Demonstran di Amerika Serikat Tuntut Reformasi Kepolisian
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Demonstrasi di Amerika Serikat (AS) kini menyerukan reformasi di organisasi kepolisian yang menyebabkan kematian George Floyd, warga kulit hitam. Mereka juga menyerukan agar rasisme segera dihapus di segala lini kehidupan warga AS.
Demonstrasi yang telah berlangsung selama dua pekan di AS itu menjadi magnet untuk menuntut perubahan di AS yang lebih baik dalam hal rasisme. Kini, sebagian besar demonstrasi tidak disertai dengan kekerasan dan sangat kontras dengan aksi sebelumnya.
“Saya memiliki banyak keluarga yang bekerja di kepolisian. Saya yakin dengan kepolisian,” kata pensiunan Angkatan Udara AS Nikky Williams, dilansir Reuters. “Saya berpikir kalau reformasi akan segera terwujud,” ujarnya. (Baca: Melalui Media, China, Rusia, dan Iran Tertawakan Demo Antirasis di AS)
Tuntutan demonstran itu langsung direspons Dewan Kota Minneapolis, AS. Mereka berjanji merombak departemen kepolisian setempat, sebuah langkah penting di tengah protes nasional. Sembilan dari 13 anggota dewan mengatakan konsep baru tentang keselamatan publik akan digodok di sebuah kota yang para penegak hukumnya dituduh melakukan aksi rasisme.
Wali Kota Minneapolis Jacob Frey sebelumnya menentang langkah itu sehingga sempat menuai kritik. Para aktivis, yang selama bertahun-tahun mengampanyekan langkah semacam itu, menyebutnya sebagai sebuah titik balik. Namun demikian, sejumlah pihak menganggap langkah ini bakal menjadi perdebatan panjang dan rumit.
“Jelas, sistem kepolisian dan keamanan publik kami saat ini tidak menjaga keamanan komunitas kami," kata Presiden Dewan Minneapolis, Lisa Bender, dilansir BBC. "Berbagai upaya yang kami lakukan telah gagal,” katanya.
Bender mengatakan rencana detail untuk mereformasi departemen kepolisian akan dibicarakan lebih lanjut seraya menambahkan bahwa dia akan mencoba mengalihkan anggaran polisi kepada kebijakan strategis berbasis masyarakat.
Sementara itu, anggota dewan Alondra Cano mencuit dalam Twitter-nya bahwa mayoritas anggota dewan sepakat bahwa departemen kepolisian di kota itu tidak dapat direformasi dan bahwa mereka akan menyudahi sistem kepolisian saat ini. (Baca juga: Viral, Anak Muda Diduga Mahasiswa Pukul Jatuh Pria Rasis di AS)
Pekan lalu, Minnesota meluncurkan penyelidikan hak-hak sipil terhadap Departemen Kepolisian Minneapolis dan Gubernur Tim Walz mengatakan dia ingin membasmi "rasisme sistemik". Dewan kota kemudian memberikan suara untuk dilakukan beberapa perubahan di tubuh kepolisian, termasuk larangan aparat polisi menindih dan menekan leher tersangka.
Menanggapi pengumuman itu, Kandace Montgomery, pimpinan Black Vision, kelompok yang mengampanyekan antirasisme di Minnesota, mengatakan seharusnya tidak perlu sampai banyak korban meninggal untuk membawa demonstran beraksi. “Kami lebih aman tanpa patroli bersenjata yang didukung negara yang memburu warga kulit hitam,” ujarnya.
Demonstrasi yang telah berlangsung selama dua pekan di AS itu menjadi magnet untuk menuntut perubahan di AS yang lebih baik dalam hal rasisme. Kini, sebagian besar demonstrasi tidak disertai dengan kekerasan dan sangat kontras dengan aksi sebelumnya.
“Saya memiliki banyak keluarga yang bekerja di kepolisian. Saya yakin dengan kepolisian,” kata pensiunan Angkatan Udara AS Nikky Williams, dilansir Reuters. “Saya berpikir kalau reformasi akan segera terwujud,” ujarnya. (Baca: Melalui Media, China, Rusia, dan Iran Tertawakan Demo Antirasis di AS)
Tuntutan demonstran itu langsung direspons Dewan Kota Minneapolis, AS. Mereka berjanji merombak departemen kepolisian setempat, sebuah langkah penting di tengah protes nasional. Sembilan dari 13 anggota dewan mengatakan konsep baru tentang keselamatan publik akan digodok di sebuah kota yang para penegak hukumnya dituduh melakukan aksi rasisme.
Wali Kota Minneapolis Jacob Frey sebelumnya menentang langkah itu sehingga sempat menuai kritik. Para aktivis, yang selama bertahun-tahun mengampanyekan langkah semacam itu, menyebutnya sebagai sebuah titik balik. Namun demikian, sejumlah pihak menganggap langkah ini bakal menjadi perdebatan panjang dan rumit.
“Jelas, sistem kepolisian dan keamanan publik kami saat ini tidak menjaga keamanan komunitas kami," kata Presiden Dewan Minneapolis, Lisa Bender, dilansir BBC. "Berbagai upaya yang kami lakukan telah gagal,” katanya.
Bender mengatakan rencana detail untuk mereformasi departemen kepolisian akan dibicarakan lebih lanjut seraya menambahkan bahwa dia akan mencoba mengalihkan anggaran polisi kepada kebijakan strategis berbasis masyarakat.
Sementara itu, anggota dewan Alondra Cano mencuit dalam Twitter-nya bahwa mayoritas anggota dewan sepakat bahwa departemen kepolisian di kota itu tidak dapat direformasi dan bahwa mereka akan menyudahi sistem kepolisian saat ini. (Baca juga: Viral, Anak Muda Diduga Mahasiswa Pukul Jatuh Pria Rasis di AS)
Pekan lalu, Minnesota meluncurkan penyelidikan hak-hak sipil terhadap Departemen Kepolisian Minneapolis dan Gubernur Tim Walz mengatakan dia ingin membasmi "rasisme sistemik". Dewan kota kemudian memberikan suara untuk dilakukan beberapa perubahan di tubuh kepolisian, termasuk larangan aparat polisi menindih dan menekan leher tersangka.
Menanggapi pengumuman itu, Kandace Montgomery, pimpinan Black Vision, kelompok yang mengampanyekan antirasisme di Minnesota, mengatakan seharusnya tidak perlu sampai banyak korban meninggal untuk membawa demonstran beraksi. “Kami lebih aman tanpa patroli bersenjata yang didukung negara yang memburu warga kulit hitam,” ujarnya.