Disebut Binatang Buas, Drone Rusia Ini Diyakini Bisa Timbulkan Masalah Besar Bagi NATO
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Keberadaan drone S-70 Okhotnik (Hunter) Rusia mencuri perhatian sebuah media Amerika Serikat (AS). Kendaraan udara tak berawak ini dirancang untuk melakukan berbagai misi, termasuk sebagai wingman bagi jet tempur siluman generasi kelima Sukhoi Su-57 Rusia.
"Drone Okhotnik adalah 'binatang buas' dari sebuah proyek yang bisa menjadi masalah besar bagi NATO setelah produksinya dimulai," tulis outlet berita pertahanan independen yang berbasis di AS 19fortyfive seperti dinukil Sputnik, Minggu (24/10/2021).
Drone S-70 Okhotnik adalah drone sayap terbang Rusia yang dikembangkan oleh Sukhoi dan MiG Corporation. Drone ini diperkirakan memiliki beberapa sistem yang sama dengan Sukhoi Su-57.
Jika spesifikasi yang dinyatakan benar adanya, 19fortyfive menduga drone ini tengah dibentuk menjadi salah satu drone paling canggih di dunia. 19fortyfive pun mencantumkan fitur-fitur canggihnya, termasuk bentuk sayap terbang dan siluet rendah, dilengkapi dengan kemampuan AI yang diharapkan memungkinkannya terbang tanpa terhubung penuh dengan operator manusia.
Drone berbobot 20 ton ini diperkirakan memiliki jangkauan sekitar 3.700 mil atau hampir 6.000 km, dan kecepatan jelajah hingga 965 km per jam. Drone ini diharapkan dapat membawa hingga 2.000 kg amunisi, mulai dari rudal jelajah dan bom presisi hingga rudal anti-udara.
Pesawat ini memiliki lebar sayap 19 meter, dan panjang 14 meter dari hidung ke ekor. Konstruksi material kompositnya dirancang untuk mengurangi tanda radar.
19fortyfive menunjukkan bahwa selain tujuan penggunaannya untuk penyerangan, pengintaian/pengawasan atau pesawat peringatan dini, drone itu diharapkan akan dikerahkan sebagai wingman setia bersama pesawat tempur Su-57 Rusia. Nantinya akan ada hingga empat drone yang beroperasi di samping sebuah pesawat tempur Su-57.
“Konsep 'wingman yang selalu setia' sangat menarik. Tidak diragukan bahwa Rusia akan mampu mengendalikan empat drone dengan tindakan seorang pilot pesawat tempur. Tapi ini memperkenalkan kerutan baru dalam pertempuran udara untuk Rusia. Okhotnik adalah binatang buas jika spesifikasinya akurat, dan jika dapat menyelesaikan semua pengujiannya dengan sukses di tahun-tahun mendatang,” kata 19fortyfive.
Meski begitu 19fourtyfive tidak sepenuhnya yakin pada karakteristik siluman pesawat drone tersebut atau Su-57. Menurut mereka pihak pengembang mungkin telah melebih-lebihkan kemampuan penghindaran radar dari jet.
Namun outlet itu menekankan: "Rusia harus diberikan penghargaan jika mereka dapat sepenuhnya mengintegrasikan Okhotnik dengan Su-57.”
Okhonik sendiri saat ini masih dalam pengembangan, dan pengenalannya ke pasukan kedirgantaraan diharapkan akan dimulai tidak lebih dari awal tahun 2024.
Drone ini melakukan uji terbang pertamanya pada Agustus 2019, dengan pengujian penerbangan bersama jet tempur yang berlangsung tak lama kemudian. Pada Januari 2021, Okhotnik berhasil menjatuhkan bom udara terarah setengah ton ke target darat di wilayah uji Ashuluk di wilayah Astrakhan, Rusia selatan.
Pada bulan Februari, sebuah sumber di industri militer Rusia mengatakan kepada Sputnik bahwa pabrik penerbangan Novosibirsk Chkalov akan membangun tiga prototipe tambahan, dengan UAV baru untuk memasukkan perubahan kecil berdasarkan pengujian operasional prototipe pertama, termasuk bermain-main dengan peralatan radio-elektronik onboard dan perubahan elemen struktur badan pesawat. Prototipe ketiga dan keempat diharapkan sesuai dengan versi produksi drone, dan akan diuji antara 2022-2023.
Awal tahun ini, Evgeny Frolov, seorang pilot uji yang mengambil bagian dalam uji coba drone, mengatakan kepada Sputnik bahwa ketika beroperasi bersama Su-57, drone akan dapat memberikan instruksi mandiri terhadap target, bukan dari pilot. Pada akhirnya, pesawat itu diharapkan dapat terbang dalam mode otomatis penuh tanpa menggunakan operator berbasis darat.
Spesialis pesawat militer Rusia telah mengindikasikan bahwa Okhotnik suatu hari nanti dapat menjadi pengganti penuh untuk semua jenis pesawat tempur. Ini akan memungkinkan pasukan Angkatan Udara untuk melakukan misi yang berpotensi berbahaya tanpa membahayakan nyawa pilot seperti misi untuk menembus pertahanan udara yang padat.
Pada bulan Juli, Kementerian Pertahanan Rusia mendesak industri untuk mempercepat pengujian dan pengiriman Okhotnik.
AS dan China diketahui sedang mengerjakan program wingman setia berbasis drone mereka sendiri. Pada tahun 2019, Pentagon mengungkapkan bahwa Lockheed Martin dan Boeing sedang mencari untuk memasukkan 'sidekicks' drone di samping pesawat tempur F-35 dan F-15EX mereka di bawah program "Skyborg".
Sedangkan program wingman drone China dikenal sebagai LJ-1. Beberapa detail telah muncul tentang proyek tersebut sejak drone pertama kali ditampilkan di pertunjukan udara Rusia pada 2019.
Okhotnik adalah salah satu dari sejumlah desain drone yang sedang dikembangkan atau sudah digunakan di gudang senjata Rusia. Sistem lain termasuk Sokol Altius pengintaian jarak jaug, serangan dan drone serangan elektronik untuk digunakan oleh Angkatan Udara dan Angkatan Laut, UAV pemburu drone yang dikenal sebagai Volk-18, dan drone penyerang Inohodets – yang pengujiannya telah disaksikan dalam pertempuran melawan militan di Suriah.
"Drone Okhotnik adalah 'binatang buas' dari sebuah proyek yang bisa menjadi masalah besar bagi NATO setelah produksinya dimulai," tulis outlet berita pertahanan independen yang berbasis di AS 19fortyfive seperti dinukil Sputnik, Minggu (24/10/2021).
Drone S-70 Okhotnik adalah drone sayap terbang Rusia yang dikembangkan oleh Sukhoi dan MiG Corporation. Drone ini diperkirakan memiliki beberapa sistem yang sama dengan Sukhoi Su-57.
Jika spesifikasi yang dinyatakan benar adanya, 19fortyfive menduga drone ini tengah dibentuk menjadi salah satu drone paling canggih di dunia. 19fortyfive pun mencantumkan fitur-fitur canggihnya, termasuk bentuk sayap terbang dan siluet rendah, dilengkapi dengan kemampuan AI yang diharapkan memungkinkannya terbang tanpa terhubung penuh dengan operator manusia.
Drone berbobot 20 ton ini diperkirakan memiliki jangkauan sekitar 3.700 mil atau hampir 6.000 km, dan kecepatan jelajah hingga 965 km per jam. Drone ini diharapkan dapat membawa hingga 2.000 kg amunisi, mulai dari rudal jelajah dan bom presisi hingga rudal anti-udara.
Pesawat ini memiliki lebar sayap 19 meter, dan panjang 14 meter dari hidung ke ekor. Konstruksi material kompositnya dirancang untuk mengurangi tanda radar.
19fortyfive menunjukkan bahwa selain tujuan penggunaannya untuk penyerangan, pengintaian/pengawasan atau pesawat peringatan dini, drone itu diharapkan akan dikerahkan sebagai wingman setia bersama pesawat tempur Su-57 Rusia. Nantinya akan ada hingga empat drone yang beroperasi di samping sebuah pesawat tempur Su-57.
“Konsep 'wingman yang selalu setia' sangat menarik. Tidak diragukan bahwa Rusia akan mampu mengendalikan empat drone dengan tindakan seorang pilot pesawat tempur. Tapi ini memperkenalkan kerutan baru dalam pertempuran udara untuk Rusia. Okhotnik adalah binatang buas jika spesifikasinya akurat, dan jika dapat menyelesaikan semua pengujiannya dengan sukses di tahun-tahun mendatang,” kata 19fortyfive.
Meski begitu 19fourtyfive tidak sepenuhnya yakin pada karakteristik siluman pesawat drone tersebut atau Su-57. Menurut mereka pihak pengembang mungkin telah melebih-lebihkan kemampuan penghindaran radar dari jet.
Namun outlet itu menekankan: "Rusia harus diberikan penghargaan jika mereka dapat sepenuhnya mengintegrasikan Okhotnik dengan Su-57.”
Okhonik sendiri saat ini masih dalam pengembangan, dan pengenalannya ke pasukan kedirgantaraan diharapkan akan dimulai tidak lebih dari awal tahun 2024.
Drone ini melakukan uji terbang pertamanya pada Agustus 2019, dengan pengujian penerbangan bersama jet tempur yang berlangsung tak lama kemudian. Pada Januari 2021, Okhotnik berhasil menjatuhkan bom udara terarah setengah ton ke target darat di wilayah uji Ashuluk di wilayah Astrakhan, Rusia selatan.
Pada bulan Februari, sebuah sumber di industri militer Rusia mengatakan kepada Sputnik bahwa pabrik penerbangan Novosibirsk Chkalov akan membangun tiga prototipe tambahan, dengan UAV baru untuk memasukkan perubahan kecil berdasarkan pengujian operasional prototipe pertama, termasuk bermain-main dengan peralatan radio-elektronik onboard dan perubahan elemen struktur badan pesawat. Prototipe ketiga dan keempat diharapkan sesuai dengan versi produksi drone, dan akan diuji antara 2022-2023.
Awal tahun ini, Evgeny Frolov, seorang pilot uji yang mengambil bagian dalam uji coba drone, mengatakan kepada Sputnik bahwa ketika beroperasi bersama Su-57, drone akan dapat memberikan instruksi mandiri terhadap target, bukan dari pilot. Pada akhirnya, pesawat itu diharapkan dapat terbang dalam mode otomatis penuh tanpa menggunakan operator berbasis darat.
Spesialis pesawat militer Rusia telah mengindikasikan bahwa Okhotnik suatu hari nanti dapat menjadi pengganti penuh untuk semua jenis pesawat tempur. Ini akan memungkinkan pasukan Angkatan Udara untuk melakukan misi yang berpotensi berbahaya tanpa membahayakan nyawa pilot seperti misi untuk menembus pertahanan udara yang padat.
Pada bulan Juli, Kementerian Pertahanan Rusia mendesak industri untuk mempercepat pengujian dan pengiriman Okhotnik.
AS dan China diketahui sedang mengerjakan program wingman setia berbasis drone mereka sendiri. Pada tahun 2019, Pentagon mengungkapkan bahwa Lockheed Martin dan Boeing sedang mencari untuk memasukkan 'sidekicks' drone di samping pesawat tempur F-35 dan F-15EX mereka di bawah program "Skyborg".
Sedangkan program wingman drone China dikenal sebagai LJ-1. Beberapa detail telah muncul tentang proyek tersebut sejak drone pertama kali ditampilkan di pertunjukan udara Rusia pada 2019.
Okhotnik adalah salah satu dari sejumlah desain drone yang sedang dikembangkan atau sudah digunakan di gudang senjata Rusia. Sistem lain termasuk Sokol Altius pengintaian jarak jaug, serangan dan drone serangan elektronik untuk digunakan oleh Angkatan Udara dan Angkatan Laut, UAV pemburu drone yang dikenal sebagai Volk-18, dan drone penyerang Inohodets – yang pengujiannya telah disaksikan dalam pertempuran melawan militan di Suriah.
(ian)