Viral! China Bunuh Tiga Kucing Rumahan yang Dites Positif Virus Corona
loading...
A
A
A
BEIJING - Otoritas kota Harbin, utara China , membunuh tiga kucing rumahan yang dites positif COVID-19.
“Pihak berwenang mengatakan mereka membunuh kucing-kucing itu karena tidak ada pengobatan yang tersedia untuk hewan yang tertular virus corona dan mereka akan menempatkan pemiliknya dan penduduk sekitarnya dalam bahaya terinfeksi,” papar laporan Beijing News.
Pada 21 September, pemiliknya dinyatakan positif COVID-19 dan kemudian diisolasi setelah meninggalkan makanan dan air untuk ketiga kucing itu.
Seorang petugas kesehatan kemudian memberikan tes virus corona kepada kucing-kucing tersebut. Tes kembali positif dua kali.
Pemiliknya, yang diidentifikasi sebagai Nona Liu, menerbitkan permohonan online untuk menyelamatkan nyawa kucing-kucing itu, tetapi ketiga kucing itu disuntik mati pada Selasa malam (28/9/2021).
Sejak berita itu keluar, kasus ini menarik lebih dari 52.000 komentar.
Manusia dapat menularkan COVID-19 ke hewan dalam situasi di mana ada kontak dekat tetapi risiko hewan menyebarkan virus ke manusia "dianggap rendah" menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC).
COVID-19 telah dilaporkan di peternakan cerpelai di beberapa negara, termasuk kasus-kasus di mana diperkirakan manusia mungkin telah terinfeksi oleh hewan, yang mendorong pemusnahan massal cerpelai.
“Orang yang diduga atau dikonfirmasi COVID-19 harus menghindari kontak dengan hewan, termasuk hewan peliharaan, ternak, dan satwa liar,” papar CDC di situs webnya.
“Saat ini, tidak ada bukti bahwa hewan memainkan peran penting dalam menyebarkan virus ke manusia,” ungkap CDC.
“Beberapa virus corona yang menginfeksi hewan dapat menyebar ke manusia dan kemudian menyebar di antara manusia, tetapi ini jarang terjadi. Inilah yang terjadi dengan SARS-CoV-2, yang kemungkinan berasal dari kelelawar,” papar CDC.
Teori bahwa virus corona ditularkan dari kelelawar ke manusia, kemungkinan melalui spesies perantara seperti trenggiling atau tikus bambu, telah sangat disukai para ilmuwan yang mempelajari asal-usul COVID-19, yang pertama kali terdeteksi di kota Wuhan, China tengah, akhir tahun 2019.
Pembunuhan kucing adalah contoh dari tindakan yang kadang-kadang ekstrem yang diambil China untuk mengendalikan virus corona, bahkan ketika tingkat infeksi tetap jauh di bawah negara lain.
Penguncian, pemakaian masker, tes massal dan tingkat vaksinasi yang tinggi telah berperan dalam menekan infeksi baru virus corona.
Pada Rabu (29/9/2021), China daratan melaporkan hanya 11 kasus baru yang ditularkan secara lokal, delapan kasus di antaranya di Harbin dan tiga kasus di kota timur Xiamen, yang keduanya memiliki wabah baru-baru ini.
China saat ini memiliki 949 pasien yang dirawat karena COVID-19. China telah melaporkan 4.636 kematian akibat penyakit di antara total 96.106 kasus yang dilaporkan.
“Pihak berwenang mengatakan mereka membunuh kucing-kucing itu karena tidak ada pengobatan yang tersedia untuk hewan yang tertular virus corona dan mereka akan menempatkan pemiliknya dan penduduk sekitarnya dalam bahaya terinfeksi,” papar laporan Beijing News.
Pada 21 September, pemiliknya dinyatakan positif COVID-19 dan kemudian diisolasi setelah meninggalkan makanan dan air untuk ketiga kucing itu.
Seorang petugas kesehatan kemudian memberikan tes virus corona kepada kucing-kucing tersebut. Tes kembali positif dua kali.
Pemiliknya, yang diidentifikasi sebagai Nona Liu, menerbitkan permohonan online untuk menyelamatkan nyawa kucing-kucing itu, tetapi ketiga kucing itu disuntik mati pada Selasa malam (28/9/2021).
Sejak berita itu keluar, kasus ini menarik lebih dari 52.000 komentar.
Manusia dapat menularkan COVID-19 ke hewan dalam situasi di mana ada kontak dekat tetapi risiko hewan menyebarkan virus ke manusia "dianggap rendah" menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC).
COVID-19 telah dilaporkan di peternakan cerpelai di beberapa negara, termasuk kasus-kasus di mana diperkirakan manusia mungkin telah terinfeksi oleh hewan, yang mendorong pemusnahan massal cerpelai.
“Orang yang diduga atau dikonfirmasi COVID-19 harus menghindari kontak dengan hewan, termasuk hewan peliharaan, ternak, dan satwa liar,” papar CDC di situs webnya.
“Saat ini, tidak ada bukti bahwa hewan memainkan peran penting dalam menyebarkan virus ke manusia,” ungkap CDC.
“Beberapa virus corona yang menginfeksi hewan dapat menyebar ke manusia dan kemudian menyebar di antara manusia, tetapi ini jarang terjadi. Inilah yang terjadi dengan SARS-CoV-2, yang kemungkinan berasal dari kelelawar,” papar CDC.
Teori bahwa virus corona ditularkan dari kelelawar ke manusia, kemungkinan melalui spesies perantara seperti trenggiling atau tikus bambu, telah sangat disukai para ilmuwan yang mempelajari asal-usul COVID-19, yang pertama kali terdeteksi di kota Wuhan, China tengah, akhir tahun 2019.
Pembunuhan kucing adalah contoh dari tindakan yang kadang-kadang ekstrem yang diambil China untuk mengendalikan virus corona, bahkan ketika tingkat infeksi tetap jauh di bawah negara lain.
Penguncian, pemakaian masker, tes massal dan tingkat vaksinasi yang tinggi telah berperan dalam menekan infeksi baru virus corona.
Pada Rabu (29/9/2021), China daratan melaporkan hanya 11 kasus baru yang ditularkan secara lokal, delapan kasus di antaranya di Harbin dan tiga kasus di kota timur Xiamen, yang keduanya memiliki wabah baru-baru ini.
China saat ini memiliki 949 pasien yang dirawat karena COVID-19. China telah melaporkan 4.636 kematian akibat penyakit di antara total 96.106 kasus yang dilaporkan.
(sya)