Media Asing Turut Beritakan Kerusuhan Suporter di Kanjuruhan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Insiden kerusuhan yang menewaskan ratusan penonton sepak bola di Stadion Kanjuruhan, Malang, turut menjadi pemberitaan sejumlah media asing. Setidaknya ratusan orang tewas dalam kerusuhan yang pecah pasca pertandingan antara Arema Malang versus Persebaya itu.
Media Inggris The Guardian, media yang berbasis di Amerika Serikat (AS) The New York Times hingga Associated Press terpantau memberitakan tragedi memilukan yang kesekian kalinya terjadi di sepak bola nasional itu.
The Guardian dalam laporannya menurunkan judul "More than 120 people reportedly killed in riot at Indonesian football match," yang jika diartikan secara bebas Lebih dari 120 Orang Dilaporkan Tewas dalam Kerusuhan di Pertandingan Sepak Bola Indonesia.
"Lebih dari 120 penggemar sepak bola dilaporkan tewas setelah kekacauan dan kekerasan meletus usai pertandingan sepak bola liga Indonesia. Suporter klub asal Jawa Arema dan Persebaya bentrok setelah Arema dikalahkan 3-2 pada pertandingan di Kabupaten Malang, Jawa Timur," tulis The Guardian seperti dipantau Sindonews, Minggu (2/10/2022).
The Guardian menyebutkan perkelahian dilaporkan dimulai saat ribuan suporter Arema berhamburan ke lapangan usai timnya kalah. Pemain Persebaya langsung meninggalkan lapangan, namun beberapa pemain Arema yang masih berada di lapangan juga ikut diserang.
"Laporan mengatakan banyak korban terjadi setelah polisi menembakkan gas air mata ke tribun penonton, menyebabkan kepanikan di antara pendukung di Stadion Kanjuruhan," tulis The Guardian.
The Guardian juga mengutip pernyataan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Malang, Wiyanto Wijoyo, mengatakan lebih dari 120 orang meninggal dunia. Para pejabat masih mengumpulkan jumlah korban yang terluka, tambahnya.
“Lebih dari 120 orang meninggal, mereka meninggal karena kekacauan, kepadatan, terinjak-injak dan mati lemas,” tegas Wiyanto, seraya menambahkan bahwa total yang terluka pasti lebih dari seratus dan dirujuk ke rumah sakit setempat yang berbeda.
Sementara itu, Associated Press dalam laporannya menyebutkan bahwa korban jiwa mencapai 127 orang termasuk dua petugas polisi.
"Lebih dari 300 orang dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk mengobati luka-luka tetapi banyak yang meninggal dalam perjalanan dan selama perawatan," tulis Associated Press mengutip pernyataan Kapolda Jawa Timur Nico Afinta.
Menurut Afintas polisi terpaksa menembakkan gas air mata setelah sejumlah tawuran antara para pendukung kedua tim pecah. Itu menyebabkan kepanikan di kalangan suporter.
Ratusan orang berlarian ke pintu keluar untuk menghindari gas air mata. Beberapa terjebak dalam kekacauan dan yang lainnya terinjak-injak, menewaskan 34 orang hampir seketika.
Sedangkan The New York Times dalam laporannya yang berjudul Riots at Indonesian Soccer Match Leave Several Fans Dead atau Kerusuhan di Pertandingan Sepak Bola Indonesia Menyebabkan Beberapa Fans Meninggal melaporkan bahwa petugas keamanan berusaha menjaga kerumunan dengan memukul dan menendang pendukung.
"Saat perkelahian pecah, pihak berwenang menembakkan gas air mata ke lapangan dan ke tribun. Satu video dari tempat kejadian menunjukkan penggemar melarikan diri dari awan gas air mata di lapangan. Outlet berita lokal mengatakan ribuan penggemar berjuang untuk bernapas dan beberapa akhirnya pingsan," tulis The New York Times.
The New York Times juga mengutip pernyataan Akhmad Hadian Lukita, Presiden Direktur PT Liga Indonesia Baru atau LIB, yang menyatakan keprihatinannya atas kejadian tersebut.
“Kami prihatin dan sangat menyayangkan kejadian ini,” kata Akhmad Hadian Lukita.
“Kami turut berduka cita dan semoga ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua,” sambungnya.
The New York Times juga menulis bahwa kekerasan dalam sepak bola telah lama menjadi masalah bagi Indonesia. Kekerasan, seringkali persaingan antara tim-tim besar yang berujung pada kematian adalah hal biasa. Beberapa tim yang memiliki klub penggemar bahkan mempunyai apa yang disebut komandan, yang memimpin pasukan pendukung untuk pertandingan di seluruh Indonesia. Suar sering dilemparkan ke lapangan dan polisi anti huru hara selalu hadir di banyak pertandingan.
"Sejak 1990-an, puluhan penggemar tewas dalam kekerasan terkait sepak bola. Setelah pertandingan hari Sabtu, angka-angka itu akan bertambah sekali lagi," tulis The New York Times.
Lihat Juga: PT LIB Terima Klarifikasi Persib Imbas Kerusuhan Suporter, Ferry Paulus: Sanksi di Tangan Komdis PSSI
Media Inggris The Guardian, media yang berbasis di Amerika Serikat (AS) The New York Times hingga Associated Press terpantau memberitakan tragedi memilukan yang kesekian kalinya terjadi di sepak bola nasional itu.
The Guardian dalam laporannya menurunkan judul "More than 120 people reportedly killed in riot at Indonesian football match," yang jika diartikan secara bebas Lebih dari 120 Orang Dilaporkan Tewas dalam Kerusuhan di Pertandingan Sepak Bola Indonesia.
"Lebih dari 120 penggemar sepak bola dilaporkan tewas setelah kekacauan dan kekerasan meletus usai pertandingan sepak bola liga Indonesia. Suporter klub asal Jawa Arema dan Persebaya bentrok setelah Arema dikalahkan 3-2 pada pertandingan di Kabupaten Malang, Jawa Timur," tulis The Guardian seperti dipantau Sindonews, Minggu (2/10/2022).
The Guardian menyebutkan perkelahian dilaporkan dimulai saat ribuan suporter Arema berhamburan ke lapangan usai timnya kalah. Pemain Persebaya langsung meninggalkan lapangan, namun beberapa pemain Arema yang masih berada di lapangan juga ikut diserang.
"Laporan mengatakan banyak korban terjadi setelah polisi menembakkan gas air mata ke tribun penonton, menyebabkan kepanikan di antara pendukung di Stadion Kanjuruhan," tulis The Guardian.
The Guardian juga mengutip pernyataan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Malang, Wiyanto Wijoyo, mengatakan lebih dari 120 orang meninggal dunia. Para pejabat masih mengumpulkan jumlah korban yang terluka, tambahnya.
“Lebih dari 120 orang meninggal, mereka meninggal karena kekacauan, kepadatan, terinjak-injak dan mati lemas,” tegas Wiyanto, seraya menambahkan bahwa total yang terluka pasti lebih dari seratus dan dirujuk ke rumah sakit setempat yang berbeda.
Sementara itu, Associated Press dalam laporannya menyebutkan bahwa korban jiwa mencapai 127 orang termasuk dua petugas polisi.
"Lebih dari 300 orang dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk mengobati luka-luka tetapi banyak yang meninggal dalam perjalanan dan selama perawatan," tulis Associated Press mengutip pernyataan Kapolda Jawa Timur Nico Afinta.
Menurut Afintas polisi terpaksa menembakkan gas air mata setelah sejumlah tawuran antara para pendukung kedua tim pecah. Itu menyebabkan kepanikan di kalangan suporter.
Ratusan orang berlarian ke pintu keluar untuk menghindari gas air mata. Beberapa terjebak dalam kekacauan dan yang lainnya terinjak-injak, menewaskan 34 orang hampir seketika.
Sedangkan The New York Times dalam laporannya yang berjudul Riots at Indonesian Soccer Match Leave Several Fans Dead atau Kerusuhan di Pertandingan Sepak Bola Indonesia Menyebabkan Beberapa Fans Meninggal melaporkan bahwa petugas keamanan berusaha menjaga kerumunan dengan memukul dan menendang pendukung.
"Saat perkelahian pecah, pihak berwenang menembakkan gas air mata ke lapangan dan ke tribun. Satu video dari tempat kejadian menunjukkan penggemar melarikan diri dari awan gas air mata di lapangan. Outlet berita lokal mengatakan ribuan penggemar berjuang untuk bernapas dan beberapa akhirnya pingsan," tulis The New York Times.
The New York Times juga mengutip pernyataan Akhmad Hadian Lukita, Presiden Direktur PT Liga Indonesia Baru atau LIB, yang menyatakan keprihatinannya atas kejadian tersebut.
“Kami prihatin dan sangat menyayangkan kejadian ini,” kata Akhmad Hadian Lukita.
“Kami turut berduka cita dan semoga ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua,” sambungnya.
The New York Times juga menulis bahwa kekerasan dalam sepak bola telah lama menjadi masalah bagi Indonesia. Kekerasan, seringkali persaingan antara tim-tim besar yang berujung pada kematian adalah hal biasa. Beberapa tim yang memiliki klub penggemar bahkan mempunyai apa yang disebut komandan, yang memimpin pasukan pendukung untuk pertandingan di seluruh Indonesia. Suar sering dilemparkan ke lapangan dan polisi anti huru hara selalu hadir di banyak pertandingan.
"Sejak 1990-an, puluhan penggemar tewas dalam kekerasan terkait sepak bola. Setelah pertandingan hari Sabtu, angka-angka itu akan bertambah sekali lagi," tulis The New York Times.
Lihat Juga: PT LIB Terima Klarifikasi Persib Imbas Kerusuhan Suporter, Ferry Paulus: Sanksi di Tangan Komdis PSSI
(ian)