Dipertanyakan Kerap Abstain Soal Perang di Ukraina, Ini Jawaban Menohok India
loading...
A
A
A
NEW YORK - Wakil Tetap India di PBB, T.S. Trimurti, mengecam seorang diplomat Belanda yang menyarankan agar New Delhi seharusnya tidak abstain dalam memberikan suaranya di Majelis Umum PBB mengenai hal-hal yang berkaitan dengan konflik yang tengah berlangsung di Ukraina .
“Tolong jangan menggurui kami, Duta Besar. Kami tahu apa yang harus kami lakukan,” Tirumurti menanggapi komentar tajam dari Karel van Oosterom, Duta Besar Belanda untuk Inggris seperti dikutip dari Sputnik, Jumat (6/5/2022).
Tanggapan itu muncul setelah utusan Belanda itu menanggapi sebuah postingan media sosial Tirumurti, di mana Perwakilan Tetap India itu telah membagikan pernyataannya pada debat Dewan Keamanan (DK) PBB tentang Ukraina pada hari Kamis.
“Anda seharusnya tidak abstain di Majelis Unum. Hormati Piagam PBB,” kata van Oosterom.
Pada debat DK PBB tentang Ukraina pada hari Kamis, Tirumurti menegaskan kembali sikap New Delhi tentang perlunya segera diakhiri permusuhan di Ukraina dan kembali ke jalur diplomasi.
"India tetap berada di pihak perdamaian dan oleh karena itu percaya bahwa tidak akan ada pihak yang menang dalam konflik ini dan sementara mereka yang terkena dampak konflik ini akan terus menderita, diplomasi akan menjadi korban abadi," kata diplomat India itu dalam pernyataannya.
Tirumurti juga menjelaskan kekhawatiran New Delhi tentang efek mengganggu stabilitas dari konflik Ukraina pada harga minyak global serta kekurangan biji-bijian dan pupuk.
“(Konflik) ini memiliki dampak yang tidak proporsional pada Global Selatan dan negara-negara berkembang,” katanya.
“Izinkan saya menyimpulkan dengan menegaskan kembali bahwa tatanan global kontemporer telah dibangun di atas Piagam PBB, hukum internasional dan penghormatan terhadap kedaulatan dan integritas teritorial negara-negara,” tutup Tirumurti.
New Delhi secara teratur abstain dalam pemungutan suara pada rancangan resolusi dan suara prosedural di Majelis Umum PBB dan Dewan Keamanan sejak Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan operasi militer khusus untuk "demiliterisasi dan de-Nazifikasi" Ukraina pada 24 Februari.
Sikap India di PBB telah sejalan dengan sikap netral yang diambilnya dalam masalah Ukraina, yang membuat kecewa mitranya dari Amerika dan Eropa, yang secara konsisten mencoba menarik New Delhi ke kubu Barat yang anti-Rusia.
Pada 7 April, New Delhi abstain dari pemungutan suara pada resolusi yang menyerukan untuk menangguhkan Rusia dari Dewan Hak Asasi Manusia PBB (UNHRC) setelah munculnya rekaman mayat-mayat di Bucha, pinggiran kota Kiev.
Sementara negara-negara Barat menyalahkan Rusia atas "pembantaian" itu, Presiden Vladimir Putin mengatakan bahwa insiden itu "direkayasa" oleh otoritas Kiev.
Resolusi itu akhirnya disahkan di Majelis Umum PBB, yang mengarah pada pembekuan Moskow dari UNHRC meski akhirnya Rusia memilih untuk keluar.
New Delhi, pada bagiannya, mengutuk insiden itu dan menyerukan penyelidikan independen atas pembunuhan tersebut.
Kemudian, pada tanggal 2 Maret, New Delhi kembali abstain terhadap rancangan resolusi yang sangat menyesalkan agresi Federasi Rusia terhadap Ukraina yang melanggar Pasal 2 (4) Piagam PBB.
Pada 24 Maret, India abstain lagi dari resolusi lain yang menyalahkan Moskow atas situasi kemanusiaan yang "mengerikan" di Ukraina.
Sementara New Delhi telah menolak untuk memihak dalam konflik di Ukraina, negara Asia Selatan itu secara konsisten menyerukan penghentian permusuhan dan perlunya dialog langsung antara Presiden Putin dan Zelensky.
“Tolong jangan menggurui kami, Duta Besar. Kami tahu apa yang harus kami lakukan,” Tirumurti menanggapi komentar tajam dari Karel van Oosterom, Duta Besar Belanda untuk Inggris seperti dikutip dari Sputnik, Jumat (6/5/2022).
Tanggapan itu muncul setelah utusan Belanda itu menanggapi sebuah postingan media sosial Tirumurti, di mana Perwakilan Tetap India itu telah membagikan pernyataannya pada debat Dewan Keamanan (DK) PBB tentang Ukraina pada hari Kamis.
“Anda seharusnya tidak abstain di Majelis Unum. Hormati Piagam PBB,” kata van Oosterom.
Pada debat DK PBB tentang Ukraina pada hari Kamis, Tirumurti menegaskan kembali sikap New Delhi tentang perlunya segera diakhiri permusuhan di Ukraina dan kembali ke jalur diplomasi.
"India tetap berada di pihak perdamaian dan oleh karena itu percaya bahwa tidak akan ada pihak yang menang dalam konflik ini dan sementara mereka yang terkena dampak konflik ini akan terus menderita, diplomasi akan menjadi korban abadi," kata diplomat India itu dalam pernyataannya.
Tirumurti juga menjelaskan kekhawatiran New Delhi tentang efek mengganggu stabilitas dari konflik Ukraina pada harga minyak global serta kekurangan biji-bijian dan pupuk.
“(Konflik) ini memiliki dampak yang tidak proporsional pada Global Selatan dan negara-negara berkembang,” katanya.
“Izinkan saya menyimpulkan dengan menegaskan kembali bahwa tatanan global kontemporer telah dibangun di atas Piagam PBB, hukum internasional dan penghormatan terhadap kedaulatan dan integritas teritorial negara-negara,” tutup Tirumurti.
New Delhi secara teratur abstain dalam pemungutan suara pada rancangan resolusi dan suara prosedural di Majelis Umum PBB dan Dewan Keamanan sejak Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan operasi militer khusus untuk "demiliterisasi dan de-Nazifikasi" Ukraina pada 24 Februari.
Sikap India di PBB telah sejalan dengan sikap netral yang diambilnya dalam masalah Ukraina, yang membuat kecewa mitranya dari Amerika dan Eropa, yang secara konsisten mencoba menarik New Delhi ke kubu Barat yang anti-Rusia.
Pada 7 April, New Delhi abstain dari pemungutan suara pada resolusi yang menyerukan untuk menangguhkan Rusia dari Dewan Hak Asasi Manusia PBB (UNHRC) setelah munculnya rekaman mayat-mayat di Bucha, pinggiran kota Kiev.
Sementara negara-negara Barat menyalahkan Rusia atas "pembantaian" itu, Presiden Vladimir Putin mengatakan bahwa insiden itu "direkayasa" oleh otoritas Kiev.
Resolusi itu akhirnya disahkan di Majelis Umum PBB, yang mengarah pada pembekuan Moskow dari UNHRC meski akhirnya Rusia memilih untuk keluar.
New Delhi, pada bagiannya, mengutuk insiden itu dan menyerukan penyelidikan independen atas pembunuhan tersebut.
Kemudian, pada tanggal 2 Maret, New Delhi kembali abstain terhadap rancangan resolusi yang sangat menyesalkan agresi Federasi Rusia terhadap Ukraina yang melanggar Pasal 2 (4) Piagam PBB.
Pada 24 Maret, India abstain lagi dari resolusi lain yang menyalahkan Moskow atas situasi kemanusiaan yang "mengerikan" di Ukraina.
Sementara New Delhi telah menolak untuk memihak dalam konflik di Ukraina, negara Asia Selatan itu secara konsisten menyerukan penghentian permusuhan dan perlunya dialog langsung antara Presiden Putin dan Zelensky.
(ian)