Kedubes AS di Kiev: Tentara Rusia Tembak Mati 10 Orang yang Sedang Antre Roti
loading...
A
A
A
KIEV - Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) di Kiev menuding pasukan Rusia telah menembak mati 10 orang yang sedang menunggu roti di kota Chernihiv, Ukraina. Pernyataan itu tidak mengutip bukti apa yang dimilikinya tentang serangan tersebut.
Pernyataan itu diposting di situs Twitter resmi dan di halaman Facebook Kedubes AS di Kiev. Namun, sebuah video mulai beredar yang menunjukkan korban pembantaian tergeletak mati di trotoar.
Dalam sebuah pernyataan, kedutaan mengatakan: "Hari ini, pasukan Rusia menembak dan membunuh 10 orang yang mengantre untuk mendapatkan roti di Chernihiv,” seperti dikutip dari Metro.co.uk.
“Serangan mengerikan seperti itu harus dihentikan. Kami sedang mempertimbangkan semua opsi yang tersedia untuk memastikan akuntabilitas atas setiap kejahatan kekejaman di Ukraina,” lanjut pernyataan tersebut.
Moskow tidak segera mengomentari pernyataan itu dan terus membantah menyerang sasaran sipil. Tapi gambar yang tak terhitung jumlahnya dari blok perumahan yang dibom dan cerita tentang anak-anak dan seluruh keluarga yang terbunuh melukiskan gambaran yang sangat berbeda.
Tudingan itu dilayangkan setelah pasukan Rusia dilaporkan menyandera ratusan pasien dan staf di sebuah rumah sakit di kota Mariupol yang terkepung. Gubernur regional Pavlo Kyrylenko mengatakan sekitar 400 orang ditahan di luar kehendak mereka.
Laporan menunjukkan bahwa orang-orang dipindahkan ke rumah sakit dari rumah tetangga dan siapa pun yang mencoba melarikan diri akan ditembak. Hingga kini, laporan soal jatuhnya korban di kalangan warga sipil memang terus muncul, meski Rusia membantah menjadikan warga sipil sebagai target serangan.
Sementara itu, pembicaraan damai antara kedua belah pihak telah berlangsung, dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan tuntutan Putin menjadi 'lebih realistis'. Rusia terus-menerus menekan permintaannya agar Ukraina membatalkan tawarannya untuk bergabung dengan NATO, mengadopsi status netralitas dan untuk 'demliterisasi'.
Dalam sebuah pernyataan, Zelensky mengatakan dia menyadari NATO tidak berniat menawarkan keanggotaan ke Ukraina. Dia mengatakan dia akan mempertimbangkan untuk mengambil sikap netral jika keamanan dijamin dari Barat dan Rusia.
“Kami telah mendengar selama bertahun-tahun tentang pintu yang terbuka, tetapi kami juga mendengar bahwa kami tidak dapat memasuki pintu itu,” katanya kepada para pemimpin Eropa. "Ini adalah kebenaran, dan kita hanya harus menerimanya apa adanya," lanjutnya.
Pernyataan itu diposting di situs Twitter resmi dan di halaman Facebook Kedubes AS di Kiev. Namun, sebuah video mulai beredar yang menunjukkan korban pembantaian tergeletak mati di trotoar.
Dalam sebuah pernyataan, kedutaan mengatakan: "Hari ini, pasukan Rusia menembak dan membunuh 10 orang yang mengantre untuk mendapatkan roti di Chernihiv,” seperti dikutip dari Metro.co.uk.
“Serangan mengerikan seperti itu harus dihentikan. Kami sedang mempertimbangkan semua opsi yang tersedia untuk memastikan akuntabilitas atas setiap kejahatan kekejaman di Ukraina,” lanjut pernyataan tersebut.
Moskow tidak segera mengomentari pernyataan itu dan terus membantah menyerang sasaran sipil. Tapi gambar yang tak terhitung jumlahnya dari blok perumahan yang dibom dan cerita tentang anak-anak dan seluruh keluarga yang terbunuh melukiskan gambaran yang sangat berbeda.
Tudingan itu dilayangkan setelah pasukan Rusia dilaporkan menyandera ratusan pasien dan staf di sebuah rumah sakit di kota Mariupol yang terkepung. Gubernur regional Pavlo Kyrylenko mengatakan sekitar 400 orang ditahan di luar kehendak mereka.
Laporan menunjukkan bahwa orang-orang dipindahkan ke rumah sakit dari rumah tetangga dan siapa pun yang mencoba melarikan diri akan ditembak. Hingga kini, laporan soal jatuhnya korban di kalangan warga sipil memang terus muncul, meski Rusia membantah menjadikan warga sipil sebagai target serangan.
Sementara itu, pembicaraan damai antara kedua belah pihak telah berlangsung, dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan tuntutan Putin menjadi 'lebih realistis'. Rusia terus-menerus menekan permintaannya agar Ukraina membatalkan tawarannya untuk bergabung dengan NATO, mengadopsi status netralitas dan untuk 'demliterisasi'.
Dalam sebuah pernyataan, Zelensky mengatakan dia menyadari NATO tidak berniat menawarkan keanggotaan ke Ukraina. Dia mengatakan dia akan mempertimbangkan untuk mengambil sikap netral jika keamanan dijamin dari Barat dan Rusia.
“Kami telah mendengar selama bertahun-tahun tentang pintu yang terbuka, tetapi kami juga mendengar bahwa kami tidak dapat memasuki pintu itu,” katanya kepada para pemimpin Eropa. "Ini adalah kebenaran, dan kita hanya harus menerimanya apa adanya," lanjutnya.
(esn)