AS Berupaya Sita 2 Jet Mewah Milik Miliarder Rusia Roman Abramovich
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Pihak berwenang Amerika Serikat (AS) pada Senin (6/6/2022) bergerak untuk menyita dua jet mewah yang diduga milik miliarder Rusia Roman Abramovich.
Dua jet mewah itu adalah satu pesawat Gulfstream senilai USD60 juta dan jet Boeing seharga USD350 juta.
Seorang hakim federal AS menandatangani surat perintah yang mengizinkan penyitaan Gulfstream dan jet Boeing yang menurut pihak berwenang bernilai kurang dari USD100 juta sebelum penyesuaian yang mewah.
Tindakan itu terjadi hanya beberapa hari setelah Amerika Serikat mengumumkan sanksi dan hukuman baru terhadap oligarki dan elit Rusia, pejabat Kremlin, pengusaha yang terkait Presiden Vladimir Putin dan kapal pesiar mereka, pesawat terbang, dan perusahaan yang mengelolanya.
Presiden AS Joe Biden berjanji setelah invasi Rusia ke Ukraina pada Februari untuk mengejar “keuntungan yang tidak sah” para elit Rusia.
Seorang perwakilan untuk Abramovich tidak segera membalas pesan yang meminta komentar terkait upaya penyitaan itu.
Pengacara AS Damian Williams mengatakan dalam rilis Senin bahwa kantornya menggunakan setiap alat hukum yang tersedia untuk menanggapi "perang ilegal Rusia di Ukraina."
“Mitra internasional kami, negara-negara yang mengabdi pada aturan hukum, jauh melebihi jumlah yurisdiksi di mana pesawat ini dapat bersembunyi dengan aman, dan penyelidikan kami terhadap ekspor ilegal yang melanggar hukum AS akan terus berlanjut,” papar dia.
Matthew S Axelrod, asisten sekretaris perdagangan untuk penegakan ekspor, mengatakan Departemen Perdagangan AS telah membuat perubahan baru-baru ini untuk menjaga tindakan penegakan hukum pada kontrol ekspor yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Dia mengatakan, “Tindakan itu memberikan pemberitahuan kepada dunia tentang komitmen kami menegakkan kontrol itu secara agresif dengan cara yang transparan.”
Andrew Adams, jaksa yang mengepalai unit mengejar aset oligarki Rusia, mengatakan, “Sifat publik dari tindakan Senin dimaksudkan untuk mengingatkan anggota industri penerbangan, asuransi, dan keuangan bahwa pesawat ini merupakan properti tercemar di bawah penyelidikan aktif oleh Amerika Serikat.”
Pejabat Departemen Kehakiman mengatakan mereka telah menerima dukungan kuat dari perusahaan dan organisasi serta dari negara-negara yang di masa lalu dipandang sebagai tempat yang aman untuk memarkir aset ilegal.
Abramovich yang baru-baru ini menjual sahamnya di Chelsea, klub sepak bola Liga Utama Inggris di London, adalah salah satu orang kaya Rusia yang asetnya diawasi karena pelanggaran sanksi setelah invasi Rusia ke Ukraina.
Dalam menjelaskan langkah penyitaan pesawat, seorang agen FBI menulis dalam pernyataan tertulis bahwa pesawat Boeing 787-8 Dreamliner dan pesawat Gulfstream G650ER dapat disita karena dipindahkan antara 4 Maret dan 15 Maret tanpa izin, yang melanggar sanksi yang dijatuhkan terhadap Rusia.
Menurut pernyataan tertulis, Abramovich mengendalikan Gulfstream melalui serangkaian perusahaan cangkang. Pesawat itu diyakini telah berada di Moskow sejak 15 Maret.
“Boeing, sementara itu, diyakini berada di Dubai, Uni Emirat Arab, setelah penerbangan pulang pergi 4 Maret dari Dubai ke Moskow,” papar pernyataan tertulis itu.
Dua jet mewah itu adalah satu pesawat Gulfstream senilai USD60 juta dan jet Boeing seharga USD350 juta.
Seorang hakim federal AS menandatangani surat perintah yang mengizinkan penyitaan Gulfstream dan jet Boeing yang menurut pihak berwenang bernilai kurang dari USD100 juta sebelum penyesuaian yang mewah.
Tindakan itu terjadi hanya beberapa hari setelah Amerika Serikat mengumumkan sanksi dan hukuman baru terhadap oligarki dan elit Rusia, pejabat Kremlin, pengusaha yang terkait Presiden Vladimir Putin dan kapal pesiar mereka, pesawat terbang, dan perusahaan yang mengelolanya.
Presiden AS Joe Biden berjanji setelah invasi Rusia ke Ukraina pada Februari untuk mengejar “keuntungan yang tidak sah” para elit Rusia.
Seorang perwakilan untuk Abramovich tidak segera membalas pesan yang meminta komentar terkait upaya penyitaan itu.
Pengacara AS Damian Williams mengatakan dalam rilis Senin bahwa kantornya menggunakan setiap alat hukum yang tersedia untuk menanggapi "perang ilegal Rusia di Ukraina."
“Mitra internasional kami, negara-negara yang mengabdi pada aturan hukum, jauh melebihi jumlah yurisdiksi di mana pesawat ini dapat bersembunyi dengan aman, dan penyelidikan kami terhadap ekspor ilegal yang melanggar hukum AS akan terus berlanjut,” papar dia.
Matthew S Axelrod, asisten sekretaris perdagangan untuk penegakan ekspor, mengatakan Departemen Perdagangan AS telah membuat perubahan baru-baru ini untuk menjaga tindakan penegakan hukum pada kontrol ekspor yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Dia mengatakan, “Tindakan itu memberikan pemberitahuan kepada dunia tentang komitmen kami menegakkan kontrol itu secara agresif dengan cara yang transparan.”
Andrew Adams, jaksa yang mengepalai unit mengejar aset oligarki Rusia, mengatakan, “Sifat publik dari tindakan Senin dimaksudkan untuk mengingatkan anggota industri penerbangan, asuransi, dan keuangan bahwa pesawat ini merupakan properti tercemar di bawah penyelidikan aktif oleh Amerika Serikat.”
Pejabat Departemen Kehakiman mengatakan mereka telah menerima dukungan kuat dari perusahaan dan organisasi serta dari negara-negara yang di masa lalu dipandang sebagai tempat yang aman untuk memarkir aset ilegal.
Abramovich yang baru-baru ini menjual sahamnya di Chelsea, klub sepak bola Liga Utama Inggris di London, adalah salah satu orang kaya Rusia yang asetnya diawasi karena pelanggaran sanksi setelah invasi Rusia ke Ukraina.
Dalam menjelaskan langkah penyitaan pesawat, seorang agen FBI menulis dalam pernyataan tertulis bahwa pesawat Boeing 787-8 Dreamliner dan pesawat Gulfstream G650ER dapat disita karena dipindahkan antara 4 Maret dan 15 Maret tanpa izin, yang melanggar sanksi yang dijatuhkan terhadap Rusia.
Menurut pernyataan tertulis, Abramovich mengendalikan Gulfstream melalui serangkaian perusahaan cangkang. Pesawat itu diyakini telah berada di Moskow sejak 15 Maret.
“Boeing, sementara itu, diyakini berada di Dubai, Uni Emirat Arab, setelah penerbangan pulang pergi 4 Maret dari Dubai ke Moskow,” papar pernyataan tertulis itu.
(sya)