F-22 Raptor Jet Tempur Siluman Terbaik, Mengapa AS Hentikan Produksinya?

Jum'at, 31 Desember 2021 - 09:01 WIB
loading...
F-22 Raptor Jet Tempur Siluman Terbaik, Mengapa AS Hentikan Produksinya?
F-22 Raptor, jet tempur siluman terbaik yang dihentikan produksinya oleh AS pada 2009. Foto/REUTERS
A A A
WASHINGTON - F-22 Raptor tercatat sebagai satu-satunya jet tempur siluman generasi kelima pertama di dunia. Ia dianggap sebagai jet tempur terbaik yang dimiliki Amerika Serikat (AS) pasca-Perang Dingin akhir 1990-an.

Pesawat tempur canggih buatan Lockheed Martin ini hanya diproduksi 187 unit dan eksklusif, karena tak ada negara lain yang memilikinya. Namun, mengapa Amerika memilih untuk menghentikan produksi jet tempur hebat ini?



Sekadar diketahui, F-22 Raptor merupakan pesawat tempur paling mahal dengan harga USD120 juta (Rp1,7 triliun) per unit atau USD361 juta (Rp5,1 triliun) per unit bila ditambahkan dengan biaya pengembangan.

Jet tempur itu dibuat mulai tahun 1996 hingga 2011. Penerbangan perdananya 7 September 1997. F-22 diiperkenalkan atau diluncurkan secara resmi pada 15 Desember 2005.

Mengutip laporan National Interest, Jumat (31/12/2021), kisah F-22 Raptor dimulai pada awal 1980-an. Bersemangat untuk mempertahankan superioritas udara, Angkatan Udara AS mulai mencari pengganti F-15C Eagle.

Pada tahun 1990, penerbangan antara Northrop YF-23 dan Lockheed Martin YF-22 mengakibatkan Angkatan Udara memilih YF-22, yang kemudian berganti nama menjadi F-22 Raptor, sebagai landasan masa depan kekuatan udara Amerika.

Awalnya, Angkatan Udara AS percaya bahwa 750 pesawat tempur baru F-22 Raptor akan menelan biaya sekitar USD26,2 miliar (dengan USD35 juta per unit).

Pada tahun 1990, dengan Perang Dingin hampir berakhir, pemerintahan George H. W. Bush memangkas pembeliannya menjadi 648 unit pesawat. Pada tahun 1997 jumlah itu turun lagi menjadi 339 unit, dan pada tahun 2003 jumlahnya lagi-lagi dipangkas menjadi 277.

Pada tahun 2009, jumlah itu kembali dipangkas menjadi 187, ditambah delapan pesawat pengujian dan pengembangan, dan jalur produksi dihentikan.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1328 seconds (0.1#10.140)