Rusia Bombardir Severodonetsk Ukraina Habis-habisan, Dibikin seperti Mariupol
loading...
A
A
A
KIEV - Pasukan Rusia membombardir kota Severodonetsk, Ukraina timur, habis-habisan pada hari Senin. Pejabat Kiev mengatakan seluruh jembatan untuk evakuasi warga sipil di kota itu sudah dihancurkan pasukan Moskow.
Taktik Moskow ini mirip dengan pengepungan terhadap pelabuhan Mariupol bulan lalu.
Di tengah pengeboman berat, Gubernur Luhansk Serhiy Haidai menginformasikan di media sosial bahwa semua jembatan di kota Severodonetsk telah hancur, sehingga tidak mungkin untuk membawa kargo kemanusiaan atau mengevakuasi warga sipil.
"Sekarang sangat tidak mungkin untuk mengemudi ke kota, untuk mengirimkan sesuatu ke kota. Evakuasi tidak mungkin," katanya.
Dia mengatakan 70 persen dari kota industri kecil--sekarang menjadi fokus salah satu pertempuran paling berdarah dalam perang--berada di bawah kendali Rusia, tetapi para pembela Ukraina yang tersisa tidak sepenuhnya diblokade.
"Mereka memiliki kemampuan untuk mengirim yang terluka ke rumah sakit, jadi masih ada akses," katanya kepada Radio Free Europe/Radio Liberty's Ukraina, Selasa (14/6/2022).
"Sulit untuk mengirimkan senjata atau [pasukan] cadangan. Sulit, tapi bukan tidak mungkin."
Ukraina telah mengeluarkan seruan yang semakin mendesak untuk pasokan senjata berat lebih banyak dari Barat guna membantu mempertahankan Severodonetsk, yang menurut Kiev dapat memegang kunci pertempuran untuk wilayah Donbas timur dan jalannya perang, yang sekarang memasuki bulan keempat.
Komando militer Ukraina mengatakan dalam sebuah catatan singkat bahwa pasukan Rusia berusaha untuk mengambil kendali penuh atas Severodonetsk, tetapi serangan terhadap posisi Ukraina di tenggara kota telah gagal.
"Pertempuran begitu sengit sehingga pertempuran tidak hanya untuk satu jalan tetapi untuk satu gedung tinggi dapat berlangsung selama berhari-hari," kata Haidai sebelumnya.
Menurutnya, tembakan artileri Rusia menghantam telah pabrik kimia Azot, tempat ratusan warga sipil berlindung.
Damien Magrou, juru bicara Legiun Internasional untuk Pertahanan Ukraina yang memiliki pasukan di Severodonetsk, mengatakan situasi di sana berisiko menjadi seperti Mariupol, dengan kantong besar pembela Ukraina terputus dari sisa pasukan Ukraina.
"Ini adalah salah satu alasan mengapa sangat penting bahwa mitra Barat kami mengirimkan artileri jarak jauh secepat mungkin," katanya.
Taktik Moskow ini mirip dengan pengepungan terhadap pelabuhan Mariupol bulan lalu.
Di tengah pengeboman berat, Gubernur Luhansk Serhiy Haidai menginformasikan di media sosial bahwa semua jembatan di kota Severodonetsk telah hancur, sehingga tidak mungkin untuk membawa kargo kemanusiaan atau mengevakuasi warga sipil.
"Sekarang sangat tidak mungkin untuk mengemudi ke kota, untuk mengirimkan sesuatu ke kota. Evakuasi tidak mungkin," katanya.
Dia mengatakan 70 persen dari kota industri kecil--sekarang menjadi fokus salah satu pertempuran paling berdarah dalam perang--berada di bawah kendali Rusia, tetapi para pembela Ukraina yang tersisa tidak sepenuhnya diblokade.
"Mereka memiliki kemampuan untuk mengirim yang terluka ke rumah sakit, jadi masih ada akses," katanya kepada Radio Free Europe/Radio Liberty's Ukraina, Selasa (14/6/2022).
"Sulit untuk mengirimkan senjata atau [pasukan] cadangan. Sulit, tapi bukan tidak mungkin."
Ukraina telah mengeluarkan seruan yang semakin mendesak untuk pasokan senjata berat lebih banyak dari Barat guna membantu mempertahankan Severodonetsk, yang menurut Kiev dapat memegang kunci pertempuran untuk wilayah Donbas timur dan jalannya perang, yang sekarang memasuki bulan keempat.
Komando militer Ukraina mengatakan dalam sebuah catatan singkat bahwa pasukan Rusia berusaha untuk mengambil kendali penuh atas Severodonetsk, tetapi serangan terhadap posisi Ukraina di tenggara kota telah gagal.
"Pertempuran begitu sengit sehingga pertempuran tidak hanya untuk satu jalan tetapi untuk satu gedung tinggi dapat berlangsung selama berhari-hari," kata Haidai sebelumnya.
Menurutnya, tembakan artileri Rusia menghantam telah pabrik kimia Azot, tempat ratusan warga sipil berlindung.
Damien Magrou, juru bicara Legiun Internasional untuk Pertahanan Ukraina yang memiliki pasukan di Severodonetsk, mengatakan situasi di sana berisiko menjadi seperti Mariupol, dengan kantong besar pembela Ukraina terputus dari sisa pasukan Ukraina.
"Ini adalah salah satu alasan mengapa sangat penting bahwa mitra Barat kami mengirimkan artileri jarak jauh secepat mungkin," katanya.
(min)