111 Hari Mogok Makan, Tahanan Palestina Menanti Ajal di Penjara Israel
loading...
A
A
A
HEBRON - Setelah 111 hari mogok makan , seorang tahanan Palestina di penjara Israel , Kayed Al-Fasfous, kini tengah menghadapi kondisi kritis. Menurut Komisi Tawanan dan Pembebasan PLO, kesehatan Al-Fasfous dengan cepat memburuk dan dia dapat dinyatakan meninggal setiap saat.
Pria berusia 32 tahun dari kota Hebron di Tepi Barat yang diduduki itu melakukan mogok makan untuk memprotes penahanan administratifnya. Ia dijebloskan ke penjara Israel tanpa dakwaan atau pengadilan. Pengacara komisi, Kareem Ajwa, mengunjunginya di Pusat Medis Barzilai mengatakan, kliennya menderita sakit parah di sekujur tubuhnya, serta demam tinggi.
"Dia tidak bisa bergerak dan tidak bisa merasakan kakinya. Namun, dia menolak menjalani pemeriksaan medis di rumah sakit Israel dan bersikeras dia akan pulang dan diperiksa oleh dokter Palestina," ujar Ajwa, seperti dikutip dari Middle East Monitor, Rabu (3/11/2021).
Sebelumnya, Otoritas pendudukan Israel telah mengaktifkan kembali "penahanan administratif" al-Fasfous, setelah ia melakukan mogok makan selama 107 hari. Pengaktifan kembali status ini terjadi, setelah pada 14 Oktober, Mahkamah Agung Israel mengeluarkan keputusan untuk menghentikan sementara perintah penahanan yang dikeluarkan terhadap al-Fasfous.
Namun, perpanjangan itu berarti dia akan dikembalikan ke tahanan hingga akhir masa hukumannya, pada 14 Desember. Al-Fasfous mengatakan, bahwa pihak berwenang Israel mencegah keluarga dan pengacara Kayed mengunjunginya.
al-Fasfous ditangkap pada 15 Oktober 2020. Dia telah ditangkap dan ditahan beberapa kali sebelumnya. Dia sudah menikah, dan ayah dari satu anak. Selain al-Fasfous, masih ada lima tahanan Palestina lainnya saat ini melakukan mogok makan tanpa akhir. Mereka adalah Miqdad Al-Qawasmi (100 hari), Alaa al-Araj (83 hari), Hisyam Abu Hawash (74 hari), Shadi Abu Eker (66 hari), dan Ayyad al-Harimi (37 hari).
Selain enam tahanan tersebut, sekelompok tahanan yang lebih besar telah mempertahankan mogok makan mereka sendiri selama 20 hari, sebagai bentuk solidaritas dengan para tahanan yang memprotes penahanan administratif.
“Penahanan administratif” adalah praktik penahanan tanpa dakwaan atau persidangan yang dilakukan Israel, berdasarkan berkas-berkas yang tidak dapat diakses oleh tahanan maupun pengacara mereka. Menurut protokol militer, perintah penahanan administratif dapat dikeluarkan selama maksimal 6 bulan, meskipun perintah tersebut dapat diperbarui dalam jumlah yang tidak terbatas.
Israel saat ini menahan sekitar 4.850 tahanan Palestina, termasuk 225 anak-anak dan 41 wanita, ditambah 550 tahanan administratif. Organisasi Arab untuk Hak Asasi Manusia di Inggris menyerukan peluncuran kampanye solidaritas dengan tahanan Palestina yang mogok makan.
Pria berusia 32 tahun dari kota Hebron di Tepi Barat yang diduduki itu melakukan mogok makan untuk memprotes penahanan administratifnya. Ia dijebloskan ke penjara Israel tanpa dakwaan atau pengadilan. Pengacara komisi, Kareem Ajwa, mengunjunginya di Pusat Medis Barzilai mengatakan, kliennya menderita sakit parah di sekujur tubuhnya, serta demam tinggi.
"Dia tidak bisa bergerak dan tidak bisa merasakan kakinya. Namun, dia menolak menjalani pemeriksaan medis di rumah sakit Israel dan bersikeras dia akan pulang dan diperiksa oleh dokter Palestina," ujar Ajwa, seperti dikutip dari Middle East Monitor, Rabu (3/11/2021).
Sebelumnya, Otoritas pendudukan Israel telah mengaktifkan kembali "penahanan administratif" al-Fasfous, setelah ia melakukan mogok makan selama 107 hari. Pengaktifan kembali status ini terjadi, setelah pada 14 Oktober, Mahkamah Agung Israel mengeluarkan keputusan untuk menghentikan sementara perintah penahanan yang dikeluarkan terhadap al-Fasfous.
Namun, perpanjangan itu berarti dia akan dikembalikan ke tahanan hingga akhir masa hukumannya, pada 14 Desember. Al-Fasfous mengatakan, bahwa pihak berwenang Israel mencegah keluarga dan pengacara Kayed mengunjunginya.
al-Fasfous ditangkap pada 15 Oktober 2020. Dia telah ditangkap dan ditahan beberapa kali sebelumnya. Dia sudah menikah, dan ayah dari satu anak. Selain al-Fasfous, masih ada lima tahanan Palestina lainnya saat ini melakukan mogok makan tanpa akhir. Mereka adalah Miqdad Al-Qawasmi (100 hari), Alaa al-Araj (83 hari), Hisyam Abu Hawash (74 hari), Shadi Abu Eker (66 hari), dan Ayyad al-Harimi (37 hari).
Selain enam tahanan tersebut, sekelompok tahanan yang lebih besar telah mempertahankan mogok makan mereka sendiri selama 20 hari, sebagai bentuk solidaritas dengan para tahanan yang memprotes penahanan administratif.
“Penahanan administratif” adalah praktik penahanan tanpa dakwaan atau persidangan yang dilakukan Israel, berdasarkan berkas-berkas yang tidak dapat diakses oleh tahanan maupun pengacara mereka. Menurut protokol militer, perintah penahanan administratif dapat dikeluarkan selama maksimal 6 bulan, meskipun perintah tersebut dapat diperbarui dalam jumlah yang tidak terbatas.
Israel saat ini menahan sekitar 4.850 tahanan Palestina, termasuk 225 anak-anak dan 41 wanita, ditambah 550 tahanan administratif. Organisasi Arab untuk Hak Asasi Manusia di Inggris menyerukan peluncuran kampanye solidaritas dengan tahanan Palestina yang mogok makan.
(esn)