Imbas Teror Berdarah, PM Tunisia Ancam Tutup 80 Masjid
A
A
A
TUNIS - Teror berdarah di Hotel Imperiale Marhaba, Tunisia, yang menewaskan 39 wisatawan membuat nasib puluhan masjid di negara itu terancam. Perdana Menteri (PM) Tunisia, Habib Essid, mengancam akan menutup 80 masjid karena dianggap mempromosikan terorisme.
Ancaman penutupan 80 masjid itu dilontarkan PM Essid pada Sabtu (27/6/2015) atau sehari setelah seorang pria bersenjata menembak mati 39 wisatawan di hotel tersebut dengan senapan Kalashnikov.
”Beberapa masjid terus menyebar propaganda dan racun mereka untuk mempromosikan terorisme,” katanya. ”Tidak ada masjid yang tidak sesuai dengan hukum akan ditoleransi,” katanya lagi, seperti dikutip Reuters.
Presiden Tunisia, Beji Caid Essebsi mengecam aksi teror berdarah saat bulan Ramadan. Dia menyebut pelaku serangan sebagai seorang pengecut. Dia besumpah untuk memerangi ekstremisme di Tunisia.
”Tidak ada negara yang aman dari terorisme, dan kita perlu strategi global dengan semua negara demokratis,” ujarnya.
Menurut situs pemantau terorisme, SITE , kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) telah mengaku bertanggung jawab atas serangan itu. Teror berdarah ini hanya berselang tiga bulan setelah aksi serupa di Museum Bardo, Tunis. Dalam sebuah pernyataan, ISIS mendesak pengikutnya untuk mengintensifkan serangan selama bulan Ramadan.
Ancaman penutupan 80 masjid itu dilontarkan PM Essid pada Sabtu (27/6/2015) atau sehari setelah seorang pria bersenjata menembak mati 39 wisatawan di hotel tersebut dengan senapan Kalashnikov.
”Beberapa masjid terus menyebar propaganda dan racun mereka untuk mempromosikan terorisme,” katanya. ”Tidak ada masjid yang tidak sesuai dengan hukum akan ditoleransi,” katanya lagi, seperti dikutip Reuters.
Presiden Tunisia, Beji Caid Essebsi mengecam aksi teror berdarah saat bulan Ramadan. Dia menyebut pelaku serangan sebagai seorang pengecut. Dia besumpah untuk memerangi ekstremisme di Tunisia.
”Tidak ada negara yang aman dari terorisme, dan kita perlu strategi global dengan semua negara demokratis,” ujarnya.
Menurut situs pemantau terorisme, SITE , kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) telah mengaku bertanggung jawab atas serangan itu. Teror berdarah ini hanya berselang tiga bulan setelah aksi serupa di Museum Bardo, Tunis. Dalam sebuah pernyataan, ISIS mendesak pengikutnya untuk mengintensifkan serangan selama bulan Ramadan.
(mas)