AS Kirim NASAMS ke Ukraina, Sistem Rudal Canggih seperti yang Dimiliki Indonesia
loading...
A
A
A
Foto-foto yang pernah muncul di laman pertahanan Indonesia menunjukkan peluncur rudal NASAMS 2 milik Tentara Nasional Indonesia (TNI) dipersiapkan dan dipersenjatai serta disebutkan hendak dikerahkan di Jakarta.
Baterai pertama diharapkan untuk mempertahankan fasilitas pemerintah yang bernilai tinggi, termasuk Istana Negara dan Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
Kementerian Pertahanan Indonesia memesan dua baterai NASAMS dari Kongsberg Group dalam kesepakatan senilai USD77 juta.
Sistem ini menggunakan rudal pertahanan udara jarak menengah Raytheon AIM-120 AMRAAM, serupa dengan yang telah digunakan oleh pesawat tempur F-16C/D Fighting Falcon milik TNI Angkatan Udara (TNI-AU).
Ini juga cukup kompak untuk dibawa oleh pesawat angkut C-130 Hercules, dan dapat dipasang pada platform mobile. Ini adalah sistem pertahanan udara berbasis darat TNI yang paling andal, dan mampu melakukan pertempuran jarak menengah hingga 60 kilometer.
TNI berencana untuk memesan unit tambahan meskipun ini masih tunduk pada rencana program modernisasi Kekuatan Esensial Minimum Kementerian Pertahanan.
Sementara itu, Duta Besar Ukraina untuk Jepang Sergiy Korsunsky mengatakan kepada wartawan awal April lalu bahwa negaranya mungkin dapat melindungi diri dari serangan udara Rusia jika mendapatkan peralatan super modern dari Amerika Serikat (AS) dan Inggris.
“Mereka [Rusia] masih memiliki keunggulan di Angkatan Udara, di pesawat terbang dan rudal, dan kami berharap untuk mulai menerima peralatan supermodern dari Amerika Serikat dan Inggris untuk melindungi langit dan kota kami,” kata Korsunsky.
Baterai pertama diharapkan untuk mempertahankan fasilitas pemerintah yang bernilai tinggi, termasuk Istana Negara dan Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
Kementerian Pertahanan Indonesia memesan dua baterai NASAMS dari Kongsberg Group dalam kesepakatan senilai USD77 juta.
Sistem ini menggunakan rudal pertahanan udara jarak menengah Raytheon AIM-120 AMRAAM, serupa dengan yang telah digunakan oleh pesawat tempur F-16C/D Fighting Falcon milik TNI Angkatan Udara (TNI-AU).
Ini juga cukup kompak untuk dibawa oleh pesawat angkut C-130 Hercules, dan dapat dipasang pada platform mobile. Ini adalah sistem pertahanan udara berbasis darat TNI yang paling andal, dan mampu melakukan pertempuran jarak menengah hingga 60 kilometer.
TNI berencana untuk memesan unit tambahan meskipun ini masih tunduk pada rencana program modernisasi Kekuatan Esensial Minimum Kementerian Pertahanan.
Sementara itu, Duta Besar Ukraina untuk Jepang Sergiy Korsunsky mengatakan kepada wartawan awal April lalu bahwa negaranya mungkin dapat melindungi diri dari serangan udara Rusia jika mendapatkan peralatan super modern dari Amerika Serikat (AS) dan Inggris.
“Mereka [Rusia] masih memiliki keunggulan di Angkatan Udara, di pesawat terbang dan rudal, dan kami berharap untuk mulai menerima peralatan supermodern dari Amerika Serikat dan Inggris untuk melindungi langit dan kota kami,” kata Korsunsky.
(min)