Charlie Hebdo Olok-olok Khamenei, Iran Panggil Dubes Prancis
loading...
A
A
A
TEHERAN - Kementerian Luar Negeri Iran telah memanggil duta besar Paris untuk negara itu atas kartun di sebuah majalah Prancis yang menghina pemimpin tertinggi, Ayatollah Ali Khamenei , dan praktik keagamaan negara.
Meskipun kementerian itu tidak menyebutkan nama majalah tersebut, tampaknya yang dimaksud adalah Charlie Hebdo, yang terkenal karena serangan satir terhadap Islam.
Dalam sebuah pernyataan, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani mengatakan Duta Besar Nicolas Roche telah dipanggil dan "protes keras" telah diajukan kepada pemerintah Prancis. Dia menambahkan bahwa Teheran tidak akan menerima penghinaan apa pun terhadap Islam serta nilai-nilai nasional dan agamanya.
"Prancis tidak memiliki hak untuk membenarkan penghinaan terhadap kesucian negara-negara lain dan negara-negara Islam dengan dalih kebebasan berbicara,” katanya.
"Iran yakin pemerintah Prancis berbagi tanggung jawab atas gerakan yang menjijikkan, tidak sopan dan tidak dapat dibenarkan,” imbuhnya seperti dikutip dari Russia Today, Kamis (5/1/2023).
Kanaani menyatakan bahwa Iran berhak untuk memberikan tanggapan yang sesuai sambil menyerahkan nota protes resmi kepada duta besar Prancis.
"Roche mengatakan dia akan menyampaikan posisi Teheran ke Paris," bunyi pernyataan itu.
Teguran diplomatik datang setelah Charlie Hebdo menerbitkan lusinan karikatur pada hari Rabu yang mengejek Khamenei. Kartun-kartun itu dipilih sebagai bagian dari kontes yang diluncurkan oleh majalah tersebut bulan lalu untuk mendukung perjuangan rakyat Iran yang memperjuangkan kebebasan mereka.
Publikasi tersebut juga bertepatan dengan peringatan serangan 2015 terhadap Charlie Hebdo di Paris, yang merenggut nyawa 12 orang. Majalah itu menjadi sasaran serangan setelah menerbitkan kartun satir Nabi Muhammad SAW yang kontroversial.
Pada bulan Desember, Iran memberlakukan serangkaian sanksi terhadap individu dan entitas Eropa, termasuk Charlie Hebdo, mengklaim mereka telah terlibat dalam campur tangan dalam urusan internal negara itu dan mendukung kerusuhan kekerasan baru-baru ini atas kematian wanita berusia 22 tahun Mahsa Amini.
Amini ditangkap oleh polisi moralitas Iran karena hijab yang "tidak pantas" dan meninggal beberapa jam kemudian. Keluarganya bersikeras bahwa dia dipukuli sampai mati dalam tahanan, sementara pihak berwenang Iran mengklaim bahwa dia meninggal karena kondisi medis.
Meskipun kementerian itu tidak menyebutkan nama majalah tersebut, tampaknya yang dimaksud adalah Charlie Hebdo, yang terkenal karena serangan satir terhadap Islam.
Dalam sebuah pernyataan, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani mengatakan Duta Besar Nicolas Roche telah dipanggil dan "protes keras" telah diajukan kepada pemerintah Prancis. Dia menambahkan bahwa Teheran tidak akan menerima penghinaan apa pun terhadap Islam serta nilai-nilai nasional dan agamanya.
"Prancis tidak memiliki hak untuk membenarkan penghinaan terhadap kesucian negara-negara lain dan negara-negara Islam dengan dalih kebebasan berbicara,” katanya.
"Iran yakin pemerintah Prancis berbagi tanggung jawab atas gerakan yang menjijikkan, tidak sopan dan tidak dapat dibenarkan,” imbuhnya seperti dikutip dari Russia Today, Kamis (5/1/2023).
Kanaani menyatakan bahwa Iran berhak untuk memberikan tanggapan yang sesuai sambil menyerahkan nota protes resmi kepada duta besar Prancis.
"Roche mengatakan dia akan menyampaikan posisi Teheran ke Paris," bunyi pernyataan itu.
Teguran diplomatik datang setelah Charlie Hebdo menerbitkan lusinan karikatur pada hari Rabu yang mengejek Khamenei. Kartun-kartun itu dipilih sebagai bagian dari kontes yang diluncurkan oleh majalah tersebut bulan lalu untuk mendukung perjuangan rakyat Iran yang memperjuangkan kebebasan mereka.
Publikasi tersebut juga bertepatan dengan peringatan serangan 2015 terhadap Charlie Hebdo di Paris, yang merenggut nyawa 12 orang. Majalah itu menjadi sasaran serangan setelah menerbitkan kartun satir Nabi Muhammad SAW yang kontroversial.
Pada bulan Desember, Iran memberlakukan serangkaian sanksi terhadap individu dan entitas Eropa, termasuk Charlie Hebdo, mengklaim mereka telah terlibat dalam campur tangan dalam urusan internal negara itu dan mendukung kerusuhan kekerasan baru-baru ini atas kematian wanita berusia 22 tahun Mahsa Amini.
Amini ditangkap oleh polisi moralitas Iran karena hijab yang "tidak pantas" dan meninggal beberapa jam kemudian. Keluarganya bersikeras bahwa dia dipukuli sampai mati dalam tahanan, sementara pihak berwenang Iran mengklaim bahwa dia meninggal karena kondisi medis.
(ian)