Rusia: AS Tidak Lagi Bisa Ceramahi Negara Lain Soal HAM
loading...
A
A
A
MOSKOW - Rusia mengatakan, Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat (AS) tidak dapat memberi kuliah kepada siapa pun tentang penghormatan terhadap HAM. Hal ini, menurut kementerian itu, terutama di tengah semua kebrutalan yang dilakukan polisi terhadap wartawan dalam demonstrasi yang mencengkeram di AS.
"Dari jendela Kementerian Luar Negeri di Washington, Anda dapat melihat pembantaian yang terjadi antara petugas polisi dan pengunjuk rasa yang memiliki sesuatu untuk dikatakan tentang bertahan dalam kotak, namun, kemunafikan internasional masih sangat banyak," ucap juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova.
"Saya bertanya-tanya apakah dia (Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo) akan memberi tahu tamunya tentang pencapaian AS di bidang perlindungan HAM," sambungnya, merujuk pada rencana Pompeo mengadakan pertemuan dengan para korban Lapangan Tiananmen.
Dia mengatakan, saat ini AS hanya bisa membanggakan tentang perlakuan salah dan brutal terhadap wartawan, yang dibombardir dengan gas air mata dan ditembak dengan peluru karet oleh petugas polisi.
"Ada sesuatu yang bisa dibanggakan, lebih dari 100 wartawan AS dan asing menderita di tangan polisi," tukasnya dalam sebuah pernyataan di laman Facebooknya, seperti dilansir Tass pada Rabu (3/6/2020).
"Dari jendela Kementerian Luar Negeri di Washington, Anda dapat melihat pembantaian yang terjadi antara petugas polisi dan pengunjuk rasa yang memiliki sesuatu untuk dikatakan tentang bertahan dalam kotak, namun, kemunafikan internasional masih sangat banyak," ucap juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova.
"Saya bertanya-tanya apakah dia (Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo) akan memberi tahu tamunya tentang pencapaian AS di bidang perlindungan HAM," sambungnya, merujuk pada rencana Pompeo mengadakan pertemuan dengan para korban Lapangan Tiananmen.
Dia mengatakan, saat ini AS hanya bisa membanggakan tentang perlakuan salah dan brutal terhadap wartawan, yang dibombardir dengan gas air mata dan ditembak dengan peluru karet oleh petugas polisi.
"Ada sesuatu yang bisa dibanggakan, lebih dari 100 wartawan AS dan asing menderita di tangan polisi," tukasnya dalam sebuah pernyataan di laman Facebooknya, seperti dilansir Tass pada Rabu (3/6/2020).
(esn)