Uni Eropa Janji Beri Bantuan Rp16,4 Triliun untuk Afghanistan
loading...
A
A
A
BRUSSELS - Uni Eropa (UE) telah menjanjikan paket bantuan 1 miliar Euro atau sekitar Rp1 triliun untuk Afghanistan . Menurut Kepala UE, Ursula von der Leyen, bantuan ini diberikan untuk mencegah keruntuhan kemanusiaan dan sosial ekonomi yang besar.
“Kita harus melakukan semua yang kita bisa untuk mencegah keruntuhan besar kemanusiaan dan sosial ekonomi di Afghanistan. Kita harus melakukannya dengan cepat,” kata Von der Leyen, seperti dikutip dari Aljazeera, Selasa (12/10/2021).
“Kami sudah jelas tentang kondisi kami untuk setiap keterlibatan dengan pihak berwenang Afghanistan, termasuk tentang penghormatan hak asasi manusia. Sejauh ini, laporan berbicara sendiri. Tetapi, orang-orang Afghanistan seharusnya tidak membayar harga dari tindakan Taliban,” lanjutnya.
Von der Leyen mengatakan, negara-negara Uni Eropa – terutama mereka yang berpartisipasi dalam misi NATO yang buru-buru membubarkan diri pada bulan Agustus saat Taliban merebut kekuasaan – memiliki “tugas moral” untuk membantu Afghanistan.
Von der Leyen membuat janji pada KTT G20 virtual yang diselenggarakan oleh Italia, yang didedikasikan untuk membahas situasi kemanusiaan dan keamanan di Afghanistan. Sejumlah negara yang masuk G20 adalah G20 Amerika Serikat, Uni Eropa, China, Turki, Rusia, India dan Arab Saudi.
Dalam kesempatan itu, Von der Leyen menekankan, bahwa dana Uni Eropa memberi "dukungan langsung" untuk Afghanistan dan akan disalurkan ke organisasi internasional yang bekerja di lapangan, bukan ke pemerintah sementara Taliban, yang tidak diakui oleh Brussels. Menurutnya, bantuan pembangunan UE berbeda dengan bantuan kemanusiaan.
Bantuan internasional telah diblokir ke Afghanistan sejak Taliban kembali berkuasa menyusul penarikan pasukan AS dan internasional lainnya setelah 20 tahun perang. Aset negara yang disimpan di luar negeri telah dibekukan, sementara harga pangan dan kekurangan lapangan kerja meningkat, memicu peringatan bencana kemanusiaan begitu musim dingin tiba.
Wakil Direktur Eksekutif UNICEF, Omar Abdi mengatakan kepada Al Jazeera, bahwa bahkan sebelum pergolakan baru-baru ini dan pengambilalihan Taliban, organisasinya memperkirakan sekitar 10 juta anak membutuhkan dukungan kemanusiaan di Afghanistan.
“Setidaknya 1 juta di antaranya berisiko meninggal akibat gizi buruk,” kata Abdi. "Kami memperkirakan situasinya akan semakin buruk dengan datangnya musim dingin,” lanjutnya.
“Kita harus melakukan semua yang kita bisa untuk mencegah keruntuhan besar kemanusiaan dan sosial ekonomi di Afghanistan. Kita harus melakukannya dengan cepat,” kata Von der Leyen, seperti dikutip dari Aljazeera, Selasa (12/10/2021).
“Kami sudah jelas tentang kondisi kami untuk setiap keterlibatan dengan pihak berwenang Afghanistan, termasuk tentang penghormatan hak asasi manusia. Sejauh ini, laporan berbicara sendiri. Tetapi, orang-orang Afghanistan seharusnya tidak membayar harga dari tindakan Taliban,” lanjutnya.
Von der Leyen mengatakan, negara-negara Uni Eropa – terutama mereka yang berpartisipasi dalam misi NATO yang buru-buru membubarkan diri pada bulan Agustus saat Taliban merebut kekuasaan – memiliki “tugas moral” untuk membantu Afghanistan.
Von der Leyen membuat janji pada KTT G20 virtual yang diselenggarakan oleh Italia, yang didedikasikan untuk membahas situasi kemanusiaan dan keamanan di Afghanistan. Sejumlah negara yang masuk G20 adalah G20 Amerika Serikat, Uni Eropa, China, Turki, Rusia, India dan Arab Saudi.
Dalam kesempatan itu, Von der Leyen menekankan, bahwa dana Uni Eropa memberi "dukungan langsung" untuk Afghanistan dan akan disalurkan ke organisasi internasional yang bekerja di lapangan, bukan ke pemerintah sementara Taliban, yang tidak diakui oleh Brussels. Menurutnya, bantuan pembangunan UE berbeda dengan bantuan kemanusiaan.
Bantuan internasional telah diblokir ke Afghanistan sejak Taliban kembali berkuasa menyusul penarikan pasukan AS dan internasional lainnya setelah 20 tahun perang. Aset negara yang disimpan di luar negeri telah dibekukan, sementara harga pangan dan kekurangan lapangan kerja meningkat, memicu peringatan bencana kemanusiaan begitu musim dingin tiba.
Wakil Direktur Eksekutif UNICEF, Omar Abdi mengatakan kepada Al Jazeera, bahwa bahkan sebelum pergolakan baru-baru ini dan pengambilalihan Taliban, organisasinya memperkirakan sekitar 10 juta anak membutuhkan dukungan kemanusiaan di Afghanistan.
“Setidaknya 1 juta di antaranya berisiko meninggal akibat gizi buruk,” kata Abdi. "Kami memperkirakan situasinya akan semakin buruk dengan datangnya musim dingin,” lanjutnya.
(esn)