Kisah Operasi Morvarid: Iran Hancurkan AL Irak Hanya dalam Sehari
loading...
A
A
A
TEHERAN - Operasi Morvarid menjadi sejarah digdayanya Iran saat terlibat pertempuran udara dan laut dengan Irak tahun 1980. Saat itu, Teheran sukses menghancurkan 80 persen Angkatan Laut (AL) Baghdad hanya dalam sehari.
Operasi Morvarid juga tercatat sebagai salah satu pertempuran paling sengit setelah Perang Dunia II. Kala itu, pendukung utama kekuatan Teheran adalah pesawat-pesawat tempur buatan Amerika Serikat (AS).
Mengutip ulasan Naval Post, Kamis (13/1/2022), kisah pertempuran sengit ini bermula dari peristiwa 22 September 1980 ketika Presiden Irak Saddam Hussein melancarkan invasi ke Iran, berniat untuk mengambil keuntungan dari ketidakstabilan Iran akibat Revolusi Iran.
Terlepas dari efek destruktif revolusi, layanan Angkatan Laut Iran yang telah diubah namanya menjadi Angkatan Laut Republik Islam Iran (IRIN) masih menunjukkan kemampuan tempurnya yang tinggi dalam perang dengan Irak.
Khususnya pada tanggal 28-30 November 1980, IRIN, menggunakan perencanaan kontinjensi pra-revolusi, melakukan operasi gabungan Morvarid (Pearle) tipe Barat yang unik.
Operasi itu melibatkan Kelompok Satuan Tugas Gabungan-CTF 421 (Angkatan Laut, Angkatan Udara, dan Komando) yang membuat Irak benar-benar terkejut.
Serangan itu menyebabkan dua terminal minyak lepas pantai hancur dan menimbulkan kerugian besar di kapal dan pesawat militer Baghdad.
IRIN menugaskan tiga kapal rudal Kelas Sina; Joshan, Gordouneh dan Paykan, untuk misi tersebut. Kapal kecil seberat 265 ton memiliki tiga puluh awak dan dapat berlayar 41 mil per jam.
Masing-masing kapal memasang meriam depan ganda 76 milimeter (anti-permukaan dan anti-udara), meriam belakang 40 milimeter yang menembak cepat, dan dua peluncur rudal rel kembar yang dipersenjatai dengan rudal Harpoon buatan Amerika.
Pertahanan udara tambahan disediakan oleh anggota awak di dek yang membawa rudal anti-pesawat yang diluncurkan dari bahu SA-7.
Operasi Morvarid juga tercatat sebagai salah satu pertempuran paling sengit setelah Perang Dunia II. Kala itu, pendukung utama kekuatan Teheran adalah pesawat-pesawat tempur buatan Amerika Serikat (AS).
Mengutip ulasan Naval Post, Kamis (13/1/2022), kisah pertempuran sengit ini bermula dari peristiwa 22 September 1980 ketika Presiden Irak Saddam Hussein melancarkan invasi ke Iran, berniat untuk mengambil keuntungan dari ketidakstabilan Iran akibat Revolusi Iran.
Terlepas dari efek destruktif revolusi, layanan Angkatan Laut Iran yang telah diubah namanya menjadi Angkatan Laut Republik Islam Iran (IRIN) masih menunjukkan kemampuan tempurnya yang tinggi dalam perang dengan Irak.
Khususnya pada tanggal 28-30 November 1980, IRIN, menggunakan perencanaan kontinjensi pra-revolusi, melakukan operasi gabungan Morvarid (Pearle) tipe Barat yang unik.
Operasi itu melibatkan Kelompok Satuan Tugas Gabungan-CTF 421 (Angkatan Laut, Angkatan Udara, dan Komando) yang membuat Irak benar-benar terkejut.
Serangan itu menyebabkan dua terminal minyak lepas pantai hancur dan menimbulkan kerugian besar di kapal dan pesawat militer Baghdad.
IRIN menugaskan tiga kapal rudal Kelas Sina; Joshan, Gordouneh dan Paykan, untuk misi tersebut. Kapal kecil seberat 265 ton memiliki tiga puluh awak dan dapat berlayar 41 mil per jam.
Masing-masing kapal memasang meriam depan ganda 76 milimeter (anti-permukaan dan anti-udara), meriam belakang 40 milimeter yang menembak cepat, dan dua peluncur rudal rel kembar yang dipersenjatai dengan rudal Harpoon buatan Amerika.
Pertahanan udara tambahan disediakan oleh anggota awak di dek yang membawa rudal anti-pesawat yang diluncurkan dari bahu SA-7.