Medvedev: Terbukti Efektif, Rusia Perlu Tingkatkan Produksi Drone

Minggu, 16 Oktober 2022 - 05:45 WIB
loading...
Medvedev: Terbukti Efektif,...
Seorang prajurit wanita brigade pengintai Armada Laut Hitam Rusia mempersiapkan drone untuk lepas landas selama latihan. Foto/Sputnik/Alexey Malgavko
A A A
MOSKOW - Rusia perlu meningkatkan produksi berbagai jenis drone setelah mereka menunjukkan efektivitas tempur mereka dalam konflik militer yang sedang berlangsung antara Moskow dan Kiev.

Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev mengungkapkan hal itu di Telegram pada Jumat (14/10/2022).

Medvedev, yang sebelumnya menjabat sebagai presiden Rusia mengatakan, “UAV telah membuktikan keefektifannya dalam konflik modern. Penggunaannya di zona operasi militer khusus adalah kebutuhan mendesak.”



Dia melanjutkan, Rusia belum membangun produksi skala besar berbagai jenis drone.

Medvedev juga mengatakan baru-baru ini mengunjungi "Pusat Teknologi Khusus" St Petersburg untuk melakukan pemeriksaan pasokan drone pengintai “Orlan” yang dipesan pemerintah Rusia.

Penggunaan pesawat tak berawak Rusia serta serangan rudal besar-besaran pekan ini pada sasaran di seluruh Ukraina telah mendorong pemerintah Kiev mengulangi tuntutan mereka bahwa negara-negara Barat harus memasok militer Ukraina dengan lebih banyak senjata anti-pesawat.



“Kemampuan kami untuk menutup langit tidak cukup,” ujar Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan kepada Majelis Parlemen Dewan Eropa pada Kamis.

Dia bersikeras Ukraina hanya memiliki “10% dari apa yang kita butuhkan” dan dia “ingin” menerima “berkali-kali” Lebih banyak sistem pertahanan antipesawat dari Barat.

Rusia mengirim pasukan ke Ukraina pada 24 Februari, mengutip kegagalan Kiev mengimplementasikan perjanjian Minsk, yang dirancang untuk memberikan status khusus wilayah Donetsk dan Luhansk di dalam negara Ukraina.

Protokol, yang ditengahi Jerman dan Prancis, pertama kali ditandatangani pada tahun 2014. Mantan presiden Ukraina Pyotr Poroshenko sejak itu mengakui tujuan utama Kiev adalah menggunakan gencatan senjata untuk mengulur waktu dan “menciptakan angkatan bersenjata yang kuat.”

Pada Februari 2022, Kremlin mengakui republik Donbass, yang sejak itu menjadi bagian dari Rusia, sebagai negara merdeka.

Rusia menuntut Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer Barat mana pun. Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan.

(sya)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1673 seconds (0.1#10.140)