TV Pro-Kremlin Tayangkan Ledakan Bom Nuklir setelah Rusia Kalah di Lyman

Senin, 03 Oktober 2022 - 10:29 WIB
loading...
TV Pro-Kremlin Tayangkan Ledakan Bom Nuklir setelah Rusia Kalah di Lyman
Stasiun televisi pro-Kremlin tayangkan cuplikan video ledakan bom nuklir sebagai propaganda setelah pasukan Rusia dikalahkan pasukan Ukraina di Lyman, Donetsk. Foto/NTV
A A A
MOSKOW - NTV, stasiun televisi pro-Kremlin di Rusia , pada hari Minggu menayangkan cuplikan sejumlah ledakan bom nuklir dengan judul "Untuk mengantisipasi konflik nuklir". Tayangan muncul setelah pasukan Moskow dikalahkan oleh pasukan Ukraina di Lyman, Donetsk.

Tayangan mengerikan itu menunjukkan beberapa ledakan senjata pemusnah massal dan akibatnya sebelum presenter program berbicara ke kamera saat dia berdiri di samping deretan topeng gas tua.

Stasiun televisi itu dimiliki oleh sayap media Gazprom, raksasa energi yang patuh pada Kremlin.

"Untuk mengantisipasi konflik nuklir—bagaimana senjata pemusnah massal telah menjadi bagian dari permainan geopolitik," bunyi judul dan ulasan singkat dari tayangan tersebut.



Tayangan itu muncul setelah sekutu Presiden Vladimir Putin, Ramzan Kadyrov—pemimpin Chechnya dan seorang fanatik perang— meminta presiden untuk mempertimbangkan mengumumkan darurat militer di wilayah perbatasan dan menggunakan senjata nuklir hasil rendah untuk mengatasi penghinaan militer terbarunya di Ukraina.

“Saya tidak tahu apa yang dilaporkan Kementerian Pertahanan kepada Panglima Tertinggi [Putin], tetapi menurut pendapat pribadi saya, kita perlu mengambil tindakan yang lebih drastis," kata Kadyrov.

Tayangan televisi Rusia tersebut menyalahkan Barat karena terlalu banyak berbicara tentang perang nuklir,

Pesannya secara eksplisit dari tayangan itu adalah Barat harus tunduk pada tuntutan Putin di Ukraina dan ancaman perang nuklir akan berkurang.

“Kami berada dalam situasi di mana keunggulan sumber daya dan persenjataan konvensional berada di pihak Barat,” kata Vasily Kashin, seorang analis militer dan politik di Sekolah Tinggi Ekonomi di Moskow.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1735 seconds (0.1#10.140)