Senjata Nuklir Moskow Hentikan Barat Memulai Perang Lawan Rusia
loading...
A
A
A
MOSKOW - Persenjataan nuklir Moskow dan aturan yang ditetapkan untuk penggunaannya adalah satu-satunya faktor yang mencegah Barat memulai perang melawan Rusia .
Hal itu disampaikan Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev dalam sebuah artikel yang diterbitkan di Rossiiskaya Gazeta pada hari Minggu.
Medevedev, mantan presiden yang juga sekutu utama Presiden Vladimir Putin, juga mengatakan Moskow akan melanjutkan perangnya di Ukraina sampai apa yang dia sebut "rezim menjijikkan yang hampir fasis" di Kiev disingkirkan dan negara itu telah didemiliterisasi total.
Dalam sebuah wawancara yang disiarkan secara terpisah pada Minggu, Putin mengatakan Rusia siap untuk bernegosiasi dengan semua pihak yang terlibat dalam perang. Tapi, kata dia, Kiev dan pendukung Baratnya yang menolak untuk terlibat dalam pembicaraan.
Medvedev, yang menjabat sebagai presiden Rusia dari 2008 hingga 2012, secara teratur mencela Barat, yang dia tuduh ingin memecah belah Rusia untuk menguntungkan Ukraina.
"Apakah Barat siap melancarkan perang besar-besaran melawan kami, termasuk perang nuklir, di tangan Kiev?" tulis Medevedev dalam artikel 4.500 kata tersebut, yang dikutip Reuters, Senin (26/12/2022).
"Satu-satunya hal yang menghentikan musuh kita hari ini adalah pemahaman bahwa Rusia akan dipandu oleh dasar-dasar kebijakan negara ...tentang pencegahan nuklir. Dan jika muncul ancaman nyata, itu akan menindak mereka," lanjut dia.
Putin dan pejabat senior lainnya telah berulang kali mengatakan bahwa kebijakan Rusia tentang senjata nuklir adalah senjata itu dapat digunakan jika ada ancaman terhadap integritas teritorial.
Menurut para pakar, Rusia memiliki persediaan senjata nuklir terbesar di dunia, dengan hampir 6.000 hulu ledak.
Awal bulan ini, Putin mengatakan risiko perang nuklir meningkat, tetapi bersikeras bahwa Rusia tidak "gila" dan melihat persenjataan nuklirnya sendiri sebagai pencegah pertahanan murni.
"Dunia Barat sedang menyeimbangkan antara keinginan membara untuk mempermalukan, menyinggung, memotong-motong, dan menghancurkan Rusia sebanyak mungkin, di satu sisi, dan keinginan untuk menghindari kiamat nuklir, di sisi lain," kata Medvedev.
"Jika Rusia tidak mendapatkan jaminan keamanan yang dimintanya, dunia akan terus terhuyung-huyung ke ambang Perang Dunia III dan bencana nuklir. Kami akan melakukan segala yang kami bisa untuk mencegahnya," paparnya.
Medvedev juga mengatakan Rusia bisa melupakan hubungan normal dengan Barat selama bertahun-tahun dan mungkin beberapa dekade mendatang dan akan fokus pada hubungan dengan seluruh dunia.
Hal itu disampaikan Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev dalam sebuah artikel yang diterbitkan di Rossiiskaya Gazeta pada hari Minggu.
Medevedev, mantan presiden yang juga sekutu utama Presiden Vladimir Putin, juga mengatakan Moskow akan melanjutkan perangnya di Ukraina sampai apa yang dia sebut "rezim menjijikkan yang hampir fasis" di Kiev disingkirkan dan negara itu telah didemiliterisasi total.
Dalam sebuah wawancara yang disiarkan secara terpisah pada Minggu, Putin mengatakan Rusia siap untuk bernegosiasi dengan semua pihak yang terlibat dalam perang. Tapi, kata dia, Kiev dan pendukung Baratnya yang menolak untuk terlibat dalam pembicaraan.
Medvedev, yang menjabat sebagai presiden Rusia dari 2008 hingga 2012, secara teratur mencela Barat, yang dia tuduh ingin memecah belah Rusia untuk menguntungkan Ukraina.
"Apakah Barat siap melancarkan perang besar-besaran melawan kami, termasuk perang nuklir, di tangan Kiev?" tulis Medevedev dalam artikel 4.500 kata tersebut, yang dikutip Reuters, Senin (26/12/2022).
"Satu-satunya hal yang menghentikan musuh kita hari ini adalah pemahaman bahwa Rusia akan dipandu oleh dasar-dasar kebijakan negara ...tentang pencegahan nuklir. Dan jika muncul ancaman nyata, itu akan menindak mereka," lanjut dia.
Putin dan pejabat senior lainnya telah berulang kali mengatakan bahwa kebijakan Rusia tentang senjata nuklir adalah senjata itu dapat digunakan jika ada ancaman terhadap integritas teritorial.
Menurut para pakar, Rusia memiliki persediaan senjata nuklir terbesar di dunia, dengan hampir 6.000 hulu ledak.
Awal bulan ini, Putin mengatakan risiko perang nuklir meningkat, tetapi bersikeras bahwa Rusia tidak "gila" dan melihat persenjataan nuklirnya sendiri sebagai pencegah pertahanan murni.
"Dunia Barat sedang menyeimbangkan antara keinginan membara untuk mempermalukan, menyinggung, memotong-motong, dan menghancurkan Rusia sebanyak mungkin, di satu sisi, dan keinginan untuk menghindari kiamat nuklir, di sisi lain," kata Medvedev.
"Jika Rusia tidak mendapatkan jaminan keamanan yang dimintanya, dunia akan terus terhuyung-huyung ke ambang Perang Dunia III dan bencana nuklir. Kami akan melakukan segala yang kami bisa untuk mencegahnya," paparnya.
Medvedev juga mengatakan Rusia bisa melupakan hubungan normal dengan Barat selama bertahun-tahun dan mungkin beberapa dekade mendatang dan akan fokus pada hubungan dengan seluruh dunia.
(min)