Sejarah Perang Korea Selatan dan Korea Utara yang Libatkan Kekuatan Global
loading...
A
A
A
SEOUL - Perang Dunia II yang berakhir pada 1945 resmi membebaskan Korea dari belenggu imperialisme Jepang. Usai Negeri Sakura itu menyerah di akhir Perang Dunia, Amerika Serikat dan Uni Soviet berperan penting dalam menghentikan dominasi Jepang di Korea.
Dalam artikel “Prospek Penyelesaian Konflik Korea Utara dan Korea Selatan” yang ditulis Fahrin Umarama, dkk dari Universitas Sam Ratulangi, disebutkan bahwa Amerika Serikat (AS) dan Uni Soviet memperebutkan negara bekas jajahan Jepang itu.
Presiden AS Franklin D Roosevelt menginginkan Korea dikelola secara kolektif antara Soviet, AS, dan Inggris.
Perwakilan multilateral dari 3 negara tersebut akan bekerja untuk menangani Korea, usai lepas dari Jepang.
Selain itu, Roosevelt juga menilai langkah ini adalah salah satu upaya membendung besarnya pengaruh Soviet di Semenanjung Korea.
Namun, Uni Soviet melempar respons negatif. Karena itu, AS memutuskan membawa persoalan ini ke meja Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 1947.
Setelahnya, Majelis Umum PBB menyatakan Korea berhak mendapatkan kemerdekaannya dan membentuk komisi khusus demi mengawasi pemilihan umum di Korea.
Hasil Pemilu Korea pada 10 Mei 1947 resmi mengangkat Sygman Rhee sebagai Presiden dan memimpin Korea secara keseluruhan. Berdirinya Republik Korea diakui Majelis Umum PBB pada Oktober 1948.
Lagi-lagi, Uni Soviet tidak menerima hal itu dan melakukan veto. Soviet enggan melihat bergabungnya Korea dengan AS, sehingga mengadakan pemilihan umumnya sendiri di wilayah utara Korea.
Kim Il-sung adalah pemimpin pertama Korea Utara dan pembentuk Partai Komunis Chosun. Uni Soviet juga mendukung Il-Sung secara penuh.
Sejak itulah, Korea terbagi menjadi Korea Selatan dan Korea Utara, dengan pemerintahannya masing-masing yang sama-sama mengeklaim sebagai penguasa resmi Korea.
Setelahnya, perang Korea pecah akibat kedua kubu saling mengakui kekuasaan di Semenanjung Korea.
Mengutip jurnal bertajuk “Isu Keamanan di Semenanjung Korea dan Upaya Damai Parlemen”, ketegangan mulai intens terjadi pada 25 Juni 1950.
Kala itu, militer Korea Utara melakukan invasi terhadap Korea Selatan. Perang Korea pecah selama 3 tahun dan mengakibatkan sekitar 2 juta orang tewas.
Peristiwa ini juga mengakibatkan hancurnya ekonomi dan infrastruktur negara, ditambah keretakan yang lebar antara Korea Utara dan Korea Selatan.
Bagi AS, penyerangan Korut ke Korsel ini dinilai sebagai upaya penyebaran komunisme. Hal ini dikhawatirkan akan mempengaruhi dunia dengan penyebarannya yang masif, sehingga dunia bisa diambil alih oleh kaum komunis.
Peperangan yang terjadi di Semenanjung Korea ini kemudian menjadi simbol bertarungnya Timur dan Barat.
Perang antara Korea Utara dan Korea Selatan berakhir pada 27 Juli 1953. Ini terjadi seusai AS, China, dan Korea Utara menandatangani gencatan senjata.
Zona penyangga dengan lebar 3 mil yang terdapat di antara Korsel dan Korut juga turut disepakati. Zona ini kemudian dikenal sebagai Zona Demiliterisasi.
Sementara Korea Selatan yang dipimpin Presiden Rhee menolak menandatangani kesepakatan gencatan senjata. Namun, ia berjanji menghormati kesepakatan tersebut.
Karena itulah ketegangan antara Korea Utara dan Korea Selatan masih terasa hingga kini. Kedua negara belum secara resmi mengakhiri perang antara mereka.
Dalam artikel “Prospek Penyelesaian Konflik Korea Utara dan Korea Selatan” yang ditulis Fahrin Umarama, dkk dari Universitas Sam Ratulangi, disebutkan bahwa Amerika Serikat (AS) dan Uni Soviet memperebutkan negara bekas jajahan Jepang itu.
Presiden AS Franklin D Roosevelt menginginkan Korea dikelola secara kolektif antara Soviet, AS, dan Inggris.
Perwakilan multilateral dari 3 negara tersebut akan bekerja untuk menangani Korea, usai lepas dari Jepang.
Selain itu, Roosevelt juga menilai langkah ini adalah salah satu upaya membendung besarnya pengaruh Soviet di Semenanjung Korea.
Namun, Uni Soviet melempar respons negatif. Karena itu, AS memutuskan membawa persoalan ini ke meja Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 1947.
Setelahnya, Majelis Umum PBB menyatakan Korea berhak mendapatkan kemerdekaannya dan membentuk komisi khusus demi mengawasi pemilihan umum di Korea.
Hasil Pemilu Korea pada 10 Mei 1947 resmi mengangkat Sygman Rhee sebagai Presiden dan memimpin Korea secara keseluruhan. Berdirinya Republik Korea diakui Majelis Umum PBB pada Oktober 1948.
Lagi-lagi, Uni Soviet tidak menerima hal itu dan melakukan veto. Soviet enggan melihat bergabungnya Korea dengan AS, sehingga mengadakan pemilihan umumnya sendiri di wilayah utara Korea.
Kim Il-sung adalah pemimpin pertama Korea Utara dan pembentuk Partai Komunis Chosun. Uni Soviet juga mendukung Il-Sung secara penuh.
Sejak itulah, Korea terbagi menjadi Korea Selatan dan Korea Utara, dengan pemerintahannya masing-masing yang sama-sama mengeklaim sebagai penguasa resmi Korea.
Setelahnya, perang Korea pecah akibat kedua kubu saling mengakui kekuasaan di Semenanjung Korea.
Mengutip jurnal bertajuk “Isu Keamanan di Semenanjung Korea dan Upaya Damai Parlemen”, ketegangan mulai intens terjadi pada 25 Juni 1950.
Kala itu, militer Korea Utara melakukan invasi terhadap Korea Selatan. Perang Korea pecah selama 3 tahun dan mengakibatkan sekitar 2 juta orang tewas.
Peristiwa ini juga mengakibatkan hancurnya ekonomi dan infrastruktur negara, ditambah keretakan yang lebar antara Korea Utara dan Korea Selatan.
Bagi AS, penyerangan Korut ke Korsel ini dinilai sebagai upaya penyebaran komunisme. Hal ini dikhawatirkan akan mempengaruhi dunia dengan penyebarannya yang masif, sehingga dunia bisa diambil alih oleh kaum komunis.
Peperangan yang terjadi di Semenanjung Korea ini kemudian menjadi simbol bertarungnya Timur dan Barat.
Perang antara Korea Utara dan Korea Selatan berakhir pada 27 Juli 1953. Ini terjadi seusai AS, China, dan Korea Utara menandatangani gencatan senjata.
Zona penyangga dengan lebar 3 mil yang terdapat di antara Korsel dan Korut juga turut disepakati. Zona ini kemudian dikenal sebagai Zona Demiliterisasi.
Sementara Korea Selatan yang dipimpin Presiden Rhee menolak menandatangani kesepakatan gencatan senjata. Namun, ia berjanji menghormati kesepakatan tersebut.
Karena itulah ketegangan antara Korea Utara dan Korea Selatan masih terasa hingga kini. Kedua negara belum secara resmi mengakhiri perang antara mereka.
(sya)