Fakta Mengapa Inggris Menggelar Referendum Brexit
A
A
A
LONDON - Inggris Raya baru saja menggelar referendum dengan hasil memutuskan mereka memilih untuk meninggalkan Uni Eropa. Sebanyak 52% pemilih memilih untuk meninggalkan Uni Eropa berbanding 48% yang memilih untuk tetap bergabung. Berikut ini adalah tiga fakta yang bisa menjelaskan mengapa Inggris mengadakan referendum Brexit seperti disitir dari Time, Jumat (24/6/2016).
1. Referendum serupa terakhir kali diadakan pada 40 tahun yang lalu.
Pada tahun 1975, pemerintahan Partai Buruh yang berkuasa mengadakan referendum apakah Inggris harus meninggalkan apa yang kemudian dikenal sebagai Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE), cikal bakal Uni Eropa (UE). Saat itu, referendum menghasilkan kemenangan bagi pendukung yang menginginkan Inggris tetap berada di MEE dengan persentase 67% berbanding 33% dengan jumlah pemilih 64,5%.
2. Banyak yang telah mencoba tapi gagal
Upaya Partai Buruh memenangkan pemilu 1983 dengan platform akan menarik diri dari MEE mengakibatkan kegagalan dimana pemerintah Partai Konservatif yang dipimpin oleh Margaret Thatcher terpilih kembali dengan selisih yang cukup jauh.
Empat belas tahun kemudian, empat tahun setelah MEE menjadi UE melalui Perjanjian Maastricht (Maastricht Treaty) pada 1993, referendum partai baru terbentuk atas usulan Sir James Goldsmith pada pemilihan umum 1997. Isu yang diangkat pun tetap sama tentang keanggotaan Inggris di UE. Alhasil, hanya 2,6% suara yang mendukung wacana tersebut dan gagal mendapatkan satu kursi di parlemen.
3. Cameron berjanji dan menepatinya
Perdana Menteri Inggris saat ini, David Cameron menolak seruan referendum terkait keanggotaan Inggris di UE pada tahun 2012. Namun, kurang dari satu tahun kemudian, pemerintah Konservatif berjanji akan mengadakan referendum jika terpilih kembali pada tahun 2015.
Segera setelah ia terpilih untuk masa jabatan kedua, UU Referendum Uni Eropa diperkenalkan di parlemen Inggris untuk awalan dari proses yang memuncak pada hari Jumat. Selanjutnya, dalam pidato kepada parlemen House of Commons pada bulan Februari 2016, Cameron mengumumkan bahwa referendum akan diselenggarakan pada 23 Juni. Setelah mengatahui hasil referendum yang menghasilkan kemenangan untuk Brexit, Cameron mengumumkan pengunduran diri.
1. Referendum serupa terakhir kali diadakan pada 40 tahun yang lalu.
Pada tahun 1975, pemerintahan Partai Buruh yang berkuasa mengadakan referendum apakah Inggris harus meninggalkan apa yang kemudian dikenal sebagai Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE), cikal bakal Uni Eropa (UE). Saat itu, referendum menghasilkan kemenangan bagi pendukung yang menginginkan Inggris tetap berada di MEE dengan persentase 67% berbanding 33% dengan jumlah pemilih 64,5%.
2. Banyak yang telah mencoba tapi gagal
Upaya Partai Buruh memenangkan pemilu 1983 dengan platform akan menarik diri dari MEE mengakibatkan kegagalan dimana pemerintah Partai Konservatif yang dipimpin oleh Margaret Thatcher terpilih kembali dengan selisih yang cukup jauh.
Empat belas tahun kemudian, empat tahun setelah MEE menjadi UE melalui Perjanjian Maastricht (Maastricht Treaty) pada 1993, referendum partai baru terbentuk atas usulan Sir James Goldsmith pada pemilihan umum 1997. Isu yang diangkat pun tetap sama tentang keanggotaan Inggris di UE. Alhasil, hanya 2,6% suara yang mendukung wacana tersebut dan gagal mendapatkan satu kursi di parlemen.
3. Cameron berjanji dan menepatinya
Perdana Menteri Inggris saat ini, David Cameron menolak seruan referendum terkait keanggotaan Inggris di UE pada tahun 2012. Namun, kurang dari satu tahun kemudian, pemerintah Konservatif berjanji akan mengadakan referendum jika terpilih kembali pada tahun 2015.
Segera setelah ia terpilih untuk masa jabatan kedua, UU Referendum Uni Eropa diperkenalkan di parlemen Inggris untuk awalan dari proses yang memuncak pada hari Jumat. Selanjutnya, dalam pidato kepada parlemen House of Commons pada bulan Februari 2016, Cameron mengumumkan bahwa referendum akan diselenggarakan pada 23 Juni. Setelah mengatahui hasil referendum yang menghasilkan kemenangan untuk Brexit, Cameron mengumumkan pengunduran diri.
(ian)