Haniyeh Ungkap Visi Hamas untuk Persatuan Palestina, Ini Rinciannya
loading...
A
A
A
JALUR GAZA - Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh pada Kamis (4/11/2021) menguraikan visi gerakan Hamas untuk persatuan Palestina. Dia menekankan semua faksi Palestina adalah komponen penting dari kepemimpinan politik.
“Kita membutuhkan semua faksi Palestina,” ungkap Ismail Haniyeh dalam diskusi panel yang diselenggarakan Al-Zaytouna Centre.
Dia menambahkan, "Kita semua memiliki pandangan yang sama mengenai perlunya menata ulang sistem politik Palestina, tetapi membatalkan pemilu menyebabkan dilema nasional yang nyata dan mengembalikan kita ke titik awal."
“Setiap orang yang bekerja untuk pembebasan Palestina adalah bagian penting dalam proses tersebut. Prinsip kemitraan harus diperkuat oleh setiap faksi," tutur dia.
“Proyek nasional Palestina, dibangun di sekitar pembebasan, hak untuk kembali dan pembentukan negara Palestina di semua tanah Palestina melalui perlawanan yang komprehensif," papar dia.
Dia menggambarkan Kesepakatan Oslo 1993 sebagai "benih buah pahit".
Haniyeh mengingatkan para peserta diskusi bahwa rakyat Palestina berada dalam pendudukan Israel, sehingga harus mengadopsi strategi perlawanan untuk pembebasan tanah Palestina.
"Pendudukan (Israel) didasarkan pada negara itu sebagai negara Yahudi, pencaplokan, pengusiran orang Palestina dan tidak ada pengakuan terhadap orang lain di Palestina kecuali orang Yahudi," ujar dia.
Dia mengkritik "negosiasi tanpa hasil" yang dilakukan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) di mana Hamas bukan anggotanya.
Menurut dia, negosiasi tanpa hasil itu karena kurangnya kemajuan dan kelumpuhan kepemimpinan Palestina yang berkelanjutan.
"Namun demikian, meskipun ada banyak alasan untuk kekuatan kita, yang terpenting adalah kegigihan rakyat Palestina yang merupakan cadangan revolusi dan perlawanan," tutur dia.
Sebagai kesimpulan, Haniyeh menyerukan agar, “Proyek nasional Palestina dipertimbangkan kembali sebagai proyek pembebasan dan reformasi kepemimpinan Palestina untuk memastikan itu mewakili semua rakyat Palestina di dalam dan di luar tanah bersejarah Palestina."
“Kita membutuhkan semua faksi Palestina,” ungkap Ismail Haniyeh dalam diskusi panel yang diselenggarakan Al-Zaytouna Centre.
Dia menambahkan, "Kita semua memiliki pandangan yang sama mengenai perlunya menata ulang sistem politik Palestina, tetapi membatalkan pemilu menyebabkan dilema nasional yang nyata dan mengembalikan kita ke titik awal."
“Setiap orang yang bekerja untuk pembebasan Palestina adalah bagian penting dalam proses tersebut. Prinsip kemitraan harus diperkuat oleh setiap faksi," tutur dia.
“Proyek nasional Palestina, dibangun di sekitar pembebasan, hak untuk kembali dan pembentukan negara Palestina di semua tanah Palestina melalui perlawanan yang komprehensif," papar dia.
Dia menggambarkan Kesepakatan Oslo 1993 sebagai "benih buah pahit".
Haniyeh mengingatkan para peserta diskusi bahwa rakyat Palestina berada dalam pendudukan Israel, sehingga harus mengadopsi strategi perlawanan untuk pembebasan tanah Palestina.
"Pendudukan (Israel) didasarkan pada negara itu sebagai negara Yahudi, pencaplokan, pengusiran orang Palestina dan tidak ada pengakuan terhadap orang lain di Palestina kecuali orang Yahudi," ujar dia.
Dia mengkritik "negosiasi tanpa hasil" yang dilakukan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) di mana Hamas bukan anggotanya.
Menurut dia, negosiasi tanpa hasil itu karena kurangnya kemajuan dan kelumpuhan kepemimpinan Palestina yang berkelanjutan.
"Namun demikian, meskipun ada banyak alasan untuk kekuatan kita, yang terpenting adalah kegigihan rakyat Palestina yang merupakan cadangan revolusi dan perlawanan," tutur dia.
Sebagai kesimpulan, Haniyeh menyerukan agar, “Proyek nasional Palestina dipertimbangkan kembali sebagai proyek pembebasan dan reformasi kepemimpinan Palestina untuk memastikan itu mewakili semua rakyat Palestina di dalam dan di luar tanah bersejarah Palestina."
(sya)