Lebih dari 5.000 Tewas, Wali Kota: Rusia Ubah Mariupol Jadi Kamp Kematian
loading...
A
A
A
KIEV - Wali Kota kota Mariupol, Ukraina mengatakan lebih dari 5.000 warga sipil, termasuk 210 anak-anak, telah tewas selama sebulan pengepungan yang dilakukan tentara Rusia .
Vadym Boichenko mengatakan bahwa pasukan Rusia membom rumah sakit, termasuk satu di mana 50 orang tewas terbakar, dan telah menghancurkan lebih dari 90% infrastruktur kota pelabuhan selatan.
"Dunia belum pernah melihat skala tragedi di Mariupol sejak keberadaan kamp konsentrasi Nazi. Pasukan pendudukan Rusia mengubah seluruh kota kami menjadi kamp kematian," kata Boichenko, menurut kantor berita Ukraina Interfax.
"Ini Auschwitz dan Majdanek yang baru," imbuhnya merujuk pada kamp konsentrasi Nazi pada Perang Dunia II seperti dikutip dari USA Today, Kamis (7/4/2022).
Para pejabat pertahanan Inggris mengatakan 160.000 orang masih terjebak di kota itu, yang berpenduduk 430.000 sebelum perang.
Konvoi bantuan kemanusiaan yang didampingi oleh Palang Merah telah berusaha tanpa hasil untuk masuk ke kota itu sejak Jumat.
Menduduki kota akan memungkinkan Rusia untuk mengamankan koridor darat yang berkelanjutan ke Semenanjung Crimea, yang direbut Rusia dari Ukraina pada tahun 2014.
Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memperingatkan bahwa Rusia sekarang mengumpulkan bala bantuan dan mencoba untuk mendorong lebih dalam ke timur negara itu, di mana Kremlin mengatakan tujuannya adalah untuk membebaskan Donbass, jantung industri Ukraina yang sebagian besar berbahasa Rusia.
“Nasib tanah kami dan rakyat kami sedang diputuskan. Kami tahu apa yang kami perjuangkan. Dan kami akan melakukan segalanya untuk menang,” kata Zelensky seperti dikutip dari Al Arabiya.
Pihak berwenang Ukraina mendesak orang-orang yang tinggal di Donbas untuk mengungsi sekarang, menjelang serangan Rusia yang akan datang, selagi masih ada waktu.
“Nanti, orang akan berada di bawah tembakan dan kami tidak akan dapat melakukan apa pun untuk membantu mereka,” kata Wakil Perdana Menteri Iryna Vereshchuk.
Seorang pejabat Barat, yang berbicara dengan syarat anonim untuk membahas perkiraan intelijen, mengatakan akan membutuhkan waktu satu bulan bagi pasukan Rusia yang mengalami kerugian untuk berkumpul kembali guna melakukan serangan besar-besaran di Ukraina timur.
"Hampir seperempat dari kelompok taktis batalionnya di negara itu telah dianggap tidak efektif dalam pertempuran dan telah ditarik atau bergabung dengan unit lain," kata pejabat itu.
Vadym Boichenko mengatakan bahwa pasukan Rusia membom rumah sakit, termasuk satu di mana 50 orang tewas terbakar, dan telah menghancurkan lebih dari 90% infrastruktur kota pelabuhan selatan.
"Dunia belum pernah melihat skala tragedi di Mariupol sejak keberadaan kamp konsentrasi Nazi. Pasukan pendudukan Rusia mengubah seluruh kota kami menjadi kamp kematian," kata Boichenko, menurut kantor berita Ukraina Interfax.
"Ini Auschwitz dan Majdanek yang baru," imbuhnya merujuk pada kamp konsentrasi Nazi pada Perang Dunia II seperti dikutip dari USA Today, Kamis (7/4/2022).
Para pejabat pertahanan Inggris mengatakan 160.000 orang masih terjebak di kota itu, yang berpenduduk 430.000 sebelum perang.
Konvoi bantuan kemanusiaan yang didampingi oleh Palang Merah telah berusaha tanpa hasil untuk masuk ke kota itu sejak Jumat.
Menduduki kota akan memungkinkan Rusia untuk mengamankan koridor darat yang berkelanjutan ke Semenanjung Crimea, yang direbut Rusia dari Ukraina pada tahun 2014.
Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memperingatkan bahwa Rusia sekarang mengumpulkan bala bantuan dan mencoba untuk mendorong lebih dalam ke timur negara itu, di mana Kremlin mengatakan tujuannya adalah untuk membebaskan Donbass, jantung industri Ukraina yang sebagian besar berbahasa Rusia.
“Nasib tanah kami dan rakyat kami sedang diputuskan. Kami tahu apa yang kami perjuangkan. Dan kami akan melakukan segalanya untuk menang,” kata Zelensky seperti dikutip dari Al Arabiya.
Pihak berwenang Ukraina mendesak orang-orang yang tinggal di Donbas untuk mengungsi sekarang, menjelang serangan Rusia yang akan datang, selagi masih ada waktu.
“Nanti, orang akan berada di bawah tembakan dan kami tidak akan dapat melakukan apa pun untuk membantu mereka,” kata Wakil Perdana Menteri Iryna Vereshchuk.
Seorang pejabat Barat, yang berbicara dengan syarat anonim untuk membahas perkiraan intelijen, mengatakan akan membutuhkan waktu satu bulan bagi pasukan Rusia yang mengalami kerugian untuk berkumpul kembali guna melakukan serangan besar-besaran di Ukraina timur.
"Hampir seperempat dari kelompok taktis batalionnya di negara itu telah dianggap tidak efektif dalam pertempuran dan telah ditarik atau bergabung dengan unit lain," kata pejabat itu.
(ian)