Rusuh Anti-China di Solomon, Dugaan Suap Beijing Picu Seteru Antarpulau
loading...
A
A
A
Verma menganalisis sentimen anti-China berperan dalam kerusuhan tersebut. “Orang Malaita marah karena mereka adalah provinsi termiskin, paling terbelakang,” kata Verma.
“Pemimpin mereka Daniel Suidani menganggap China sebagai kejahatan dan telah menolak campur tangan China di Malaita.”
Ketegangan telah membara di antara kedua pulau itu sejak pemerintah nasional tiba-tiba mengalihkan kesetiaan diplomatik dari Taiwan ke China pada 2019.
Perdana Menteri Provinsi Malaita, Suidani, mengecam langkah tersebut dengan mengatakan Perdana Menteri Kepulauan Solomon Manasseh Sogavare telah ditawari suap untuk mendukung peralihan tersebut. Tuduhan itu, tentu saja, dibantah oleh Sogavare.
Retorika Suidani menjadi semakin anti-China sejak itu, dengan mengatakan Malaita tidak akan pernah terlibat dengan Beijing dan menghentikan izin bisnis yang dimiliki oleh etnis China.
Dia juga telah mempertahankan kontak dengan pihak berwenang Taiwan. Akibatnya provinsi terus menerima bantuan besar dari Taipei dan Washington.
Suidani menuduh Sogavare berada di kantong Beijing, menuduh dia telah meningkatkan kepentingan orang asing di atas orang-orang Kepulauan Solomon.
“Masyarakat tidak buta akan hal ini dan tidak mau ditipu lagi,” katanya, seperti dikutip news.com.au, Sabtu (27/11/2021).
Ketegangan meningkat lagi pada Mei ketika Suidani mencari perawatan medis di Taiwan, sebuah perjalanan yang menurut pemerintah "tidak sah".
Para ahli juga mengatakan ledakan ketegangan minggu ini bukan hanya tentang hubungan dengan China dan telah terjadi selama beberapa waktu.
“Pemimpin mereka Daniel Suidani menganggap China sebagai kejahatan dan telah menolak campur tangan China di Malaita.”
Ketegangan telah membara di antara kedua pulau itu sejak pemerintah nasional tiba-tiba mengalihkan kesetiaan diplomatik dari Taiwan ke China pada 2019.
Perdana Menteri Provinsi Malaita, Suidani, mengecam langkah tersebut dengan mengatakan Perdana Menteri Kepulauan Solomon Manasseh Sogavare telah ditawari suap untuk mendukung peralihan tersebut. Tuduhan itu, tentu saja, dibantah oleh Sogavare.
Retorika Suidani menjadi semakin anti-China sejak itu, dengan mengatakan Malaita tidak akan pernah terlibat dengan Beijing dan menghentikan izin bisnis yang dimiliki oleh etnis China.
Dia juga telah mempertahankan kontak dengan pihak berwenang Taiwan. Akibatnya provinsi terus menerima bantuan besar dari Taipei dan Washington.
Suidani menuduh Sogavare berada di kantong Beijing, menuduh dia telah meningkatkan kepentingan orang asing di atas orang-orang Kepulauan Solomon.
“Masyarakat tidak buta akan hal ini dan tidak mau ditipu lagi,” katanya, seperti dikutip news.com.au, Sabtu (27/11/2021).
Ketegangan meningkat lagi pada Mei ketika Suidani mencari perawatan medis di Taiwan, sebuah perjalanan yang menurut pemerintah "tidak sah".
Para ahli juga mengatakan ledakan ketegangan minggu ini bukan hanya tentang hubungan dengan China dan telah terjadi selama beberapa waktu.