Dibela dari Ancaman China, Taiwan Berterima Kasih pada Australia

Senin, 06 Desember 2021 - 10:44 WIB
loading...
Dibela dari Ancaman China, Taiwan Berterima Kasih pada Australia
Warga Taipei kibarkan miniatur bendera nasional Taiwan pada Hari Nasional Taiwan. Pemerintah Taiwan berterima kasih kepada Australia karena sudah dibela dari ancaman China. Foto/REUTERS
A A A
TAIPEI - Pemerintah Taiwan menyampaikan pesan terima kasih kepada Australia karena dibela dari ancaman invasi China . Ucapan terima kasih disampaikan Menteri Luar Negeri Joseph Wu sembari memuji negara kanguru tersebut.

Sebelumnya, Menteri Pertahanan Australia Peter Dutton melontarkan peringatakan keras kepada China untuk tidak menyerang Taipei atau mengambil risiko mengacaukan seluruh kawasan.

Taiwan juga telah meminta hubungan yang lebih dekat dengan Canberra dalam upaya untuk memperkuat hubungan.



Dalam sebuah wawancara dengan The Australianyang dilansir Senin (6/12/2021), Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu mengatakan dia berterima kasih atas meningkatnya kekhawatiran pemerintah Australia dan mengatakan komentar Dutton membantu meredakan konflik di wilayah tersebut.

Dia mengatakan kepada surat kabar itu bahwa sementara negaranya mampu mempertahankan diri, dukungan Australia untuk Taiwan membantu menjaga stabilitas.

“Seperti yang saya katakan sepanjang waktu, saya memiliki kanguru di hati saya,” kata Wu kepada The Australian, mengacu pada pin kerah kangurunya.

“Australia sangat jauh dari belahan dunia lainnya, tetapi lihatlah rekor Australia," ujarnya.

“Berpartisipasi dalam pertempuran, atau perang, dalam hal menjaga kebebasan dan demokrasi. Juga dalam hal bertarung bersama dengan sekutu...sangat menyentuh.”

Wu, yang diberi sanksi bulan lalu oleh Beijing, mengatakan pemerintahnya sangat menghargai perhatian Australia.

“Ada hasrat alami dari orang Australia...Ketika sesama demokrasi lainnya terancam, mereka suka berbicara,” katanya.

“Australia tidak sendirian dalam mendukung Taiwan dengan cara itu.”

Selama wawancara, Wu menyerukan hubungan yang lebih dekat dengan Canberra–mengatakan bahwa dia menginginkan kontak tingkat kabinet secara teratur antara Taipei dan Canberra.

Komentar Wu datang di tengah perdebatan sengit di Australia tentang bagaimana berkoordinasi dengan sekutu untuk mencegah perang diluncurkan terhadap Taiwan oleh China.

Peter Dutton pada pekan lalu mengatakan kepada National Press Club bahwa Canberra perlu melawan China, atau berisiko kehilangan kedaulatan nasional sebagai "tributary state".

Selama pidatonya, dia memperingatkan bahwa jika Beijing mengambil Taiwan, itu akan dengan cepat menjadi kekuatan dominan di kawasan itu dan akan berusaha untuk menargetkan Kepulauan Senkaku Jepang berikutnya.

Dia mengatakan keinginan China untuk mengubah tatanan regional merupakan ancaman langsung terhadap keamanan Australia, dengan mencatat bahwa setiap kota besar, termasuk Hobart, berada dalam jangkauan rudal China.

“Dengan tidak adanya tekanan balasan, pemerintah China menjadi satu-satunya mitra keamanan dan ekonomi bagi negara-negara Indo-Pasifik,” ujarnya.

“Ini adalah situasi militer dan ekonomi yang berbahaya bagi negara kita dan banyak lainnya," imbuh Dutton.

“Apakah pemerintah China ingin menduduki negara lain? Tidak dalam penilaian saya, tetapi mereka melihat kami sebagai 'tributary state'."

“Dan penyerahan kedaulatan dan pengabaian kepatuhan terhadap aturan hukum internasional adalah apa yang telah diperjuangkan negara kita sejak federasi," papar Dutton.

Sebagai tanggapan, Kedutaan Besar China memperingatkan Dutton agar tidak “mengkhotbahkan kesalahpahamannya yang pelik” tentang kebijakan luar negeri China.

"(Dutton) menyesatkan orang-orang Australia tentang situasi dan prioritas regional dan mengobarkan konflik dan perpecahan antara masyarakat dan negara," kata kedutaan.

“Tidak dapat dibayangkan bahwa hubungan China-Australia akan mengambil momentum yang baik atau kepentingan keseluruhan negara-negara kawasan, termasuk Australia, akan lebih baik dipromosikan jika pemerintah Australia mendasarkan strategi nasionalnya pada analisis tanpa visi dan mentalitas yang ketinggalan zaman," lanjut keduataan.

Juru bicara urusan luar negeri Partai Buruh Australia Penny Wong menuduh Dutton memainkan permainan politik yang berbahaya dan "meningkatkan perang".
(min)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0985 seconds (0.1#10.140)