Negara yang Pernah Menjadi Bagian Kekaisaran Turki Utsmani
loading...
A
A
A
ANKARA - Kekaisaran Turki Utsmani atau yang dikenal juga dengan Kekhalifahan Ottoman merupakan salah satu dinasti terkuat dan terlama dalam sejarah dunia.
Peradaban yang dikelola dengan sistem Islam ini menguasai wilayah Timur Tengah, Eropa Timur, dan Afrika Utara selama lebih dari 600 tahun.
Dinasti ini didirikan oleh Osman I, seorang pemimpin suku Turki di Anatolia pada tahun 1299. Istilah Utsmaniyah berasal dari nama Osman dalam bahasa Arab yaitu “Utsman”.
Turki Utsmani berhasil mendirikan pemerintahan dan memperluas wilayahnya di bawah kepemimpinan Osman I, Orhan, Murad I, dan Bayezid I.
Selanjutnya pada tahun 1453, di bawah kepemimpinan Mehmed II, kekaisaran Ottoman berhasil menaklukkan Konstantinopel dan mengakhiri kekaisaran Bizantium yang telah memerintah selama 1.000 tahun.
Kekaisaran Ottoman berhasil membawa Suriah, Arab, Palestina, dan Mesir di bawah kendalinya pada tahun 1517.
Turki Utsmani meraih puncak kejayaannya antara tahun 1520 dan 1566 di bawah pemerintahan Khalifah Suleiman.
Periode ini ditandai dengan kekuatan besar, stabilitas, dan kekayaan. Sepanjang pemerintah Suleiman ini juga kekaisaran berkembang dan mencakup wilayah Eropa Timur.
Berikut negara yang pernah menjadi bagian dari Kekhalifahan Turki Utsmani.
1. Irak
Penaklukan Irak oleh Dinasti Utsmaniyah terjadi pada abad ke-16, yang diikuti juga dengan penaklukan negara Islam lainnya, seperti Suriah dan Mesir.
Pemerintahan Ottoman di Irak mewakili kemenangan kaum Sunni. Meskipun tokoh-tokoh Syi'ah di Irak selatan terus menikmati pengaruh dan prestise lokal yang cukup besar, mereka cenderung mengidentifikasi diri dengan Syi'ah Iran dan membenci pemerintahan Utsmaniyah yang didominasi Sunni.
Penguasaan jalur perdagangan yang melewati Laut Merah sampai Sungai Tigris dan Eufrat, dan juga dari Iran ke Anatolia, Suriah, serta Mediterania menjadi elemen penting dalam upaya dinasti Ottoman untuk memastikan bahwa perdagangan timur-barat akan terus mengalir melalui wilayahnya, meskipun rute laut baru dibuka di sekitar Afrika.
Tapi, mungkin yang paling penting, Irak berfungsi sebagai zona penyangga, perisai yang melindungi Anatolia Ottoman dan Suriah dari gangguan Iran atau suku-suku Arab dan Kurdi yang keras kepala.
2. Hungaria
Turki Utsmani berhasil memasukkan bagian tengah kerajaan Hungaria, termasuk Budapest, ke dalam Kekaisaran Ottoman pada tahun 1541, di bawah kepemimpinan Suleiman I.
Kekaisaran Ottoman membagi wilayah Kerajaan Hungaria yang berada di bawah kendali mereka menjadi distrik administratif yang disebut eyalets.
Pejabat yang berkuasa di Hungaria Utsmaniyah adalah Pasha dari Budin. Hungaria Utsmani memiliki populasi sekitar 900.000 pada akhir tahun 1500-an, setengah dari Kerajaan Habsburg Hungaria dan kira-kira sama dengan Kerajaan Transylvania.
Antara 50.000 dan 80.000 orang Turki tinggal di eyalet yang dulunya milik Kerajaan Hungaria, kebanyakan dari mereka adalah pegawai negeri dan tentara.
Utsmani tidak memaksa orang-orang Kristen di kekaisaran untuk memeluk Islam.
Akhir kekuasaan Dinasti Turki Utsmani di Hungaria ditandai dengan Utsmaniyah yang secara resmi menyerahkan sebagian besar wilayah mereka di Kerajaan Hungaria kepada Monarki Habsburg melalui Perjanjian Karlowitz pada tahun 1699.
Bukti pemerintahan Utsmaniyah yang pernah berkuasa di wilayah Hungaria selama 150 tahun dapat dilihat dari segi budaya, bahasa, dan arsitektur Hungaria.
Beberapa kata pinjaman Turki yang berasal dari periode ini digunakan dalam bahasa Hungaria modern, seperti dohany (tembakau), kave (kopi) dan kefe (sikat).
Bangunan dan struktur utama Utsmaniyah yang masih berdiri di Hungaria adalah Masjid Pasha Qasim di Pecs, menara di Eger, dan makam penyair darwis Gul Baba serta pemandian Kiraly dan Rudas di Budapest.
3. Mesir
Sejarah Dinasti Utsmaniyah di Mesir berkaitan dengan proses di mana Dinasti Mamluk yang ditaklukan oleh Dinasti Utsmaniyah menegaskan kembali kekuasaan mereka di negara Mesir.
Pada masa pemerintahan Dinasti Utsmaniyah, Mesir digunakan sebagai sumber pajak untuk kepentingan kekaisaran dan basis ekspansi asing.
Walaupun kebijakan ini diarahkan untuk kebutuhan kekaisaran, bukan untuk kebutuhan Mesir, namun hal tersebut tetap menguntungkan para penguasa di sana, yang merupakan bagian juga dari elite Dinasti Mamluk.
Oleh karena itu, kebijakan ini akhirnya melemahkan pemerintahan Utsmaniyah di Turki, karena walaupun para penguasa itu bekerja sama dengan pemerintahan Utsmaniyah, mereka pada akhirnya menentang dan mendominasi Mesir kembali.
4. Albania
Dinasti Utsmaniyah menduduki Albania pada tahun 1385 – 1912. Pemerintahan Ottoman di Albania dimulai pada saat pertempuran Savra pada tahun 1385, ketika sebagian besar kepala suku lokal menjadi pengikut Dinasti Ottoman.
Pada tahun 1415, dinasti Ottoman mendirikan garnisun di seluruh wilayah Albania selatan, kemudian menetapkan yurisdiksi formal atas sebagian besar wilayah Albania pada tahun 1431.
Kota-kota terakhir yang berhasil ditaklukkan oleh Dinasti Ottoman adalah Shkodr pada tahun 1479 dan Durrs pada tahun 1501.
Sampai akhirnya, pemerintahan Ottoman berakhir di Albania pada tahun 1912, setelah Republik Albania mendeklarasikan kemerdekaan selama Perang Balkan.
Peradaban yang dikelola dengan sistem Islam ini menguasai wilayah Timur Tengah, Eropa Timur, dan Afrika Utara selama lebih dari 600 tahun.
Dinasti ini didirikan oleh Osman I, seorang pemimpin suku Turki di Anatolia pada tahun 1299. Istilah Utsmaniyah berasal dari nama Osman dalam bahasa Arab yaitu “Utsman”.
Turki Utsmani berhasil mendirikan pemerintahan dan memperluas wilayahnya di bawah kepemimpinan Osman I, Orhan, Murad I, dan Bayezid I.
Selanjutnya pada tahun 1453, di bawah kepemimpinan Mehmed II, kekaisaran Ottoman berhasil menaklukkan Konstantinopel dan mengakhiri kekaisaran Bizantium yang telah memerintah selama 1.000 tahun.
Kekaisaran Ottoman berhasil membawa Suriah, Arab, Palestina, dan Mesir di bawah kendalinya pada tahun 1517.
Turki Utsmani meraih puncak kejayaannya antara tahun 1520 dan 1566 di bawah pemerintahan Khalifah Suleiman.
Periode ini ditandai dengan kekuatan besar, stabilitas, dan kekayaan. Sepanjang pemerintah Suleiman ini juga kekaisaran berkembang dan mencakup wilayah Eropa Timur.
Berikut negara yang pernah menjadi bagian dari Kekhalifahan Turki Utsmani.
1. Irak
Penaklukan Irak oleh Dinasti Utsmaniyah terjadi pada abad ke-16, yang diikuti juga dengan penaklukan negara Islam lainnya, seperti Suriah dan Mesir.
Pemerintahan Ottoman di Irak mewakili kemenangan kaum Sunni. Meskipun tokoh-tokoh Syi'ah di Irak selatan terus menikmati pengaruh dan prestise lokal yang cukup besar, mereka cenderung mengidentifikasi diri dengan Syi'ah Iran dan membenci pemerintahan Utsmaniyah yang didominasi Sunni.
Penguasaan jalur perdagangan yang melewati Laut Merah sampai Sungai Tigris dan Eufrat, dan juga dari Iran ke Anatolia, Suriah, serta Mediterania menjadi elemen penting dalam upaya dinasti Ottoman untuk memastikan bahwa perdagangan timur-barat akan terus mengalir melalui wilayahnya, meskipun rute laut baru dibuka di sekitar Afrika.
Tapi, mungkin yang paling penting, Irak berfungsi sebagai zona penyangga, perisai yang melindungi Anatolia Ottoman dan Suriah dari gangguan Iran atau suku-suku Arab dan Kurdi yang keras kepala.
2. Hungaria
Turki Utsmani berhasil memasukkan bagian tengah kerajaan Hungaria, termasuk Budapest, ke dalam Kekaisaran Ottoman pada tahun 1541, di bawah kepemimpinan Suleiman I.
Kekaisaran Ottoman membagi wilayah Kerajaan Hungaria yang berada di bawah kendali mereka menjadi distrik administratif yang disebut eyalets.
Pejabat yang berkuasa di Hungaria Utsmaniyah adalah Pasha dari Budin. Hungaria Utsmani memiliki populasi sekitar 900.000 pada akhir tahun 1500-an, setengah dari Kerajaan Habsburg Hungaria dan kira-kira sama dengan Kerajaan Transylvania.
Antara 50.000 dan 80.000 orang Turki tinggal di eyalet yang dulunya milik Kerajaan Hungaria, kebanyakan dari mereka adalah pegawai negeri dan tentara.
Utsmani tidak memaksa orang-orang Kristen di kekaisaran untuk memeluk Islam.
Akhir kekuasaan Dinasti Turki Utsmani di Hungaria ditandai dengan Utsmaniyah yang secara resmi menyerahkan sebagian besar wilayah mereka di Kerajaan Hungaria kepada Monarki Habsburg melalui Perjanjian Karlowitz pada tahun 1699.
Bukti pemerintahan Utsmaniyah yang pernah berkuasa di wilayah Hungaria selama 150 tahun dapat dilihat dari segi budaya, bahasa, dan arsitektur Hungaria.
Beberapa kata pinjaman Turki yang berasal dari periode ini digunakan dalam bahasa Hungaria modern, seperti dohany (tembakau), kave (kopi) dan kefe (sikat).
Bangunan dan struktur utama Utsmaniyah yang masih berdiri di Hungaria adalah Masjid Pasha Qasim di Pecs, menara di Eger, dan makam penyair darwis Gul Baba serta pemandian Kiraly dan Rudas di Budapest.
3. Mesir
Sejarah Dinasti Utsmaniyah di Mesir berkaitan dengan proses di mana Dinasti Mamluk yang ditaklukan oleh Dinasti Utsmaniyah menegaskan kembali kekuasaan mereka di negara Mesir.
Pada masa pemerintahan Dinasti Utsmaniyah, Mesir digunakan sebagai sumber pajak untuk kepentingan kekaisaran dan basis ekspansi asing.
Walaupun kebijakan ini diarahkan untuk kebutuhan kekaisaran, bukan untuk kebutuhan Mesir, namun hal tersebut tetap menguntungkan para penguasa di sana, yang merupakan bagian juga dari elite Dinasti Mamluk.
Oleh karena itu, kebijakan ini akhirnya melemahkan pemerintahan Utsmaniyah di Turki, karena walaupun para penguasa itu bekerja sama dengan pemerintahan Utsmaniyah, mereka pada akhirnya menentang dan mendominasi Mesir kembali.
4. Albania
Dinasti Utsmaniyah menduduki Albania pada tahun 1385 – 1912. Pemerintahan Ottoman di Albania dimulai pada saat pertempuran Savra pada tahun 1385, ketika sebagian besar kepala suku lokal menjadi pengikut Dinasti Ottoman.
Pada tahun 1415, dinasti Ottoman mendirikan garnisun di seluruh wilayah Albania selatan, kemudian menetapkan yurisdiksi formal atas sebagian besar wilayah Albania pada tahun 1431.
Kota-kota terakhir yang berhasil ditaklukkan oleh Dinasti Ottoman adalah Shkodr pada tahun 1479 dan Durrs pada tahun 1501.
Sampai akhirnya, pemerintahan Ottoman berakhir di Albania pada tahun 1912, setelah Republik Albania mendeklarasikan kemerdekaan selama Perang Balkan.
(sya)