Finlandia Tidak akan Gabung NATO Jika Tanpa Swedia
loading...
A
A
A
HELSINKI - Finlandia tidak akan bergabung dengan blok NATO tanpa Swedia jika Swedia menemui jalan buntu di jalur keanggotaannya.
Pernyataan itu diungkapkan Presiden Finlandia Sauli Niinisto. Dia membuat pernyataan selama konferensi pers bersama dengan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg di Helsinki pada Minggu (12/6/2022).
“Saya katakan bahwa kasus Swedia adalah milik kita. Artinya, kita akan melangkah lebih jauh,” ujar Niinisto.
Sekjen NATO, pada bagiannya, mengisyaratkan aliansi tersebut belum memberlakukan tenggat waktu untuk menerima tawaran Finlandia dan Swedia tetapi berusaha menghilangkan perbedaan antara mereka dan Turki “sesegera mungkin.”
Stoltenberg bersikeras pertemuan puncak aliansi yang akan datang, yang dijadwalkan akhir Juni, tidak pernah dilihat sebagai batas waktu untuk menerima dua calon anggota.
“Konferensi tingkat tinggi (KTT) di Madrid tidak pernah menjadi tenggat waktu; pada saat yang sama, saya ingin melihat ini diselesaikan sesegera mungkin. Dan oleh karena itu kami bekerja keras dengan Sekutu NATO kami, Turki, dan juga dengan Finlandia dan Swedia, untuk mengatasi masalah-masalah yang telah diangkat Turki,” ujar Stoltenberg.
Pernyataan Stoltenberg mengisyaratkan perubahan nyata dari sikap NATO pada kerangka waktu untuk potensi keanggotaan Finlandia dan Swedia.
Awal pekan ini, Wakil Sekretaris Jenderal NATO Camille Grand menyatakan harapan bahwa perbedaan antara Turki dan dua calon negara anggota akan diselesaikan sebelum KTT.
“Kami berharap perbedaan akan diselesaikan pada waktunya untuk KTT. Penting untuk mempertimbangkan kekhawatiran Turki,” ujar Grand kepada badan penyiar Swiss RTS saat wawancara.
Finlandia dan Swedia telah bergegas bergabung dengan NATO di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Rusia dan Ukraina.
Sementara kedua negara Nordik telah mempertahankan hubungan dekat dan kerja sama militer dengan blok pimpinan Amerika Serikat (AS) selama beberapa dekade, secara de jure mereka tetap menjadi negara netral.
Namun, potensi aksesi kedua negara ke NATO menemui jalan buntu karena Turki, negara besar di NATO, dengan tegas menentang tawaran keanggotaan mereka.
Ankara menuduh kedua negara berfungsi sebagai “rumah tamu bagi organisasi teroris” dan menampung anggota kelompok Kurdi yang dilarang yang dianggapnya sebagai “teroris.”
NATO mengakui kekhawatiran Turki, menurut Stoltenberg, dan mendorong negosiasi antara Ankara dan kedua negara Nordik.
“Jadi ketika sekutu penting dan penting seperti Turki mengangkat kekhawatiran seperti terorisme, maka tentu saja kita harus duduk dan menganggap ini serius. Dan itulah yang kami lakukan,” ujar dia.
Pernyataan itu diungkapkan Presiden Finlandia Sauli Niinisto. Dia membuat pernyataan selama konferensi pers bersama dengan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg di Helsinki pada Minggu (12/6/2022).
“Saya katakan bahwa kasus Swedia adalah milik kita. Artinya, kita akan melangkah lebih jauh,” ujar Niinisto.
Sekjen NATO, pada bagiannya, mengisyaratkan aliansi tersebut belum memberlakukan tenggat waktu untuk menerima tawaran Finlandia dan Swedia tetapi berusaha menghilangkan perbedaan antara mereka dan Turki “sesegera mungkin.”
Stoltenberg bersikeras pertemuan puncak aliansi yang akan datang, yang dijadwalkan akhir Juni, tidak pernah dilihat sebagai batas waktu untuk menerima dua calon anggota.
“Konferensi tingkat tinggi (KTT) di Madrid tidak pernah menjadi tenggat waktu; pada saat yang sama, saya ingin melihat ini diselesaikan sesegera mungkin. Dan oleh karena itu kami bekerja keras dengan Sekutu NATO kami, Turki, dan juga dengan Finlandia dan Swedia, untuk mengatasi masalah-masalah yang telah diangkat Turki,” ujar Stoltenberg.
Pernyataan Stoltenberg mengisyaratkan perubahan nyata dari sikap NATO pada kerangka waktu untuk potensi keanggotaan Finlandia dan Swedia.
Awal pekan ini, Wakil Sekretaris Jenderal NATO Camille Grand menyatakan harapan bahwa perbedaan antara Turki dan dua calon negara anggota akan diselesaikan sebelum KTT.
“Kami berharap perbedaan akan diselesaikan pada waktunya untuk KTT. Penting untuk mempertimbangkan kekhawatiran Turki,” ujar Grand kepada badan penyiar Swiss RTS saat wawancara.
Finlandia dan Swedia telah bergegas bergabung dengan NATO di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Rusia dan Ukraina.
Sementara kedua negara Nordik telah mempertahankan hubungan dekat dan kerja sama militer dengan blok pimpinan Amerika Serikat (AS) selama beberapa dekade, secara de jure mereka tetap menjadi negara netral.
Namun, potensi aksesi kedua negara ke NATO menemui jalan buntu karena Turki, negara besar di NATO, dengan tegas menentang tawaran keanggotaan mereka.
Ankara menuduh kedua negara berfungsi sebagai “rumah tamu bagi organisasi teroris” dan menampung anggota kelompok Kurdi yang dilarang yang dianggapnya sebagai “teroris.”
NATO mengakui kekhawatiran Turki, menurut Stoltenberg, dan mendorong negosiasi antara Ankara dan kedua negara Nordik.
“Jadi ketika sekutu penting dan penting seperti Turki mengangkat kekhawatiran seperti terorisme, maka tentu saja kita harus duduk dan menganggap ini serius. Dan itulah yang kami lakukan,” ujar dia.
(sya)