Ukraina Berharap Dapatkan Kapal Selam dari Jerman
loading...
A
A
A
BERLIN - Ketua Parlemen Ukraina , Ruslan Stefanchuk mengatakan, Jerman mungkin akan menyediakan kapal selam bagi Kiev. Hal itu dikatakannya saat berkunjung ke Jerman di tengah operasi militer Rusia yang sedang berlangsung di negaranya.
Berbicara menjelang pertemuan dengan Menteri Pertahanan Jerman Christine Lambrecht pada hari Jumat lalu, kepala parlemen Ukraina itu mengatakan pasokan peralatan paling modern ke Ukraina dan pengambilan keputusan yang cepat tentang masalah ini akan membawa "kemenangan bersama" atas Rusia lebih dekat.
Stefanchuk menyatakan harapan bahwa sistem rudal permukaan-ke-udara IRIS-T akan segera dikirim ke Ukraina.
“Saya tidak menutup kemungkinan menerima kapal selam dari Jerman, karena kami siap menjadi perbatasan pertahanan timur untuk seluruh Eropa,” tambahnya seperti dikutip dari Russia Today, Minggu (5/6/2022).
Pada gilirannya, Menteri Pertahanan Jerman Christine Lambrecht menyatakan bahwa negaranya akan terus melakukan segalanya untuk mendukung Ukraina, tidak hanya saat ini, tetapi juga dalam jangka panjang.
Kemudian, menyimpulkan hasil kunjungannya ke Jerman dalam sebuah wawancara dengan Welt TV, Stefanchuk menegaskan bahwa Kiev membutuhkan senjata modern “yang pertama dan terutama.”
“Kita juga bisa berperang dengan senjata lama dari stok lama, tapi senjata baru lebih efektif,” katanya.
Dia menambahkan bahwa Ukraina mengharapkan Jerman untuk menyediakannya kendaraan lapis baja Marder dan tank Leopard, yang digambarkan oleh Menteri Luar Negeri Ukraina Dmitry Kuleba bulan lalu sebagai “impian” Kiev.
Serangan militer Rusia di Ukraina mendorong Jerman untuk membatalkan kebijakan yang telah lama dipegangnya terhadap pengiriman senjata ke zona konflik aktif, dan kemudian membatalkan pendiriannya untuk tidak memberikan senjata mematikan kepada Kiev.
Moskow telah berulang kali memperingatkan Barat agar tidak "memompa" Ukraina dengan senjata, dengan alasan bahwa itu hanya akan memperpanjang konflik dan menciptakan masalah jangka panjang. Rusia juga telah menjelaskan bahwa mereka menganggap setiap senjata asing di Ukraina sebagai target yang sah.
Rusia menyerang negara tetangga itu pada akhir Februari, menyusul kegagalan Ukraina untuk mengimplementasikan persyaratan perjanjian Minsk, yang pertama kali ditandatangani pada 2014, dan akhirnya berujung pada pengakuan Moskow atas republik Donbass di Donetsk dan Lugansk.
Protokol yang diperantarai Jerman dan Prancis dirancang untuk memberikan status khusus kepada daerah-daerah yang memisahkan diri di dalam negara Ukraina.
Kremlin sejak itu menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.
Kiev menegaskan bahwa serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan telah membantah klaim bahwa pihaknya berencana untuk merebut kembali kedua republik dengan paksa.
Berbicara menjelang pertemuan dengan Menteri Pertahanan Jerman Christine Lambrecht pada hari Jumat lalu, kepala parlemen Ukraina itu mengatakan pasokan peralatan paling modern ke Ukraina dan pengambilan keputusan yang cepat tentang masalah ini akan membawa "kemenangan bersama" atas Rusia lebih dekat.
Stefanchuk menyatakan harapan bahwa sistem rudal permukaan-ke-udara IRIS-T akan segera dikirim ke Ukraina.
“Saya tidak menutup kemungkinan menerima kapal selam dari Jerman, karena kami siap menjadi perbatasan pertahanan timur untuk seluruh Eropa,” tambahnya seperti dikutip dari Russia Today, Minggu (5/6/2022).
Pada gilirannya, Menteri Pertahanan Jerman Christine Lambrecht menyatakan bahwa negaranya akan terus melakukan segalanya untuk mendukung Ukraina, tidak hanya saat ini, tetapi juga dalam jangka panjang.
Kemudian, menyimpulkan hasil kunjungannya ke Jerman dalam sebuah wawancara dengan Welt TV, Stefanchuk menegaskan bahwa Kiev membutuhkan senjata modern “yang pertama dan terutama.”
“Kita juga bisa berperang dengan senjata lama dari stok lama, tapi senjata baru lebih efektif,” katanya.
Dia menambahkan bahwa Ukraina mengharapkan Jerman untuk menyediakannya kendaraan lapis baja Marder dan tank Leopard, yang digambarkan oleh Menteri Luar Negeri Ukraina Dmitry Kuleba bulan lalu sebagai “impian” Kiev.
Serangan militer Rusia di Ukraina mendorong Jerman untuk membatalkan kebijakan yang telah lama dipegangnya terhadap pengiriman senjata ke zona konflik aktif, dan kemudian membatalkan pendiriannya untuk tidak memberikan senjata mematikan kepada Kiev.
Moskow telah berulang kali memperingatkan Barat agar tidak "memompa" Ukraina dengan senjata, dengan alasan bahwa itu hanya akan memperpanjang konflik dan menciptakan masalah jangka panjang. Rusia juga telah menjelaskan bahwa mereka menganggap setiap senjata asing di Ukraina sebagai target yang sah.
Rusia menyerang negara tetangga itu pada akhir Februari, menyusul kegagalan Ukraina untuk mengimplementasikan persyaratan perjanjian Minsk, yang pertama kali ditandatangani pada 2014, dan akhirnya berujung pada pengakuan Moskow atas republik Donbass di Donetsk dan Lugansk.
Protokol yang diperantarai Jerman dan Prancis dirancang untuk memberikan status khusus kepada daerah-daerah yang memisahkan diri di dalam negara Ukraina.
Kremlin sejak itu menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.
Kiev menegaskan bahwa serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan telah membantah klaim bahwa pihaknya berencana untuk merebut kembali kedua republik dengan paksa.
(ian)