AS Boikot Diplomatik Olimpiade Musim Dingin, China Ancam Balas Dendam
loading...
A
A
A
Beijing tidak memberikan petunjuk tentang tindakan balasan apa yang sedang dipertimbangkannya, tetapi kemungkinan pembalasan lebih lanjut sekarang mengancam untuk sekali lagi menggagalkan hubungan bilateral.
Dibandingkan dengan respons marah dari Kementerian Luar Negeri China, beberapa diplomat China dan pegawai media pemerintah telah menawarkan tanggapan yang lebih acuh tak acuh di Twitter - yang diblokir di China - menekankan politisi AS belum diundang ke Olimpiade.
"Politisi yang menyerukan boikot #2022BeijingOlympics melakukannya untuk kepentingan dan sikap politik mereka sendiri. Faktanya, tidak ada yang peduli apakah orang-orang ini datang atau tidak, dan itu tidak berdampak apa pun pada #Beijing2022 agar berhasil diadakan," tweeted Liu Pengyu, juru bicara Kedutaan Besar China di AS.
Hu Xijin, pemimpin redaksi tabloid nasionalis China Global Times, juga menyinggung hal tersebut.
"Mengapa ribut-ribut? Jika pejabat AS tidak datang, biarlah. Toh China tidak mengundang mereka." tweetnya.
“Hanya orang-orang super narsis yang akan menganggap ketidakhadiran mereka sebagai boikot yang kuat. Sebagian besar pejabat pemerintah AS itu adalah kontak dekat pasien COVID-19 menurut standar China, apalagi pilih-pilih dan sok. Anda adalah orang-orang yang paling tidak ingin dilihat oleh penduduk Beijing," sambungnya.
Sementara Beijing mungkin tidak terlalu khawatir tentang tidak adanya politisi Amerika, itu bisa berubah menjadi "sakit kepala" yang lebih besar jika langkah AS diikuti oleh lebih banyak negara. Sebelumnya, Inggris, Kanada, dan Australia semuanya mengatakan mereka sedang mempertimbangkan boikot diplomatik.
Aktivis telah lama menyerukan boikot Olimpiade Beijing sebagai protes atas pelanggaran hak asasi manusia China di Xinjiang dan Tibet, dan tindakan keras politiknya di Hong Kong. Selama sebulan terakhir, pembungkaman Beijing terhadap tuduhan penyerangan seksual bintang tenis China Peng Shuai yang dilakukan seorang mantan pemimpin China telah semakin memperkuat seruan semacam itu.
Boikot diplomatik AS disambut baik oleh kelompok-kelompok hak asasi manusia. Human Rights Watch (HRW) menyebutnya sebagai langkah penting untuk menantang kejahatan pemerintah China terhadap kemanusiaan yang menargetkan Uighur dan komunitas Turki lainnya.
Dibandingkan dengan respons marah dari Kementerian Luar Negeri China, beberapa diplomat China dan pegawai media pemerintah telah menawarkan tanggapan yang lebih acuh tak acuh di Twitter - yang diblokir di China - menekankan politisi AS belum diundang ke Olimpiade.
"Politisi yang menyerukan boikot #2022BeijingOlympics melakukannya untuk kepentingan dan sikap politik mereka sendiri. Faktanya, tidak ada yang peduli apakah orang-orang ini datang atau tidak, dan itu tidak berdampak apa pun pada #Beijing2022 agar berhasil diadakan," tweeted Liu Pengyu, juru bicara Kedutaan Besar China di AS.
Hu Xijin, pemimpin redaksi tabloid nasionalis China Global Times, juga menyinggung hal tersebut.
"Mengapa ribut-ribut? Jika pejabat AS tidak datang, biarlah. Toh China tidak mengundang mereka." tweetnya.
“Hanya orang-orang super narsis yang akan menganggap ketidakhadiran mereka sebagai boikot yang kuat. Sebagian besar pejabat pemerintah AS itu adalah kontak dekat pasien COVID-19 menurut standar China, apalagi pilih-pilih dan sok. Anda adalah orang-orang yang paling tidak ingin dilihat oleh penduduk Beijing," sambungnya.
Sementara Beijing mungkin tidak terlalu khawatir tentang tidak adanya politisi Amerika, itu bisa berubah menjadi "sakit kepala" yang lebih besar jika langkah AS diikuti oleh lebih banyak negara. Sebelumnya, Inggris, Kanada, dan Australia semuanya mengatakan mereka sedang mempertimbangkan boikot diplomatik.
Aktivis telah lama menyerukan boikot Olimpiade Beijing sebagai protes atas pelanggaran hak asasi manusia China di Xinjiang dan Tibet, dan tindakan keras politiknya di Hong Kong. Selama sebulan terakhir, pembungkaman Beijing terhadap tuduhan penyerangan seksual bintang tenis China Peng Shuai yang dilakukan seorang mantan pemimpin China telah semakin memperkuat seruan semacam itu.
Boikot diplomatik AS disambut baik oleh kelompok-kelompok hak asasi manusia. Human Rights Watch (HRW) menyebutnya sebagai langkah penting untuk menantang kejahatan pemerintah China terhadap kemanusiaan yang menargetkan Uighur dan komunitas Turki lainnya.