Rusia Peringatkan AS Tak Kirim Lebih Banyak Senjata ke Ukraina
loading...
A
A
A
MOSKOW - Rusia memperingatkan Amerika Serikat (AS) agar tidak mengirim lebih banyak senjata ke Ukraina . Hal itu diungkapkan Anatoly Antonov, Duta Besar Rusia untuk AS kepada televisi pemerintah Rusia.
"Kami menekankan situasi ini tidak dapat diterima ketika Amerika Serikat menuangkan senjata ke Ukraina, dan kami menuntut diakhirinya praktik ini," kata Antonov dalam sebuah wawancara dengan saluran TV Rossiya 24, seperti dikutip dari Reuters, Senin (25/4/2022).
Antonov mengatakan, sebuah catatan diplomatik resmi telah dikirim ke Washington untuk mengungkapkan keprihatinan Rusia. Menurutnya, pasokan senjata seperti itu dari Amerika Serikat akan semakin memperburuk situasi dan meningkatkan risiko konflik.
Sebelumnya, diplomat top Washington dan Menteri Pertahanan AS telah bertemu dengan Presiden Ukraina Volodomyr Zelensky di Kiev pada Minggu (24/4/2022) malam. Mereka menjanjikan bantuan baru senilai USD713 juta untuk pemerintah Zelensky dan negara-negara lain di kawasan yang takut akan agresi Rusia.
Pada awal April, Presiden AS Joe Biden mengumumkan bantuan militer tambahan sebesar USD800 juta ke Ukraina. Bantuan ini memperluas cakupan sistem yang disediakan untuk memasukkan artileri berat.
Zelensky telah memohon kepada para pemimpin AS dan Eropa untuk memasok Kiev dengan senjata dan peralatan yang lebih berat. Ribuan orang tewas dan jutaan mengungsi sejak Rusia mengirim pasukan ke Ukraina pada 24 Februari dalam apa yang disebutnya "operasi militer khusus" untuk "demiliterisasi" negara tetangganya.
Invasi Rusia 24 Februari ke Ukraina telah menewaskan ribuan orang, jutaan orang mengungsi dan menimbulkan kekhawatiran akan konfrontasi yang lebih luas antara Rusia dan Amerika Serikat - sejauh ini dua kekuatan nuklir terbesar di dunia.
Sementara Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, "operasi militer khusus" di Ukraina diperlukan karena Amerika Serikat menggunakan Ukraina untuk mengancam Rusia dan Moskow harus bertahan melawan penganiayaan terhadap orang-orang berbahasa Rusia.
Ukraina dan Barat mengatakan Rusia memulai perang agresi yang tidak beralasan. Alasan Moskow mengirim pasukannya ke Ukraina juga dianggap mengada-ada dan tidak bisa diterima oleh dunia internasional.
"Kami menekankan situasi ini tidak dapat diterima ketika Amerika Serikat menuangkan senjata ke Ukraina, dan kami menuntut diakhirinya praktik ini," kata Antonov dalam sebuah wawancara dengan saluran TV Rossiya 24, seperti dikutip dari Reuters, Senin (25/4/2022).
Antonov mengatakan, sebuah catatan diplomatik resmi telah dikirim ke Washington untuk mengungkapkan keprihatinan Rusia. Menurutnya, pasokan senjata seperti itu dari Amerika Serikat akan semakin memperburuk situasi dan meningkatkan risiko konflik.
Sebelumnya, diplomat top Washington dan Menteri Pertahanan AS telah bertemu dengan Presiden Ukraina Volodomyr Zelensky di Kiev pada Minggu (24/4/2022) malam. Mereka menjanjikan bantuan baru senilai USD713 juta untuk pemerintah Zelensky dan negara-negara lain di kawasan yang takut akan agresi Rusia.
Pada awal April, Presiden AS Joe Biden mengumumkan bantuan militer tambahan sebesar USD800 juta ke Ukraina. Bantuan ini memperluas cakupan sistem yang disediakan untuk memasukkan artileri berat.
Zelensky telah memohon kepada para pemimpin AS dan Eropa untuk memasok Kiev dengan senjata dan peralatan yang lebih berat. Ribuan orang tewas dan jutaan mengungsi sejak Rusia mengirim pasukan ke Ukraina pada 24 Februari dalam apa yang disebutnya "operasi militer khusus" untuk "demiliterisasi" negara tetangganya.
Invasi Rusia 24 Februari ke Ukraina telah menewaskan ribuan orang, jutaan orang mengungsi dan menimbulkan kekhawatiran akan konfrontasi yang lebih luas antara Rusia dan Amerika Serikat - sejauh ini dua kekuatan nuklir terbesar di dunia.
Sementara Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, "operasi militer khusus" di Ukraina diperlukan karena Amerika Serikat menggunakan Ukraina untuk mengancam Rusia dan Moskow harus bertahan melawan penganiayaan terhadap orang-orang berbahasa Rusia.
Ukraina dan Barat mengatakan Rusia memulai perang agresi yang tidak beralasan. Alasan Moskow mengirim pasukannya ke Ukraina juga dianggap mengada-ada dan tidak bisa diterima oleh dunia internasional.
(esn)