Sekutu AS Tuduh Turki Beri Zona Aman untuk ISIS

Kamis, 10 Februari 2022 - 00:57 WIB
loading...
A A A
Kementerian Pertahanan Turki tidak menjawab permintaan CBS News untuk mengomentari tuduhan tersebut, tetapi sumber keamanan di negara itu menolak klaim SDF sebagai "sangat konyol." Ia mengatakan Turki telah menjadi sasaran ISIS berkali-kali di masa lalu dan pasukan Turki terus berjuang melawan kelompok ekstrimis itu.

ISIS telah disalahkan atas beberapa serangan besar di Turki, termasuk pengepungan Malam Tahun Baru yang menghancurkan di sebuah klub malam Istanbul yang populer pada tahun 2017 yang diklaim oleh kelompok itu. Serangan itu saja menyebabkan 39 orang tewas dan pejabat Turki mengatakan, secara total, ISIS telah membunuh 315 warga sipil di negara itu.

Departemen Luar Negeri AS dan Pentagon juga menolak mengomentari tuduhan SDF, merujuk CBS News ke kelompok pemberontak itu dan Turki untuk membahas masalah tersebut.

Pejabat Irak, termasuk Perdana Menteri Mustafa Al-Kadhimi, menyambut baik kematian pemimpin ISIS dan mengatakan negara itu telah memberikan informasi intelijen kepada AS yang mengungkapkan keberadaan al-Qurayshi.



Tetapi para pejabat Irak skeptis bahwa kematian komandan itu akan menghambat ISIS untuk waktu yang lama.

Beberapa bulan terakhir telah terlihat peningkatan yang dicatat dalam operasi kelompok teror di kedua sisi perbatasan Irak-Suriah, termasuk serangan berdarah di penjara yang dikelola SDF di kota Hasakah, Suriah utara. Itu adalah langkah paling berani yang dilakukan ISIS selama bertahun-tahun, menyebabkan 121 pejuang SDF, staf penjara dan warga sipil tewas, serta beberapa tahanan ISIS berhasil melarikan diri.

Dalam sebuah laporan, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres mengatakan diperkirakan ISIS masih memiliki antara 6.000 dan 10.000 pejuang di kedua sisi perbatasan Irak-Suriah.

"ISIS terus beroperasi sebagai pemberontakan pedesaan yang mengakar di Irak dan Republik Arab Suriah, mengeksploitasi perbatasan keropos antara kedua negara, sambil mempertahankan operasi di daerah dengan tekanan keamanan rendah," kata laporan itu.

"ISIS adalah organisasi yang sangat ideologis, dan membunuh pemimpinnya mungkin mempengaruhi ISIS untuk waktu yang singkat, sampai mereka mencalonkan seorang pemimpin baru, tetapi itu tidak akan berdampak jangka panjang," kata pakar keamanan Irak Fadhil Abu Ragheef kepada CBS News.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2081 seconds (0.1#10.140)