Uskup Sisilia Beri Tahu Anak-anak Sinterklas Tidak Ada, Orang Tua Protes
loading...
A
A
A
Dengan demikian, kata-katanya mencapai banyak anak muda setempat, dan para orang tua dilaporkan turun ke media sosial untuk melampiaskan rasa frustrasi mereka kepada uskup.
“Beberapa orang tua menuduhnya munafik karena menyerang Sinterklas sambil bersikeras pada keberadaan putra perawan dan roh suci yang berjalan di atas air," ungkap laporan Times.
Orang tua yang lain membandingkan uskup itu dengan Grinch.
Namun, Stagliano tetap pada apa yang dia katakan. Di tengah kemarahan publik, dia mengklaim bahwa dia ingin anak-anak melupakan penggambaran Coca-Cola tentang Sinterklas dan fokus pada asal-usul sejarah sebenarnya dari Bapa Natal yakni Santo Nicholas.
“Jika Santa adalah Santo Nicholas, anak-anak akan lebih terbuka pada ide untuk saling membantu, pada ide solidaritas yang berasal dari pemberian hadiah kepada anak-anak yang lebih miskin,” papar dia.
Khotbahnya, menurut dia, adalah cara menjelaskan teologi pop dan memulihkan makna sejati dari tradisi Kristen Natal.
Santo Nicholas, yang hidup di Turki modern pada abad ketiga, mengilhami beberapa tradisi yang sekarang dikaitkan dengan Sinterklas.
Dia disebut melemparkan koin ke jendela rumah-rumah keluarga miskin, dan secara anonim membagikan makanan kepada yang lapar.
Legendanya kemudian mengilhami tradisi Sinterklaas dari Belanda yang kemudian menjadi Santa Claus di Inggris yang digambarkan mengenakan berbagai pakaian sampai Coca-Cola mempopulerkan pakaian merah putihnya pada tahun 1930-an.
“Beberapa orang tua menuduhnya munafik karena menyerang Sinterklas sambil bersikeras pada keberadaan putra perawan dan roh suci yang berjalan di atas air," ungkap laporan Times.
Orang tua yang lain membandingkan uskup itu dengan Grinch.
Namun, Stagliano tetap pada apa yang dia katakan. Di tengah kemarahan publik, dia mengklaim bahwa dia ingin anak-anak melupakan penggambaran Coca-Cola tentang Sinterklas dan fokus pada asal-usul sejarah sebenarnya dari Bapa Natal yakni Santo Nicholas.
“Jika Santa adalah Santo Nicholas, anak-anak akan lebih terbuka pada ide untuk saling membantu, pada ide solidaritas yang berasal dari pemberian hadiah kepada anak-anak yang lebih miskin,” papar dia.
Khotbahnya, menurut dia, adalah cara menjelaskan teologi pop dan memulihkan makna sejati dari tradisi Kristen Natal.
Santo Nicholas, yang hidup di Turki modern pada abad ketiga, mengilhami beberapa tradisi yang sekarang dikaitkan dengan Sinterklas.
Dia disebut melemparkan koin ke jendela rumah-rumah keluarga miskin, dan secara anonim membagikan makanan kepada yang lapar.
Legendanya kemudian mengilhami tradisi Sinterklaas dari Belanda yang kemudian menjadi Santa Claus di Inggris yang digambarkan mengenakan berbagai pakaian sampai Coca-Cola mempopulerkan pakaian merah putihnya pada tahun 1930-an.
(sya)