Warga Sipil yang Kembali ke Bucha: Kota Kami Tak Lagi Sama
loading...
A
A
A
BUCHA - Sebelum perang pecah di Ukraina , pekerjaan Bohdan Zubchuk sebagai polisi komunitas adalah berpatroli di jalan-jalan sepi Bucha , di luar Kiev. Ia kerap menangani kejahatan ringan, sambil menanggapi keluhan kecil dari warga.
Kini, ia berjalan menyusuri jalan di mana mayat banyak korban ditemukan setelah pasukan Rusia mundur akhir bulan lalu. Pria berusia 29 tahun itu mengatakan, kampung halamannya dan pekerjaannya tidak akan pernah sama.
"Kami tidak akan pernah melupakan semua yang kami lihat di sini, ini akan tetap bersama kami sepanjang hidup kami," katanya, seperti dikutip dari Reuters, Minggu (10/4/2022).
Kota itu menjadi terkenal di seluruh dunia setelah muncul gambar warga sipil yang tewas di jalan-jalan pekan lalu, yang memicu kecaman internasional.
Sejak orang-orang Rusia pergi, Zubchuk mengatakan, dia dan rekan-rekan polisi komunitasnya telah ditugaskan untuk membantu para penyintas yang trauma dengan segala hal, mulai dari menerima bantuan kemanusiaan hingga memeriksa persenjataan yang tidak meledak di sekitar kota.
Pejabat Ukraina mengatakan, ratusan warga sipil telah ditemukan tewas sejak penarikan Rusia. Wakil walikota Bucha mengatakan, 360 warga sipil tewas selama pendudukan Rusia. Reuters tidak dapat memverifikasi angka-angka itu secara independen.
Rusia, yang berulang kali membantah menargetkan warga sipil sejak invasi 24 Februari ke Ukraina, menyebut tuduhan bahwa pasukan Rusia mengeksekusi warga sipil di Bucha saat mereka menduduki kota itu sebagai "pemalsuan mengerikan" yang bertujuan merendahkan tentara Rusia.
Reuters telah menyaksikan sisa-sisa lima korban di Bucha yang ditembak di kepala. Yang satu tangannya diikat ke belakang. Satu lagi kakinya diikat. Reuters belum dapat secara independen menentukan siapa yang bertanggung jawab.
Pada hari Sabtu, pekerja lokal dan penduduk telah memindahkan mayat-mayat itu dari jalan, tetapi masih ada sisa abu dan semen hangus yang tertinggal dari penembakan. “Setiap kali saya berpatroli di jalan ini, saya akan memikirkan kembali apa yang terjadi di sini,” kata Zubchuk.
Pada hari Jumat, penyelidik forensik memulai penggalian sisa-sisa dari kuburan massal di Bucha, dengan hati-hati mengangkat mayat dari parit berlumpur untuk memeriksa dan mengidentifikasi mereka.
Sebelum perang, Lysenko mengatakan dia selalu mengundang teman-temannya untuk mengunjungi Bucha, memberi tahu mereka bahwa itu adalah "pulau" yang tenang di luar Kiev dengan taman yang indah dan infrastruktur yang bagus. Sekarang, nama kotanya telah menjadi identik dengan perang dan penderitaan warga sipil.
“Satu-satunya hal yang mereka tahu [dari Bucha] adalah orang-orang mati, orang-orang dengan tangan terikat, orang-orang disiksa, dibunuh dan ini menghancurkan hati saya,” katanya. "Jika saya mengatakan saya kesakitan, itu hanya satu persen dari apa yang saya rasakan," lanjutnya.
Lihat Juga: Ukraina Dalangi Pembunuhan Jenderal Kirillov, Sukses Kerjai Rusia tapi Tak Ubah Hasil Perang
Kini, ia berjalan menyusuri jalan di mana mayat banyak korban ditemukan setelah pasukan Rusia mundur akhir bulan lalu. Pria berusia 29 tahun itu mengatakan, kampung halamannya dan pekerjaannya tidak akan pernah sama.
"Kami tidak akan pernah melupakan semua yang kami lihat di sini, ini akan tetap bersama kami sepanjang hidup kami," katanya, seperti dikutip dari Reuters, Minggu (10/4/2022).
Kota itu menjadi terkenal di seluruh dunia setelah muncul gambar warga sipil yang tewas di jalan-jalan pekan lalu, yang memicu kecaman internasional.
Sejak orang-orang Rusia pergi, Zubchuk mengatakan, dia dan rekan-rekan polisi komunitasnya telah ditugaskan untuk membantu para penyintas yang trauma dengan segala hal, mulai dari menerima bantuan kemanusiaan hingga memeriksa persenjataan yang tidak meledak di sekitar kota.
Pejabat Ukraina mengatakan, ratusan warga sipil telah ditemukan tewas sejak penarikan Rusia. Wakil walikota Bucha mengatakan, 360 warga sipil tewas selama pendudukan Rusia. Reuters tidak dapat memverifikasi angka-angka itu secara independen.
Rusia, yang berulang kali membantah menargetkan warga sipil sejak invasi 24 Februari ke Ukraina, menyebut tuduhan bahwa pasukan Rusia mengeksekusi warga sipil di Bucha saat mereka menduduki kota itu sebagai "pemalsuan mengerikan" yang bertujuan merendahkan tentara Rusia.
Reuters telah menyaksikan sisa-sisa lima korban di Bucha yang ditembak di kepala. Yang satu tangannya diikat ke belakang. Satu lagi kakinya diikat. Reuters belum dapat secara independen menentukan siapa yang bertanggung jawab.
Pada hari Sabtu, pekerja lokal dan penduduk telah memindahkan mayat-mayat itu dari jalan, tetapi masih ada sisa abu dan semen hangus yang tertinggal dari penembakan. “Setiap kali saya berpatroli di jalan ini, saya akan memikirkan kembali apa yang terjadi di sini,” kata Zubchuk.
Pada hari Jumat, penyelidik forensik memulai penggalian sisa-sisa dari kuburan massal di Bucha, dengan hati-hati mengangkat mayat dari parit berlumpur untuk memeriksa dan mengidentifikasi mereka.
Sebelum perang, Lysenko mengatakan dia selalu mengundang teman-temannya untuk mengunjungi Bucha, memberi tahu mereka bahwa itu adalah "pulau" yang tenang di luar Kiev dengan taman yang indah dan infrastruktur yang bagus. Sekarang, nama kotanya telah menjadi identik dengan perang dan penderitaan warga sipil.
“Satu-satunya hal yang mereka tahu [dari Bucha] adalah orang-orang mati, orang-orang dengan tangan terikat, orang-orang disiksa, dibunuh dan ini menghancurkan hati saya,” katanya. "Jika saya mengatakan saya kesakitan, itu hanya satu persen dari apa yang saya rasakan," lanjutnya.
Lihat Juga: Ukraina Dalangi Pembunuhan Jenderal Kirillov, Sukses Kerjai Rusia tapi Tak Ubah Hasil Perang
(esn)