Jejak Narkoba dan Seks Psikopat Inggris Pembunuh Dua WNI

Kamis, 06 November 2014 - 13:58 WIB
Jejak Narkoba dan Seks Psikopat Inggris Pembunuh Dua WNI
Jejak Narkoba dan Seks Psikopat Inggris Pembunuh Dua WNI
A A A
HONG KONG - Rurik George Caton Jutting, 29, mendadak tenar setelah membunuh secara sadis dua wanita Indonesia yang berada di Hong Kong. Indikasi sebagai pengguna narkoba dan penggila seks, ternyata sudah melekat pada sosok bankir Inggris ini.

Sumarti Ningsih asal Cilacap dan Seneng Mujiasih asal Sulawesi tewas di tangan psikopat yang terkenal dengan gaya hidup hedonis itu. Berbagai media asing mengutip rekan-rekan korban, menyebut kedua warga negara Indonesia (WNI) itu berprofesi sebagai pekerja seks komersial (PSK). Namun, Migrant Care menegaskan kedua korban Jutting bukan PSK.

Gaya hidup hedonis Jutting sudah terkenal sejak dia kuliah di kampus bergengsi Cambridge University, Inggris. Dia menempati asrama eksklusif dengan biaya £34 ribu per tahun. Sejak namanya menjadi pemberitaan utama berbagai media, para teman-teman semasa kuliahnya, menampilkan berbagai foto-fotonya tahun 2001-2003, dan menjulukinya sebagai “pembunuh”. (Baca: Patah Hati, Alasan Psikopat Inggris Bunuh Sumarti Secara Sadis)

”Dia bukan anak paling populer di sekolah,” kata seorang mantan teman sekelasnya, yang menolak diidentifikasi. Sumber itu mengatakan, Jutting memiliki emosi yang meledak-ledak jika disebut sebagai gay.

“Saya baru saja bangun pagi dan menerima telepon dari salah satu teman sekelas saya. Dia berkata, ’Anda tidak akan pernah menebaknya, Jutting ada berita-berita,” katanya yang menceritakan sosok Jutting yang tida pernah berbuat onar semasa kuliah.

Rampung kuliah, Jutting bekerja sebagai bankir top dengan gaya serba mewah. Dia mulai pindah dari London ke Hong Kong sejak Juli 2013. Dengan gaya hidup mewah, tidak aneh jika dia pernah memacari model glamour kelahiran London, Sonya Dyer.

Zombie karena Narkoba

Sebelum bekerja di Hong Kong sebagai bankir untuk Merril Lynch, Jutting sempat bekerja untuk Barclays. Di Hong Kong, dia mendapat penghasilan £350 ribu setahun, sebelum berhenti dari pekerjaaannya minggu lalu.

Sejak berada di Hong Kong inilah, indikasi Jutting sebagai pengguna narkoba dan penggila seks mulai terungkap. Mantan pekerja pub di Hong Kong, seperti dikutip Daily Mail, Kamis (6/11/2014), menyebut Jutting sebagai “zombie”.

Julukan itu muncul, karena dia kerap menemukan Jutting dalam kondisi amburadul dan terkadang tidak kenal pada dirinya sendiri karena di bawah pengaruh narkoba.

Rekan-rekan sesama pemabuk di pub Queen Victoria dan Old China, di Wan Chai, Hong Kong, termasuk aparat penegak hukum yang melakukan investigasi kasus narkoba juga mengindikasikan hal serupa.

”Jutting akan datang ke pub pada hari Sabtu pagi dan Minggu dalam keadaan yang sangat buruk. Dia tidak tahu siapa dia, di mana dia dan apa yang dia lakukan. Kadang-kadang dia akan cukup agresif, konfrontatif, dan akan marah kepada orang yang mengusik minumannya,” kata mantan petugas pub yang berbicara dalam kondisi anonim.

”Saya sama sekali tidak ada keraguan bahwa penampilannya seperi zombie ini adalah hasil dari penyalahgunaan narkoba,” lanjut dia.

Menurutnya, kokain adalah obat pilihan untuk bankir asing di Hong Kong. Sedangkan pub-pub di Wan Chai dikenal sebagai tempat, di mana narkoba dapat dibeli dengan mudah.

Tak Bayar Kencan

Sedangkan sifat psikopat Inggris yang disebut-sebut sebagai penggila seks, itu terungkap dari teman Sumarti di Hong Kong berinisial AJ. Kepada AJ ini pula, Sumarti pernah mengatakan, bahwa dia di-booking seharga HK$12 ribu atau sekitar Rp18,7 juta tanpa menyebut Jutting sebagai pemesan. (Baca juga: Kencan Maut Sumarti Ningsih Itu Sebesar Rp18,7 juta)

Menurut AJ, sosok Jutting juga terkenal culas. Sebab, setelah berkencan dengan para wanita, Jutting kerap enggan membayar sesuai yang dijanjikan. AJ juga pernah melihat Jutting berdebat dan menampar para wanita yang dia kencani karena tidak membayar.

”Dia mengaku dia kaya, tapi dia orang yang tak berarti,” kata AJ. ”Mereka (paraa wanita) meminta uang muka pertama, tetapi dia tidak memberikan,” lanjut AJ.

AJ ingat, bahwa Jutting pernah mengatakan; ”Jangan khawatir, saya berikan nanti.” Tapi, piskopat Inggris itu tidak pernah membayarnya. ”Dia tidak mau membayar bahkan setelah berhubungan seks, bahkan untuk uang taksi sekalipun,” lanjut AJ.

Sementara itu, seorang pelacur Filipina yang dikenal dengan nama panggilan Lynn mengatakan MailOnline, bahwa salah satu temannya melihat Jutting mendekap Jesse Lorena alias Seneng Mujiasih di klub malam sebelum Jesse dibunuh.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3010 seconds (0.1#10.140)