Ingin Tahu Cara Redam Penembakan Massal, Biden Minta Nasihat Ardern
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden meminta nasihat kepada Perdana Menteri (PM) Selandia Baru Jacinda Ardern untuk mengatasi peningkatan kekerasan senjata dan ideologi ekstrimis.
Hal itu dilakukan Biden setelah AS diguncang aksi penembakan massal yang menewaskan 19 anak-anak dan dua orang guru di sebuah sekolah dasar di Texas.
Bertemu di Ruang Oval dengan Ardern, Biden merujuk padapembantaian di Christchurch 2019 terhadap 51 orang dalam penembakan massal yang menargetkan umat Muslim.
Pertumpahan darah mendorong Selandia Baru untuk melarang senapan gaya militer. Selandia Baru juga melakukan memberik kembali senjata yang dimiliki oleh warganya.
“Kami membutuhkan bimbingan Anda,” kata Biden, menyerukan upaya global untuk melawan kekerasan dan ekstremisme secara online.
"Saya ingin bekerja sama dengan Anda dalam upaya itu," sambungnya seperti dikutip dari Channel News Asia, Rabu (1/6/2022).
Biden, yang mengunjungi kota Uvalde di Texas pada hari Minggu untuk berduka atas kematian 19 anak dan dua guru yang dibunuh oleh seorang pria bersenjata menggunakan senapan serbu, mengatakan ada banyak penderitaan dan banyak dari insiden itu dapat dicegah.
Kurang dari dua minggu sebelumnya, Biden juga mengunjungi lokasi penembakan massal di negara bagian New York, kali ini menargetkan orang Afrika-Amerika.
Menjawab permintaan Biden, Ardern terlebih dahulu menyampaikan belasungkawa atas pembunuhan Texas dan New York.
"Pengalaman kami dalam hal ini adalah milik kami sendiri, tetapi jika ada sesuatu yang dapat kami bagikan yang bernilai, kami di sini untuk membagikannya," katanya.
Biden, yang berada di bawah tekanan untuk menunjukkan bahwa pemerintah merespons jumlah korban yang terus bertambah, mengatakan kepada wartawan bahwa dia akan bertemu dengan Kongres tentang pembatasan senjata.
Namun, dengan Partai Republik yang hampir secara seragam menentang pembatasan baru kepemilikan senjata, tampaknya tidak mungkin bagi Biden yang didukung Partai Demokrat dapat membuat perubahan signifikan.
Hal itu dilakukan Biden setelah AS diguncang aksi penembakan massal yang menewaskan 19 anak-anak dan dua orang guru di sebuah sekolah dasar di Texas.
Bertemu di Ruang Oval dengan Ardern, Biden merujuk padapembantaian di Christchurch 2019 terhadap 51 orang dalam penembakan massal yang menargetkan umat Muslim.
Pertumpahan darah mendorong Selandia Baru untuk melarang senapan gaya militer. Selandia Baru juga melakukan memberik kembali senjata yang dimiliki oleh warganya.
“Kami membutuhkan bimbingan Anda,” kata Biden, menyerukan upaya global untuk melawan kekerasan dan ekstremisme secara online.
"Saya ingin bekerja sama dengan Anda dalam upaya itu," sambungnya seperti dikutip dari Channel News Asia, Rabu (1/6/2022).
Biden, yang mengunjungi kota Uvalde di Texas pada hari Minggu untuk berduka atas kematian 19 anak dan dua guru yang dibunuh oleh seorang pria bersenjata menggunakan senapan serbu, mengatakan ada banyak penderitaan dan banyak dari insiden itu dapat dicegah.
Kurang dari dua minggu sebelumnya, Biden juga mengunjungi lokasi penembakan massal di negara bagian New York, kali ini menargetkan orang Afrika-Amerika.
Menjawab permintaan Biden, Ardern terlebih dahulu menyampaikan belasungkawa atas pembunuhan Texas dan New York.
"Pengalaman kami dalam hal ini adalah milik kami sendiri, tetapi jika ada sesuatu yang dapat kami bagikan yang bernilai, kami di sini untuk membagikannya," katanya.
Biden, yang berada di bawah tekanan untuk menunjukkan bahwa pemerintah merespons jumlah korban yang terus bertambah, mengatakan kepada wartawan bahwa dia akan bertemu dengan Kongres tentang pembatasan senjata.
Namun, dengan Partai Republik yang hampir secara seragam menentang pembatasan baru kepemilikan senjata, tampaknya tidak mungkin bagi Biden yang didukung Partai Demokrat dapat membuat perubahan signifikan.
(ian)