Bangkitnya Militer China di Berbagai Bidang Bikin Pentagon Terguncang
loading...
A
A
A
Contoh terbaru dari kecepatan yang mengejutkan dari militer China adalah uji coba senjata hipersonik yang mampu mengorbit sebagian Bumi sebelum memasuki kembali atmosfer dan meluncur di jalur yang dapat bermanuver ke targetnya.
Desain sistem senjata hipersonik China dimaksudkan untuk menghindari pertahanan rudal AS, dan meskipun Beijing bersikeras bahwa yang diuji tersebut adalah kendaraan luar angkasa yang dapat digunakan kembali, bukan rudal seperti yang diyakini Amerika.
Jenderal Mark Milley, Ketua Kepala Staf Gabungan AS, sebelumnya mengatakan tes rudal hipersonik China "sangat dekat" dengan momen Sputnik—momen di mana peluncuran satelit luar angkasa pertama di dunia oleh Uni Soviet pada tahun 1957 telah mengejutkan dunia dan menimbulkan kekhawatiran bahwa Amerika Serikat telah tertinggal secara teknologi.
Milley dan pejabat AS lainnya telah menolak untuk membahas rincian tes senjata hipersonik China, dengan mengatakan itu rahasia.
Dia menyebutnya "sangat memprihatinkan" bagi Amerika Serikat, tetapi menambahkan bahwa masalah yang ditimbulkan oleh modernisasi militer China jauh lebih dalam.
“Itu hanya satu sistem senjata,” katanya dalam wawancara dengan Bloomberg Television. “Kemampuan militer China jauh lebih besar dari itu. Mereka berkembang pesat di luar angkasa, di dunia maya dan kemudian di wilayah tradisional darat, laut, dan udara.”
Di bidang nuklir, citra satelit swasta dalam beberapa bulan terakhir telah mengungkapkan penambahan besar silo peluncuran yang menunjukkan kemungkinan bahwa China berencana untuk meningkatkan armada rudal balistik antarbenua berbasis darat atau ICBM.
Hans Kristensen, seorang ahli senjata nuklir di Federasi Ilmuwan Amerika, mengatakan China tampaknya memiliki sekitar 250 silo ICBM yang sedang dibangun, yang katanya lebih dari 10 kali jumlah yang beroperasi saat ini.
Militer AS, sebagai perbandingan, memiliki 400 silo ICBM aktif dan 50 sebagai cadangan.
Desain sistem senjata hipersonik China dimaksudkan untuk menghindari pertahanan rudal AS, dan meskipun Beijing bersikeras bahwa yang diuji tersebut adalah kendaraan luar angkasa yang dapat digunakan kembali, bukan rudal seperti yang diyakini Amerika.
Jenderal Mark Milley, Ketua Kepala Staf Gabungan AS, sebelumnya mengatakan tes rudal hipersonik China "sangat dekat" dengan momen Sputnik—momen di mana peluncuran satelit luar angkasa pertama di dunia oleh Uni Soviet pada tahun 1957 telah mengejutkan dunia dan menimbulkan kekhawatiran bahwa Amerika Serikat telah tertinggal secara teknologi.
Milley dan pejabat AS lainnya telah menolak untuk membahas rincian tes senjata hipersonik China, dengan mengatakan itu rahasia.
Dia menyebutnya "sangat memprihatinkan" bagi Amerika Serikat, tetapi menambahkan bahwa masalah yang ditimbulkan oleh modernisasi militer China jauh lebih dalam.
“Itu hanya satu sistem senjata,” katanya dalam wawancara dengan Bloomberg Television. “Kemampuan militer China jauh lebih besar dari itu. Mereka berkembang pesat di luar angkasa, di dunia maya dan kemudian di wilayah tradisional darat, laut, dan udara.”
Di bidang nuklir, citra satelit swasta dalam beberapa bulan terakhir telah mengungkapkan penambahan besar silo peluncuran yang menunjukkan kemungkinan bahwa China berencana untuk meningkatkan armada rudal balistik antarbenua berbasis darat atau ICBM.
Hans Kristensen, seorang ahli senjata nuklir di Federasi Ilmuwan Amerika, mengatakan China tampaknya memiliki sekitar 250 silo ICBM yang sedang dibangun, yang katanya lebih dari 10 kali jumlah yang beroperasi saat ini.
Militer AS, sebagai perbandingan, memiliki 400 silo ICBM aktif dan 50 sebagai cadangan.