Uni Eropa Terpecah Soal Larangan Turis Rusia

Selasa, 30 Agustus 2022 - 19:50 WIB
loading...
A A A
“Tidak benar bahwa pada saat yang sama ketika Rusia melancarkan perang agresi yang agresif dan brutal di Eropa, Rusia dapat menjalani kehidupan normal, bepergian di Eropa, menjadi turis. Itu tidak benar," kata Perdana Menteri Sanna Marin kepada kantor berita Finlandia.

Orang Eropa musim panas ini marah dengan laporan berita tentang barisan kendaraan mewah Rusia di bandara Helsinki. Dengan berlakunya larangan penerbangan Rusia yang meluas, orang-orang Rusia yang ingin berlibur di Eropa harus berkendara ke negara-negara tetangga dan terbang dari sana.

Tetapi Finlandia dan negara Baltik mengatakan hanya ada begitu banyak yang dapat mereka lakukan sendiri untuk membatasi pariwisata Rusia dan menghindari penyalahgunaan sebagai rute transit. Para pejabat mengeluh bahwa banyak turis Rusia datang dengan visa kunjungan singkat yang dikeluarkan oleh negara-negara Schengen lainnya.



“Kita harus mengatakan ‘tidak’ dengan jelas kepada pengendara bebas Rusia yang tidak tahu malu di perbatasan,” tulis Menteri Luar Negeri Lithuania Gabrielius Landsbergis dalam sebuah opini untuk Politico yang menyerukan “solidaritas visa” di dalam Uni Eropa.

Seperti orang lain yang menganjurkan pembatasan pariwisata Rusia, dia menyarankan bahwa visa harus tetap tersedia atas dasar kemanusiaan — membiarkan pintu Eropa terbuka bagi para aktivis demokrasi dan mereka yang dianiaya oleh rezim otoriter Moskow dan Minsk.

Para pemimpin dan pejabat lain mengatakan gagasan menargetkan warga Rusia sehari-hari untuk menghukum Putin adalah gagasan yang salah.

Beberapa orang mempertanyakan apakah pelarangan pariwisata pada kenyataannya akan mendorong rakyat Rusia untuk menentang perang, apalagi pemerintah.

“Gagasan bahwa memaksa orang Rusia untuk tinggal di rumah entah bagaimana akan membuat mereka mengubah kebijakan Kremlin dipertanyakan bahkan jika negara Rusia adalah negara demokrasi, dan sangat menggelikan mengingat itu sama sekali tidak,” tulis Anna Arutunyan, seorang jurnalis dan penulis Rusia-Amerika, dalam sebuah opini untuk Moscow Times.

“Tidak ada bukti sejarah apa pun bahwa perbatasan yang tertutup membuat orang mendorong perubahan demokrasi,” lanjutnya. "Hanya ada bukti sebaliknya," tegasnya.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1399 seconds (0.1#10.140)