Mencuri dari AS, Mata-mata Yahudi Inilah yang Bantu Rusia Peroleh Bom Nuklir

Senin, 04 Oktober 2021 - 15:32 WIB
loading...
Mencuri dari AS, Mata-mata...
George Koval (kanan), mata-mata Yahudi yang mencuri rahasia pembuatan bom nuklir AS dan menyerahkannya ke Uni Soviet yang kini bernama Rusia. Foto/via Times of Israel
A A A
WASHINGTON - Rusia , yang sebelumnya bernama Uni Soviet, berhasil memperoleh teknologi membuat bom nuklir atau bom atom berkat bantuan mata-mata Yahudi Soviet. Dia mencuri rahasia dari Amerika Serikat (AS) dan menyerahkannya ke Soviet.

Mata-mata top ini bernama George Koval. Pada 1940-an, dia terlibat dalam Manhattan Project—proyek senjata nuklir AS—tanpa terdeteksi bahwa dia sebenarnya mata-mata Soviet.



Pada tahun 1948, kepala FBI J. Edgar Hoover sangat terfokus pada Partai Komunis AS untuk membasmi spionase Soviet—dan dengan perhatiannya terkonsentrasi di sana, ia melewatkan pelarian Koval yang sangat ulung yang bersembunyi di depan mata.

Terlahir dalam keluarga Yahudi yang berimigrasi dari Tsar Rusia ke AS, Koval terbiasa bergabung dengan kelompok dan klub—liga bowling, brigde-playing circles, persaudaraan kehormatan insinyur listrik.

Dia bahkan juga bergabung dengan Angkatan Darat AS dan melakukan pekerjaan rahasia di dua lokasi Manhattan Project, yang mengembangkan bom atom yang meledak di Jepang pada tahun 1945.

Pada tahun 1949, setahun setelah Koval kembali ke Uni Soviet, Soviet berhasil dan secara mengejutkan meledakkan bom atom mereka sendiri.

Kisah kelihaian Koval diabadikan dalam sebuah buku berjudul "Sleeper Agent: The Atomic Spy in America Who Got Away," oleh mantan jurnalis Wall Street Journal (WSJ), Ann Hagedorn.

“Saya hanya berpikir ada banyak yang bisa dipelajari dari kisah George Koval,” kata Hagedorn kepada The Times of Israel dalam sebuah wawancara telepon, yang dilansir Minggu (4/10/2021).

“Ini melampaui kisah mata-mata yang khas. Ya, ini adalah kisah mata-mata—ada nama kode di dalamnya. Ini mendebarkan. Ada penangan—penangan yang menarik—dan pengawasan. Tapi ini melampaui itu. Ini benar-benar tentang psikologi mata-mata dan juga tentang apa yang memotivasinya. Ini tentang reaksi kefanatikan...Dia tahu biaya penindasan yang luar biasa," paparnya.
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2371 seconds (0.1#10.140)