TV Pro-Kremlin Tayangkan Ledakan Bom Nuklir setelah Rusia Kalah di Lyman
loading...
A
A
A
MOSKOW - NTV, stasiun televisi pro-Kremlin di Rusia , pada hari Minggu menayangkan cuplikan sejumlah ledakan bom nuklir dengan judul "Untuk mengantisipasi konflik nuklir". Tayangan muncul setelah pasukan Moskow dikalahkan oleh pasukan Ukraina di Lyman, Donetsk.
Tayangan mengerikan itu menunjukkan beberapa ledakan senjata pemusnah massal dan akibatnya sebelum presenter program berbicara ke kamera saat dia berdiri di samping deretan topeng gas tua.
Stasiun televisi itu dimiliki oleh sayap media Gazprom, raksasa energi yang patuh pada Kremlin.
"Untuk mengantisipasi konflik nuklir—bagaimana senjata pemusnah massal telah menjadi bagian dari permainan geopolitik," bunyi judul dan ulasan singkat dari tayangan tersebut.
Tayangan itu muncul setelah sekutu Presiden Vladimir Putin, Ramzan Kadyrov—pemimpin Chechnya dan seorang fanatik perang— meminta presiden untuk mempertimbangkan mengumumkan darurat militer di wilayah perbatasan dan menggunakan senjata nuklir hasil rendah untuk mengatasi penghinaan militer terbarunya di Ukraina.
“Saya tidak tahu apa yang dilaporkan Kementerian Pertahanan kepada Panglima Tertinggi [Putin], tetapi menurut pendapat pribadi saya, kita perlu mengambil tindakan yang lebih drastis," kata Kadyrov.
Tayangan televisi Rusia tersebut menyalahkan Barat karena terlalu banyak berbicara tentang perang nuklir,
Pesannya secara eksplisit dari tayangan itu adalah Barat harus tunduk pada tuntutan Putin di Ukraina dan ancaman perang nuklir akan berkurang.
“Kami berada dalam situasi di mana keunggulan sumber daya dan persenjataan konvensional berada di pihak Barat,” kata Vasily Kashin, seorang analis militer dan politik di Sekolah Tinggi Ekonomi di Moskow.
“Kekuatan Rusia didasarkan pada persenjataan nuklirnya," ujarnya, seperti dikutip The Mirror, Senin (3/10/2022).
Meskipun demikian, Putin saat ini memperkuat pasukan konvensionalnya dengan gelombang baru peralatan perang yang dipindahkan dari ribuan mil jauhnya di Siberia.
Sebuah video menunjukkan persenjataan menuju barat dari Krasnoyarsk, sekitar 3.000 mil dari zona perang Ukraina.
Sementara itu kekalahan Rusia di Lyman yang strategis telah menyebabkan kecemasan mendalam di kalangan propagandis Putin.
Mereka mengkritik para petinggi militer Putin dan menuntut dukungan dari komando tinggi.
Komandan militer cadangan dan anggota parlemen yang biasanya loyal, Andrey Gurulev, mengatakan: “Saya tidak bisa menjelaskan penyerahan ini secara militer."
“Ini mungkin tonggak sejarah tidak hanya secara militer, tetapi juga secara politik, terutama sekarang," ujarnya.
“Masalahnya adalah sistem kebohongan, laporan situasi baik [ketika kenyataan buruk]. Buruk ini datang dari atas ke bawah."
Anggota komite pertahanan Parlemen Rusia itu mengatakan pasukan Rusia adalah pahlawan yang dipimpin oleh keledai yang mementingkan diri sendiri.
“Apakah kita tidak tahu jumlah pasukan yang maju ke Lyman? Jika tidak, di mana intelijennya?" katanya.
Tayangan mengerikan itu menunjukkan beberapa ledakan senjata pemusnah massal dan akibatnya sebelum presenter program berbicara ke kamera saat dia berdiri di samping deretan topeng gas tua.
Stasiun televisi itu dimiliki oleh sayap media Gazprom, raksasa energi yang patuh pada Kremlin.
"Untuk mengantisipasi konflik nuklir—bagaimana senjata pemusnah massal telah menjadi bagian dari permainan geopolitik," bunyi judul dan ulasan singkat dari tayangan tersebut.
Tayangan itu muncul setelah sekutu Presiden Vladimir Putin, Ramzan Kadyrov—pemimpin Chechnya dan seorang fanatik perang— meminta presiden untuk mempertimbangkan mengumumkan darurat militer di wilayah perbatasan dan menggunakan senjata nuklir hasil rendah untuk mengatasi penghinaan militer terbarunya di Ukraina.
“Saya tidak tahu apa yang dilaporkan Kementerian Pertahanan kepada Panglima Tertinggi [Putin], tetapi menurut pendapat pribadi saya, kita perlu mengambil tindakan yang lebih drastis," kata Kadyrov.
Tayangan televisi Rusia tersebut menyalahkan Barat karena terlalu banyak berbicara tentang perang nuklir,
Pesannya secara eksplisit dari tayangan itu adalah Barat harus tunduk pada tuntutan Putin di Ukraina dan ancaman perang nuklir akan berkurang.
“Kami berada dalam situasi di mana keunggulan sumber daya dan persenjataan konvensional berada di pihak Barat,” kata Vasily Kashin, seorang analis militer dan politik di Sekolah Tinggi Ekonomi di Moskow.
“Kekuatan Rusia didasarkan pada persenjataan nuklirnya," ujarnya, seperti dikutip The Mirror, Senin (3/10/2022).
Meskipun demikian, Putin saat ini memperkuat pasukan konvensionalnya dengan gelombang baru peralatan perang yang dipindahkan dari ribuan mil jauhnya di Siberia.
Sebuah video menunjukkan persenjataan menuju barat dari Krasnoyarsk, sekitar 3.000 mil dari zona perang Ukraina.
Sementara itu kekalahan Rusia di Lyman yang strategis telah menyebabkan kecemasan mendalam di kalangan propagandis Putin.
Mereka mengkritik para petinggi militer Putin dan menuntut dukungan dari komando tinggi.
Komandan militer cadangan dan anggota parlemen yang biasanya loyal, Andrey Gurulev, mengatakan: “Saya tidak bisa menjelaskan penyerahan ini secara militer."
“Ini mungkin tonggak sejarah tidak hanya secara militer, tetapi juga secara politik, terutama sekarang," ujarnya.
“Masalahnya adalah sistem kebohongan, laporan situasi baik [ketika kenyataan buruk]. Buruk ini datang dari atas ke bawah."
Anggota komite pertahanan Parlemen Rusia itu mengatakan pasukan Rusia adalah pahlawan yang dipimpin oleh keledai yang mementingkan diri sendiri.
“Apakah kita tidak tahu jumlah pasukan yang maju ke Lyman? Jika tidak, di mana intelijennya?" katanya.
(min)