Khamenei: NATO Akan Mulai Perang di Crimea Jika Tak Dihentikan Putin

Rabu, 20 Juli 2022 - 19:43 WIB
loading...
Khamenei: NATO Akan Mulai Perang di Crimea Jika Tak Dihentikan Putin
Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu dengan Pemimpin Spiritual Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei. Foto/Russia Today
A A A
TEHERAN - Pemimpin Spritual Tertinggi Iran , Ayatollah Ali Khamenei menyatakan, jika Presiden Rusia Vladimir Putin tidak "mengambil inisiatif" di Ukraina , NATO akan meluncurkan perang dengan Rusia atas Crimea , yang diklaim Kiev sebagai wilayahnya sendiri.

Berbicara bersama Putin di Teheran, Khamenei menyatakan bahwa

“Sehubungan dengan Ukraina, jika Anda tidak mengambil inisiatif, pihak lain akan memulai perang,” kata Khamenei saat berbicara bersama Putin di Teheran seperti dikutip dari Russia Today, Rabu (20/7/2022).

Menggambarkan Barat benar-benar menentang Rusia yang kuat dan independen dan NATO sebagai entitas berbahaya yang tidak melihat batasan dalam kebijakan ekspansionisnya, Khamenei menambahkan: “Jika mereka tidak dihentikan di Ukraina, mereka akan meluncurkan perang yang sama beberapa waktu kemudian dengan dalih masalah Crimea.”

Dianggap sebagai tanah Rusia sejak zaman kekaisaran, Crimea adalah republik otonom di dalam Uni Soviet sampai diserahkan ke Ukraina oleh Perdana Menteri Soviet Nikita Kruschev pada tahun 1954. Wilayah tersebut jatuh di bawah kendali Ukraina setelah pecahnya Uni Soviet, dan memilih untuk bergabung dengan Rusia pada tahun 2014.

NATO menganggap Crimea sebagai wilayah Ukraina yang "dicaplok secara ilegal". Meskipun aliansi tersebut tidak mengancam Rusia dengan perang terbuka, kelompok tersebut telah menuntut agar Moskow mengembalikan wilayah itu ke kendali Ukraina dan sejumlah keputusan yang dibuat oleh para pemimpinnya serta pemerintah di Kiev menunjukkan kemungkinan jalan untuk berperang atas Crimea.



NATO pertama kali menjalin kemitraan dengan Ukraina pada tahun 1997, dan dalam Deklarasi Bukares 2008 menyatakan bahwa Ukraina dan Georgia “akan menjadi anggota NATO” pada tanggal yang tidak ditentukan di masa mendatang.

Deklarasi itu tetap menjadi kebijakan aliansi, dan jika Ukraina bergabung dengan NATO, 30 anggota lainnya akan langsung menjadi pihak dalam sengketa wilayah dengan Rusia.

Untuk bagiannya, Ukraina telah mengisyaratkan bahwa bermaksud untuk bergabung dengan NATO dan bertindak atas perselisihan ini. Di bawah Presiden Pyotr Poroshenko, negara itu menulis tujuannya menjadi anggota NATO ke dalam konstitusinya pada 2019, meskipun Moskow memperingatkan bahwa memiliki pasukan dan senjata aliansi di perbatasannya akan merupakan ancaman keamanan yang tidak dapat diterima.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1166 seconds (0.1#10.140)